Putri Pariwisata Indonesia 2021 Tisya Laura Dewi Jadikan IdulFitri 1443 H Sebagai Momentum Perkuat Kebersamaan

0
243341967_240248398054984_8096384520375710902_n

Hari Raya Idulfitri atau Lebaran merupakan momen besar bagi umat Islam di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Apalagi untuk mencapai hari yang Fitri itu,  butuh perjuangan yang dilalui, karena harus menahan hawa dan nafsu selama 30 hari yakni berpuasa di bulan Ramadan. Maka , perayaan Lebaran pun dirayakan dengan suka cita dan penuh kebersamaan dengan orang-orang tercinta.

Hal itulah yang juga dirasakan Putri Pariwisata Indonesia 2021 Tisya Laura Dewi. Wanita cantik kelahiran Sumatera Barat, 13 Maret 2000 ini, menjadikan Lebaran  tahun ini sebagai momentum memperkokoh kebersamaan bersama orang-orang tercinta utamanya keluarga.  Momen ini momen yang paling dirindukan Laura karena dapat berkumpul bersama keluarga. Namun untuk tahun ini Laura dan kedua orang tuanya merayakan Lebaran di Bekasi, pasalnya belum lama ini Laura bersama kedua orangtuanya  telah pulang ke Padang karena mendapat kabar duka cita yakni  sang nenek telah meninggal dunia.

Agar kebersamaan lebaran tidak hilang bersama keluarga besar di Padang, Laura bersama kedua orang tua melakukan sambungan  video conference.  Komunikasi ini telah mengobati rindu Laura untuk kumpul bersama keluarga besar di Padang saat lebaran.

“Yang spesial itu tentu saja kebersamaan, bagaimana kita pagi-pagi mungkin yang biasanya di hari-hari sebelumnya, males banget bangun pagi, males banget karena cape, tetapi di Hari Lebaran ini betul-betul semangat untuk bangun pagi terus langsung ke masjid buat sholat Idul Fitri. Itu sesuatu momen yang indah, terus pulang sholat IdulFitri kumpul lagi bersama keluarga, maaf-maafan terus makan lontong, di situ spesialnya.” Kata Laura saat diwawancarai tim liputan El John News.

Selain kebersamaan , momen terindah bagi Laura  yang tidak pernah dilupakan di saat lebaran adalah saling memaafkan. Di momen inilah Laura harus meneteskan air mata ketika  meminta maaf kepada kedua orang tuanya. Menurut Luara, momen itu menjadi momen paling berkesan,  karena disaat meminta maaf kedua orang tua Laura memanjatkan doa yang terbaik untuk anaknya.

“Makna Lebaran itu adalah yang pertama tentu bermaaf-maafan, karena tidak ada yang lebih baik, selain memaaf maafkan. Yang kedua maknanya itu benar-benar kita merasakan bahwa hari Lebaran itu adalah hari kemenangan karena 30 hari kita menahan hawa dan nafsu. Apabila puasa ini kita benar-benar puasanya full, tidak ada batal-batal, puasanya benar-benar berhasil maka di harI Lebaran akan benar-benar terasa makna kemenangan itu sendiri,” ujar Mahasiswi Universitas Negeri Padang (UNP) ini.

Satu lagi yang tidak dilupakan bagi Laura adalah makan lontong atau ketupat bersama keluarga di Hari Lebaran. Di Sumatera Barat, ketupat disebut lontong yang disajikan dengan gulai cubadak. Di dalam bahasa Minang, Cubadak ini berarti nangka muda. Jadi dari sini sudah bisa dipahami bahwa gulai Cubadak ini adalah gulai yang berasal dari nangka muda. Namun meskipun demikian, di Minang sendiri gulai Cubadak juga bervariasi.

Memang pada umumnya gulai ini dibuat hanya dengan nangka muda, namun lain halnya di daerah Kapau, gulai Cubadak tidak hanya berisi nangka muda saja namun gulainya juga dicampur dengan kacang panjang, irisan rebung, dan kol.

Selain itu gulai Cubadak ini juga bisa dipadukan dengan ketupat, balado, telur rebus, dan juga kerupuk khas Minang yang memiliki warna merah muda. “Gulai Cubadak yang jadi favorit aku adalah bikini mama yang diwarisi dari oma. Itu enak sekali disantap dengan lontong dan ditambah rendang daging,” ungkap Laura.

Menurut Laura, kebersamaan tidak hanya di hari pertama lebaran bahkan terus berlanjut. Agar kebersamaan masih terasa dalam suasana lebaran, Laura memanfaatkan dengan berwisata.  Aktivitas wisata merupakan salah satu kegiatan yang digemari Laura, karena saat berwisata, Laura dapat membantu mempromosikan destinasi yang dikunjunginya apalagi saat ini Laura telah dinobatkan sebagai Putri Pariwisata Indonesia 2021 yang sudah menjadi tugas untuk membantu Pemerintah memperkenalkan destinasi yang ada di Indonesia kepada masyarakat internasional.

Untuk wisata di suasana lebaran, yang dipilih Laura adalah wisata ramah keluarga dan tidak harus jauh. Yang terpenting bagi Laura, destinasi yang dipilih dapat memberikan kenyamanan dan kenangan yang tak terlupakan.

“Jadi keluarga besar itu jalan-jalan dan jalannya ga jauh banget tapi minimal bersama sama keluarga, misalnya ke Bukit Tinggi, Jam Gadang, terus ke pantai Mande, atau ke daerah-daerah yang sedikit jauh dari kota Cuma yang tidak harus pakai pesawat, cukup pakai mobil dan bersama-sama. Terus nanti menginap di resort atau penginapan  dan lain-lain,” tutur Laura.

Pada kesempatan ini,  Laura mengajak masyarakat memanfaatkan libur lebaran untuk berwisata, namun dengan catatan patuhi protokol kesehatan. Berwisata di saat libur lebaran, menurut Laura dapat membantu membangkitkan kembali sektor pariwisata yang sempat lesu akibat pandemi Covid-19.

“Ini adalah kesempatan yang besar buat kita, jadi istilah balas dendam ya. Selama dua tahun, kita tidak boleh ke mana-mana, terus kita menahan diri untuk tidak berwisata dan inilah saatnya pemerintah buka pintu selebar-lebarnya untuk kita berwisata. Namun jangan lupa walaupun sudah diizinkan, walaupun sudah vaksin, pandemi dan virus Covid-19 masih ada di sekitar kita. Jadi  selalu mentaati protokol kesehatan,” tutur Laura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *