Apa Kabar Project Google Loon di Indonesia?

Sudah hampir setahun sejak Google menandatangi nota kesepakatan dengan tiga operator seluler Indonesia untuk pengujian Project Loon. Namun hingga kini belum ada kelanjutan dari proyek balon internet Google itu.
Direktur Network IT & Solution Telkom Abdus Somad Arief mengatakan saat ini Project Loon masih terus dibahas oleh pemerintah. Ada dua hal yang menjadi fokus pembahasan.
Pertama soal kedaulatan. Ada kekhawatiran bila orang lain atau asing berada di langit Indonesia, sejumlah informasi penting dapat dicuri oleh mereka.
“Kita seperti ditelanjangi, karena sudah ketahuan semua sama mereka. Karena itu pemerintah melakukan peninjauan dengan seksama,” kata pria yang kerap disapa Asa saat dijumpai usai acara diskusi publik Strategi Membangun Infrastruktur Telekomunikasi Untuk Pemerataan Pembangunan dan Kemajuan Negeri di Ruang Multimedia Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hal kedua adalah segi teknis. Saat ini masih dibahas pembagian wilayah pengoperasian Project Loon di Tanah Air. Seperti diketahui, dalam pengujiannya, Google bekerja sama dengan tiga operator seluler, yakni Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo.
Saat ditanya apabila Project Loon akhirnya gagal terbang, Asa mengatakan pihaknya tidak mempermasalahkannya. Sebab selama kita membangun teristerial di darat maupun di laut. Secara teknis kapasitas, hal tersebut tidak akan bisa disaingi oleh yang ada di udara.
“Kapasitas di udara itu terbatas. Tidak bisa menyaingi yang di darat,” ujar Asa.
Di tempat yang sama, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB M. Ridwan Effendi tegas mengatakan sejatinya Indonesia tidak memerlukan balon internet Google. Sebab, anak-anak Indonesia sudah bisa membuat teknologi yang sama.
“Operator sebaiknya bekerjasama dengan anak bangsa sendiri. Jadi dana riset mengalir di dalam negeri,” katanya.
Untuk diketahui kerja sama untuk menerbangkan balon Google telah disepakati bersama Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata saat mengunjungi markas Google, akhir November 2015 lalu. Balon Google itu rencananya akan menyebarkan sinyal 4G lewat udara di spektrum 900 MHz.
Balon Google ini nantinya akan terbang dan bergerak mengelilingi Indonesia di atas ketinggian 20 kilometer dengan radius pancaran sinyal 40 kilometer. Sinyal yang dihantarkan merupakan sinyal seluler 4G LTE dengan base station buatan Google sendiri.
Balon itu bisa terbang selama 150 hari di angkasa. Sebelum balon itu kempis, pihak Google akan mengarahkan lokasi pendaratan balon tersebut di daratan kosong, bukan di lautan, agar perangkat radio pemancarnya bisa diambil dan dimanfaatkan lagi.
Radio pemancar yang menempel di balon itu disediakan oleh Google, yang telah didesain khusus agar tahan terhadap air sampai angin kencang. Sementara itu, radio pada balon itu tetap terhubung dengan menara pemancar di darat milik operator seluler.
Dalam catatan, Google sendiri mengkalkulasi Indonesia membutuhkan sekitar 6.000 balon jika ingin seluruh area Nusantara kebagian sinyal dari atas balon udara. Namun yang diuji coba tak akan sebanyak itu.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memastikan Project Loon akan mengudara tahun 2016 ini. Dirinya mengaku baru saja menemui pihak X yang merupakan perusahaan yang menjalankan proyek balon internet Google ini.
Seperti diketahui, Project Loon atau balon internet Google merupakan inovasi teknologi yang dikeluarkan oleh Google X. Namun, kini perusahaan tersebut tinggal bernama X saja.
“Baru saja orang X yang ngurus Loon tadi ketemu saya. Mereka mau update ke kita dari sisi keamanan, dan mereka sudah komunikasi dengan Mabes TNI,” ucap menteri yang akrab disapa Chief RA itu.
Rudiantara melanjutkan, kemudian Google X juga harus mengurus izin lalu lintas udara kepada Kementerian Perhubungan, sebagai syarat sebelum balon internet Google tersebut dapat mengudara di wilayah Nusantara.
Namun, karena waktu itu terjadi pergantian di puncuk Menteri Perhubungan dari Ignasius Jonan ke Budi Karya Sumadi, proses izin dari instansi tersebut jadi tersendat.
“Sebelum pergantian menteri, mereka sudah (mulai mengurus perizinan), tapi karena menterinya baru lagi, nanti diperbarui lagi,” tutup Chief RA.