Sukseskan Jatim Reggae Festival, Tony Q Juga Ajak Masyarakat Peduli Sampah
Aksi musisi Tony Q Rastafara menjadi yang paling ditunggu di panggung Jatim Reggae Star Festival 2017. Tak ayal, lebih dari 2.000 pengunjung begitu antusias saat salah satu salah satu ikon musik reggae tanah air itu naik panggung, Sabtu (16/12) malam.
Stadion Brantas, Kota Batu, Malang, Jawa Timur pun langsung jadi Lautan manusia. Penggemar musik reggae dari berbagai daerah di Jawa Timur bahkan luar daerah yang datang sejak siang hari langsung menyemut ke depan panggung. Selama lebih dari satu jam, Tony Q sukses membawakan deretan lagu-lagunya.
Tidak hanya konser musik, dalam ajang yang didukung Kementerian Pariwisata ini juga turut mengampanyekan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan. Seluruh pengunjung yang hadir diajak untuk berhura-hura namun tetap memiliki visi.
“Kita berhura-hura tapi memiliki isi,” ujar Tony Q.
Ia mengatakan, musik sebagai bahasa yang universal dapat memainkan perannya untuk masuk ke berbagai kalangan. Termasuk di komunitas reggae ini, dimana para penikmat musik yang hadir diajak untuk sadar lingkungan. Terutama soal sampah.
“Jadi, lebih kepada memberikan hal positif kepada masyarakat. Musik bisa membuat sesuatu untuk orang banyak,” kata Tony.
Tidak hanya itu, lanjut Tony, musik atau khususnya gelaran musik juga erat kaitannya dengan pariwisata. Bahwa musik dapat menjadi daya tarik yang kuat. Tidak hanya bagi wisatawan lokal, tapi juga mancanegara.
Ia mencontohkan Reggae Star Festival yang digelar di Bali selama tiga tahun berturut-turut. Antusiasme wisatawan begitu tinggi. Bahwa banyak wisatawan dari luar yang secara khusus datang ke Bali untuk hadir di Reggae Star Festival.
Begitu juga dengan wisatawan yang sedang ada di Bali. Festival ini menjadi atrakai tambahan bagi wisatawan untuk menikmati Bali. Komunitas musik reggae tersebar luas di dunia dan sangat loyal.
“Jadi selalu berkaitan. Banyak peristiwa musik yang menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke satu tempat. Dan pemantiknya itu adalah musik,” ujar Tony.
Hal senada dikatakan Agung Ngurah selaku Ketua Penyelenggara Jatim Reggae Festival 2017. Ia mengatakan, melalui kegiatan ini masyarakat yang datang ke konser akan dapat menikmati kota Malang yang memang dikenal sebagai salah satu kota dengan ragam destinasi.
Sebut saja Jatim Park 1, 2 dan 3, Museum Angkuta, Batu Spectacular Night, dan lainnya. Batu juga dikenal dengan surga kuliner. Berbagai sajian khas dapat disantap. Batu juga sangat kuat di agrowisata.
Terkait dengan kampanye lingkungan yang dihadirkan dalam ajang ini, jelas Agung, yakni dari tiket yang terjual hasilnya sebagian akan dibelikan tempat sampah. Yang akan diberikan ke komunitas Saber Pungli (Sapu Bersih Nyemplung Kali) dan sejumlah pihak lainnya.
Bahkan sebelum acara konser, di pagi harinya, komunitas Jatim Reggae Star Festival juga ikutan dalam aksi bersih sampah di Sungai Brantas bersama sejumlah komunitas lain. Dalam waktu 1,5 jam total mereka berhasil mengumpulkan sampah sampai 1 truk.
“Ini adalah salah satu bentuk charity kami. Kalau pihak-pihak lain biasanya mengadakan seminar sadar lingkungan di ruangan, kita lewat konser musik dan diaplikasikan langsung,” ujar Agung.
Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti mengatakan, Musik merupakan bahasa yang universal, bahkan petikan gitar maupun tabuhan drum yang menghentak dalam musik Reggae dapat membuat pesan yang mengangkat nama baik Indonesia ke kancah internasional .
“Kami mendukung acara-acara seperti ini karena sangat menunjang pariwisata dan semakin mengenalkan destinasi-destinasi di Kota Malang,” kata Esthy didampingi Kabid Wisata Buatan Kementerian Pariwisata, Ni Luh Gayatri.
Terlebih dengan adanya kampanye peduli lingkungan, sehingga manfaatnya akan semakin banyak.
Hal senada dikatakan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Saat ini pekerjaan rumah pariwisata Indonesia tidak hanya memperkenalkan dan mempromosikan Indonesia yang indah. Tapi juga memperbaiki komponen-komponen yang menjadi titik lemah pariwisata Indonesia.
Salah satunya adalah permaslahan sampah. Dimana berdasarkan raport TTCI yang dipublikasikan World Economic Forum, health and hyginene serta environment sustainability Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara.
“Dan sudah menjadi tugas kita bersama. Termasuk masyarakat. Sehingga melalui acara ini tidak hanya musik dan pariwisata yang diangkat, tapi juga kesadaran bagi masyarakat untuk menjaga lingkungan,” ujar Menpar Arief Yahya.