BPS: Inflasi di Hari Raya Idul Fitri 2017 Masih Terkendali

0
bps inflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi di bulan Juni 2017 di kantor pusat BPS, Jakarta Pusat, Senin, 3 Juli 2017.  Inflasi di bulan Juni ini diumumkan langsung oleh Kepala BPS Suhariyanto. Suhariyanto menyebut inflasi bulan Juni 2017 yang bertepatan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri 1438 H masih terkendali dibandingkan inflasi pada Hari Raya Idul Fitri di tahun sebelumnya.

Untuk Hari Raya Idul Fitri 1438 H, inflasi hanya mencapai 0,69 persen. Sedangkan inflasi di Hari Raya Idul Fitri pada tahun sebelumnya mencapai 0,93 persen untuk Lebaran 2014 yang terjadi di bulan Juli, kemudian pada Lebaran 2015 pada bulan Juli juga,  inflasi tercatat sebesar 0,93 persen dan pada Lebaran 2016, inflasi mencapai 0,66 persen di bulan Juni, sedangkan di bulan Juli. Inflasi di posisi 0,69 persen.

“Pada 2017 ini Ramadan sebagian jatuh di Mei dan Juni. Lebaran 2017 lebih terkendali dibandingkan 3 tahun sebelumnya,” kata Kepala Suhariyanto.
Inflasi Juni 2017 yang terkendali, lanjut Suhariyanto, tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam menekan gejolak harga pangan. Umumnya, gejolak harga pangan terjadi menjelang Lebaran, namun di tahun ini gejolak harga pangan bisa diatasi dengan adanya Satgas Pangan.

“Pemerintah melakukan berbagai upaya dengan adanya Satgas Pangan dan sebagainya,” tutur Suhariyanto.

Meski Satgas Pangan telah menjalnakan tugasnya dengan baik, tidak dipungkiri ada beberapa faktor yang menyebakan inflasi di bulan Juni mencapai 0,69 persen. Sumber inflasi itu terdiri dari:

1. Bahan makanan 0,69 persen dengan andil inflasi 0,14 persen.  Inflasi terjadi karena kenaikan harga sayur mayur, ikan segar sebesar 0,05 persen, bawang merah dan daging ayam ras masing-masing 0,03 persen

2. Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,39 persen dengan andil 0,07 persen. Kue kering, nasi dan lauk, rokok kretek filter masing-masing 0,01 persen

3. Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,75 persen dengan  andil inflasi 0,18 persen, yang dominan karena penyesuaian tarif listrik 900 VA dan tarif air minum PAM

4. Sandang 0,78 persen dengan andil inflasi 0,05 persen

5. Kesehatan 0,34 persen dengan andil inflasi 0,02 persen

6. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,07 persen dengan andil inflasi 0,00 persen

7. Transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 1,27 persen dengan andil inflasi 0,23 persen

Sementara itu dari 82 kota IHK, sebanyak 79 kota mencatat inflasi dan 3 kota deflasi. Inflasi tertinggi di Tual 4,48 persen, terendah di Merauke sebesar 0,12 persen.  Sementara deflasi tertinggi di Singaraja 0,64 persen dan terendah di Denpasar 0,01 persen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *