SuperData Sebutkan Samsung Kuasai Pasar Teknologi Virtual Reality
SuperData melaporkan Samsung menjadi satu-satuya perusahaan teknologi yang mendominasi pasar virtual reality (VR) dunia. Data yang dihimpun merupakan hasil riset yang dikumpulkan terkait persaingan virtual reality atau perangkat yang disebut realitas maya dalam istilah Bahasa Indonesia itu sepanjang 2016. Laporan merilis informasi tersebut Kamis, 9 Februari 2017.
Samsung mendominasi 70 persen dari keseluruhan 6,3 juta piranti yang beredar ke pengguna seluruh dunia. Tahun 2016 lalu, produsen asal Negeri Ginseng itu telah menjual sekitar 4,51 juta unit virtual reality. Jumlahnya mencapai 71,6 persen dari total pengiriman. Di Jepang misalnya, Samsung meluncurkan Gear VR di 2014 yang merupakan hasil kerjasama dengan Oculus VR. Gear VR menjadi produk virtual reality yang juga paling laris di Amerika Serikat.
Tiga produsen lain di belakang Samsung adalah PSVR Sony Corp mengambil 12,5 persen pangsa pasar, Vive HTCs menguasai 6,7 persen dan Daydream View buatan Google dengan 4,1 persen. Ada pun perolehan pendapatan industri VR mencapai 1,8 miliar dolar AS tahun lalu. SuperData memperkirakan, pasar headset VR akan meningkat seiring rencana produsen besar meluncurkan headset high-end.
Superdata menjelaskan, keunggulan Samsung tidak terlepas dari sedikitnya hal yang menghalangi perusahaan itu untuk memasarkankan produknya. Terutama sebelum perusahaan kelas dunia, Google meluncurkan Daydream Wiew.
virtual reality sendiri merupakan inovasi produk teknologi yang membuat pengguna bisa berinteraksi dengan lingkungan yang ada dalam dunia maya melalui simulasi oleh komputer. Pengguna akan berpikir mereka akan berada lingkungan tersebut. Sensasi dunia nyata akan dirasakan di dalam dunia maya yang melibatkan tak hanya indera pendengaran dan penglihatan saja.
Kementerian Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Korea Selatan pun akan menfokuskan virtual reality menjadi salah satu industri bidang informasi dan teknologi yang paling menjanjikan di masa mendatang. Hal itu dilakukan Pemerintah Korea Selatan dengan menggelontorkar 363 juta USD demi pengembangan dan risetnya.