Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Wisata, Pendidikan, dan Penelitian
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda terletak di antara Desa Ciburial, Desa Langensari, dan Desa Cibodas. Luas Tahura Ir. Djuanda sekitar 527,03 hektar, membentang dari kawasan lembah Cikapundung di Dago Pakar sampai ke Maribaya di kawasan lembah perbukitan Dago Utara. Kawasan ini merupakan tempat wisata, pendidikan, penelitian, latihan, dan penyuluhan di lapangan terbuka. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda telah dijadikan kawasa kawasan hutan lindung sejak tahun 1922 saat masa Hindia Belanda. Peresmiannya sebagai hutan rekreasi dilakukan tahun 1965. Sementara Wisata Alam Curug Dago ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya berdasarkan Keputusan Presidan No. 3 Tahun 1985 dengan luas 590 Ha, serta diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 14 Januari 1985.
Tahura Ir. H. Djuanda memiliki topografi bergelombang ringan, agak curam dan terjal berada pada ketinggian 770 m-1.330 m di atas permukaan laut. Bertipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 2.500-4.500 mm per tahun dan suhu udara berkisar antara 22°C-24°C. Nama Djuanda dipilih sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi dan jasa Ir. H. Djuanda untuk bangsa Indonesia. Sebagaimana dicatat sejarah, Djuanda Kartawidjaja termasuk salah satu aktor intelektual di balik peristiwa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dan sempat menjadi Perdana Menteri di era Demokrasi Terpimpin. Hutan di taman ini merupakan hutan sekunder dan hutan tanaman yang memiliki sekitar 2.500 jenis pohon termasuk dalam 40 familia dan 112 spesies. Pohon-pohon tersebut didatangkan dari berbagai negara dan daerah di Indonesia, seperti seperti: teklan (Eupatorium odoratum), ekaliptus (Ecalyptus deglupta), mahoni (Switenia macrophylla), bungur (Lagerstruemia sp), saninten (Cartanopsis argentea), pasang (Quercus sp), damar (Agathis damara), dan waru gunung (Hibiscus similis).
Anda yang memasuki Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini dipungut biaya sebesar Rp10.000,00. Apabila membawa kendaraan, terdapat tambahan biaya parkir, yakni Rp5.000,00 untuk motor, Rp10.000,00 untuk mobil, dan Rp20.000,00 untuk bus. Di kawasan THR Ir. H. Djuanda terdapat berbagai fasilitas pendukung, seperti pusat informasi pariwisata, areal parkir, tempat bermain anak-anak, jalan yang beraspal mulus menuju lokasi, dan kamar kecil. Selain itu, di kawasan tersebut terdapat kafe terapung di atas kolam penampung air PLTA Bengkok dengan perahu untuk berkeliling. Kondisi alam di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda memberi ruang yang cukup bebas kepada Anda untuk melakukan berbagai kegiatan seperti lintas alam, menikmati pemandangan alam, berkemah, mandi di air terjun, dan lain-lain tentunya ditemani alam, flora, fauna, serta udaranya yang segar seakan pagi sepanjang hari.
Bagi Anda yang menyukai tantangan terdapat jogging track Pakar-Maribaya berupa jalan setapak menyusuri pinggir sungai yang berhutan menuju ke puncak Bukit Pakar sejauh 5 km Pakar–Maribaya. Jalannya berupa paving block dengan rute naik turun bukit sangat baik untuk kegiatan jogging di pagi hari, karena udaranya yang bersih. Anda dapat melihat panorama Tahura dan pemandangan kota Bandung. Mengapa tidak sempatkan mengunjungi juga museum yang berisi berbagai koleksi yang diraih Ir. H. Djuanda. Di Tahura ini pun memiliki panggung terbuka untuk kegiatan budaya dan seni masyarakat dan menampung 200 orang. Ada juga Kolam Pakar yang merupakan kolam buatan seluas 1,15 Ha milik PLN yang berfungsi sebagai tempat penampungan air yang berasal dari sungai Cikapundung untuk sumber pembangkit tenaga listrik PLTA Bengkok. Terdapat 2 buah air terjun yaitu Curug Dago dan Curug Omas yang tingginya 35 m. Di Curug Dago Anda dapat menikmati pemandangan alam ekosistem hutan dan perkampungan pada kiri kanan aliran sungai Cikapundung. Terdapat air terjun sungai Cikapundung setinggi 15 M. Tempat istirahat yang sejuk dibawah pohon-pohon hutan. Terletak dekat terminal Dago berjarak 1 km ke arah barat, hanya dapat dicapai dengan jalan kaki.
Jangan lewatkan mengunjungi goa peninggalan Hindia Belanda yang dibangun tahun 1941. Awalnya dahulu digunakan untuk terowongan PLTA Bengkok, kemudian saat perang kemerdekaan berfungsi sebagai pusat Stasiun Radio Telekomunikasi Militer Hindia Belanda. OIeh Jepang berikutnya digunakan sebagai gudang mesiu. Satu lagi terdapat goa yang dibangun oleh tentara Jepang tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan. Pembangunan Goa ini dilakukan oleh tenaga kerja pribumi (romusha). Prasasti Thailand juga ada di sini berupa batu prasasti berbahasa dan beraksana Thailand peninggalan Raja Thaland Chulalongkorn II (Rama V) saat kunjungan peziarahannya ke Bandung beserta rombongan tahun 1896 M. Di Tahura Ir. H. Djuanda, Anda dapat mengamati fenomena Patahan Lembang yaitu berupa lineament, yaitu struktur geologi yang membentuk garis lurus membujur arah Barat Laut-Tenggara. Secara fisik patahan ini berupa punggung bukit atau ngarai terjal (escarpment) yang membujur Iurus. Struktur geologi ini mengontrol aliran sungai Sub DAS Cikapundung HuIu berbelok dan mengalir mengikuti arah patahan.
Di sini Anda tentunya dapat melihat aneka satwa liar kawasan ini, seperti musang (Paradoxunus hermaproditus), bajing (Callosciurus notatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), burung kamata (Zoeteraps palpebrosus), perenjak Jawa (Lonchura leucogastroides), burung cinenen pisang (Orthotomus sutorius), dan ayam hutan (Galus-galus banriva). Tahura Ir. H. Djuanda memiliki tipe vegetasi hutan alam sekunder yang didominasi oleh jenis pohon Pinus (Pinus merkusii), Kaliandra (Calliandra callothyrsus), Bambu (Bambusa sp.) dan berbagai jenis tumbuhan bawah seperti tumbuhan Teklan (Euphatorium sp.). Di sini terdapat Rumah Aklimatisasi untuk mengadaptasikan spesimen hidup yang diambil dari lokasi eksplorasi ditempat yang baru. Jenis tumbuhan yang terdapat di rumah tersebut berasal dan eksplorasi tumbuhan dari daerah Bengkulu (Begonia isoptera, Eria sp., Gunnera macrophylla, Sellaginella sp., Dillenia sp. Amorphophallus sp., dll) dan dari daerah Jambi (Bulbophyllum sp., Appendicula sp., Corimborkis sp., Polyalthia sp., Garcinia spp. dll). (arf)