Satgas: Temuan Varian Baru COVID-19 Harus Disikapi Dengan Kehati-hatian

Thailand telah mengkonfirmasi adanya temuan varian baru COVID-19, yaitu Omicron XE. Terkait ini, Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa Omicron XE merupakan gabungan/rekombinan dari 2 varian Omicron yang sudah ada, yaitu BA.1 dan BA.2. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menghimbau masyarakat tidak perlu takut berlebih.
“Karena rekombinasi virus bukan merupakan hal baru dan sudah banyak terjadi termasuk pada virus selain COVID. Terlebih lagi, ketakutan yang berlebihan pun akan berpengaruh pada imunitas tubuh menghadapi berbagai ancaman penularan penyakit di sekitar kita,” Wiku menjawab pertanyaan media dalam agenda keterangan pers di Graha BNPB, belum lama ini.
Namun, jika merujuk data awal penelitian mendapati kemampuan penularan Omicron XE sekitar 10% lebih tinggi dari Omicron BA.2. Akan tetapi, WHO sendiri menekankan perlunya penelitian lebih lanjut terkait temuan awal ini. Sejauh ini, menurut Kementerian Kesehatan, varian yang pertama kali ditemukan di Inggris ini belum ditemukan di Indonesia.
“Untuk itu, Pemerintah selalu memantau dan menggunakan data terkini dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam berbagai penyesuaian kebijakan,” pungkas Wiku.
Seperti diketahuim pada hari Sabtu ((02/04/20220, Thailand melaporkan kasus pertama Omicron XE, kombinasi dari dua versi sebelumnya dari varian Omicron, tak lama setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan tentang hibrida baru.
Temuan XE, hibrida mutan varian BA.1 dan BA.2, dilaporkan oleh Center for Medical Genomics, Rumah Sakit Ramathibodi.
Dalam sebuah posting di halaman Facebook-nya, mengatakan rekombinan XE ditemukan melalui pengurutan genom dari sampel swab yang diambil dari seorang pasien Thailand. (Sumber Satgas Penanganan COVID-19)