The Caruban Carnival 2017 Ibarat Parade di Rio de Jenero
Puluhan orang berjalan dengan mengunakan kostum unik yang rata-rata beratnya mencapai 5 kg di jalan Tupare Cirebon, Minggu, 14 Mei 2017. Mereka adalah peserta The Caruban Carnival 2017. Event budaya di Cirebon ini selalu mendapat antusias warga setiap event ini digelar setiap tahunnya. The Caruban Carnial 2017 ibarat parade di Rio de Janeiro, Brazil.
Tahun ini ada 58 peserta yang mengikuti Cirebon Caruban Carnival 2017. Mereka memamerkan kostum yang begitu indah dengan pernak pernik yang beranekaragam serta warna yang begitu bervariasi. Tidak sedikit warga yang berebutan untuk foto selfie dengan para peserta. Warga kebanyakan mencari kostum yang memiliki bobot besar untuk dapat berfoto selfie.
Suasana di jalan Tupare Cirebon, semakin meriah dengan kehadiran kereta Paksinagaliman. “Senang bisa lihat Kereta Paksinagaliman walaupun cuma duplikat tapi bisa tahu gambaran seperti apa kejayaan Cirebon zaman dulu,” kata salah seorang pengunjung, Nani, seperti yang dikutip fokus jabar.com.
Nani mengaku warisan budaya Cirebon tidak kalah menarik dengan daerah lain termasuk di Yogyakarta. “Setahu saya kan ada keterkaitan antara Jogja dan Cirebon dari sejarah dan budaya hampir sama,” ujar dia.
Kereta Paksinagaliman ini menjadi tema dalam Caruban Carnival karena merupakan bagian dari akar budaya Cirebon.
Tema Paksinagaliman diambil karena sebagai salah satu pusaka dan warisan budaya Cirebon. Ide dasar kreasi dari tema yang diambil adalah perpaduan dari tiga jenis hewan yang ada di dalam kereta Paksinagaliman.
Yakni, paksi adalah burung yang mewakili simbol budaya Islam, hewan naga mewakili budaya Cina, dan liman mewakili budaya India. Secara filosofis, simbol Paksi mewakili kekuatan angkasa, simbol Naga mewakili kekuatan bawah air dan Liman mewakili kekuatan di darat. “Jadi darat laut dan udara itu perpaduan yang sudah membangun Cirebon menjadi kerajaan besar di masa lalu,” tutur Chaidir.
Untuk menjadi yang terbaik dalam carnaival ini, para desainer yang ikut harus melewati seleksi yang cukup ketat. Para desainer dituntup untuk menciptakan konstum unik yang dapat menyedot perhatian dewan juri termasuk warga. Puncak penjurian dilakukan hari Minggu, 14 Mei 2017, saat carnival berlangsung. ”Puncaknya pada Minggu ini hasil kreasi para desainer akan diperlihatkan kepada masyarakat dan pengunjung maupun juri tentang desain mana yang dapat penghargaan nantinya,” sambung Chaidir.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Cirebon Hartono mengungkapkan, Festival Caruban ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Cirebon, yang biasanya hanya transit di Kota Udang ini.
“Saat ini Kabupaten Cirebon hanya identik dengan wisata religi. Cirebon hanya ramai saat momen-momen tertentu seperti ziarah atau libur mudik Lebaran, tetapi dengan festival ini kita harap wisatawan yang datang bisa bertambah banyak,” ujarnya.
Hartono juga mengatakan jika Impact acara ini, mampu menjangkau hingga level masyarakat yang terbawah. Para penjual makanan dan minuman, tukang parkir, tukang becak, penjahit, desainer hingga tukang anyam bambu mulai kewalahan mempersiapkan segala sesuatunya.
“Tahun lalu, sepanjang jalan ramai, banyak penjual makanan dan minuman dadakan, rumah makan dan restoran juga penuh, Ekonomi tumbuh,” kata Hartono.
Batik Cirebon, para seniman hingga destinasi wisata unggulan ikut dipromosikan. Harapannya, upaya ini bisa mendongkrak angka kunjungan wisatawan ke Cirebon.
Dengan momentum ini, lanjut Hartono, Kabupaten Cirebon tidak ingin hanya menjadi tempat transit. Ia mengatakan, jika hanya mengandalkan wisata religi atau kuliner saja, Cirebon akan lama untuk berkembang. Karenanya sekarang Pemkab sudah bergerak cepat menggenjot beberapa program strategi untuk mendorong pariwisata.
“Kita sudah siapkan beberapa program kepariwisataan. Pembangunan infrastruktur seperti seperti Bandara Jawa Barat dan Tol Cipali membuat Cirebon bisa bergerak makin cepat. Kami akan manfaatkan momen ini,” katanya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menaruh hormat kepada Sultan yang sangat menjiwai semangat pariwisata. Gelar budaya yang digagas itu akan menjadi atraksi yang ditunggu-tunggu wisatawan. “Mudah-mudahan ini menginspirasi pusat-pusat kebudayaan yang lain. Pesona Indonesia ada dan hidup di mana-mana,” kata Arief .