Sebagai Seorang Dokter, Tania Saputra Selalu Mengkedepankan Keramahan dan Komunikasi

Menjadi seorang dokter merupakan impian Tania Saputra (Putri Pariwisata Indonesia 2022) sejak Duduk di bangun 2 SMP. Saat itu, Tania sedang masa puber yang mengakibatkan kulit wajahnya berjerawat. Namun berbagai cara sudah dilakukan Tania untuk mengobati jerawat tersebut, namun tidak kunjung sembuh, sehingga Tania bercita-cita ingin menjadi dokter kulit agar dapat mengatasi jerawat yang membandel dan juga dapat membantu anak-anak muda untuk tampil lebih percaya diri.
Setelah lulus SMA, Tania memilih untuk mengambil ilmu kedokteran di Atma Jaya. Tania memilih Atma Jaya, karena telah terakreditasi A dan telah meluluskan dokter-dokter inspiratif. Setelah menjalani kuliah kedokteran, Tania merasakan banyak hal yang menarik, sehingga Tania semakin memantapkan semangatnya untuk menekuni ilmu kedokteran.
Tania diambil sumpahnya sebagai dokter umum pada November 2021 dan setelah lulus, Tania bertugas sebagai dokter internship, di wilayah Gianyar, Bali. Di Gianyar, Tania menjalani tugasnya selama satu tahun. Saat ini, Tania Kembali ke Jakarta untuk bertugas di rumah sakit rujukan.
“Ketika baru lulus, saya tugas internsip di daerah Gianyar, Bali. Selepas tugas tersebut, saat ini menjadi asisten tim transplantasi kornea di bawah tim dokter mata di salah satu Rumah Sakit pusat rujukan di Jakarta,” kata Tania saat di wawancara tim El John Media.

Ada suka dan duka yang dirasakan Tania saat menjalani tugas sebagai seorang dokter. Rasa suka yang dirasakan Tania yakni dapat melayani dan membantu masyarakat yang sedang sakit, apalagi masyarakat yang dibantu merasa senang dan puas. Kepuasan masyarakat merupakan bentuk awarding terhadap seorang dokter.
“Bukan mengenai bayaran, tetapi bagaimana penghargaan yang pasien berikan kepada seorang dokter, itu tidak dapat dibayar dengan apapun. Bagaimana bisa mengetahui hal-hal baru yang bisa menimbulkan harapan untuk orang lain bisa sembuh atau setidaknya memiliki kualitas hidup yang lebih baik adalah sesuatu yang, sekali lagi, sangat rewarding,” ujar Tania.
“Dukanya, tidak dapat dipungkiri dokter memiliki waktu yang terbatas dengan keluarga atau melakukan hal-hal lainnya. Tapi, bagi saya, duka ini bukan jadi sesuatu yang menghambat tetapi hanya menjadi tantangan bagaimana kita bisa mengembangkan manajemen waktu dan komunikasi, terutama dengan atasan,” sambung Tania.

Menurut Tania, menjadi seorang dokter harus mengedepankan keramahan dan memberikan penjelasan kepada pasien, mulai dari kondisi penyakit yang diderita pasien, pengobatan hingga resiko yang ditimbulkan. Pedoman tersebut selalu dipegang Tania saat menjalankan tugasnya.
“Prinsipnya, dokter hanya bisa memprovide semua penjelasan itu hingga pasien merasa sangat paham akan kondisinya. Selebihnya, keputusan selalu diberikan kepada keluarga karena mereka memiliki hak autonomy. Makanya, kita selalu mengenai Namanya informed consent, artinya persetujuan akan tindakan atau pengobatan setelah sudah menerima penjelasan yang baik. Ketika kita bisa berkomunikasi dengan sopan dan sesuai kondisi pasien, kebanyakan dari mereka akan merasa senang dan menghargai effort dokter tersebut,” ujar Tania.

Kesibukan Tania bukan hanya di dunia medis, namun ada kesibukan lain di bidang pariwisata yakni sebagai Putri Pariwisata Indonesia 2022. Mendapat gelar prestisius tersebut, tidak membuat Tania patah semangat, justru ini menjadi tantangan Tania yang harus dihadapi dengan penuh semangat.
“Menjadi seorang dokter memang memiliki waktu yang sangat terbatas untuk diri sendiri. Namun tantangan ini saya lihat sebagai suatu pembelajaran untuk pengembagan diri terutama dalam manajemen waktu,” terang putri binaan Yayasan EL JOHN Indonesia ini.

Di akhir wawancara Tania berharap kedepan dapat melanjutkan pendidikan kedokteran spesialis mata. Tania pun memohon doa dan dukungan agar keinginannya menjadi dokter mata dapat tercapai.