Cap Go Meh 2025 di Wihara Amurva Bhumi Jadi Simbol Akulturasi dan Kebersamaan Masyarakat Jakarta

0
WhatsApp Image 2025-02-12 at 17.40.22

Wihara Amurva Bhumi, Karet, Jakarta Selatan mengelar perayaan Cap Go Meh 2025/4723HE pada Selasa malam (11/2/2025). Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama Supriadi serta anggota DPRD Provinsi Jakarta, Kevin Wu dan Francine Widjojo. Selain mereka, hadir pula jajaran pengurus Wihara Amurva Bhumi dan ratusan umat Buddha yang ikut merayakan perayaan tersebut.

Malam itu, suasana penuh kekhidmatan dan kegembiraan terasa kental di lingkungan Wihara Amurva Bhumi. Perayaan Cap Go Meh, yang biasa dikenal sebagai acara penutupan rangkaian perayaan Imlek, kali ini menonjolkan kekayaan budaya dan tradisi agama Buddha. Berbagai acara dan ritual yang berlangsung di wihara tersebut menjadi simbol kedamaian, kebersamaan, dan keberagaman yang hidup di tengah-tengah masyarakat Jakarta.

Menariknya, dalam acara tersebut, Menteri Kebudayaan Fadli Zon berkesempatan untuk melakukan peninjauan langsung ke lokasi Wihara Amurva Bhumi, yang menjadi tempat ibadah bagi umat Buddha. Dalam kesempatan ini, Menbud didampingi oleh pengurus Wihara untuk melihat secara langsung kondisi dan fasilitas yang ada di dalam wihara, baik di area luar maupun di dalam tempat persembahyangan.

Dalam peninjauannya, Menteri Fadli Zon mengangumi keunikan Wihara ini yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Keunikan atau daya tariknya itu mulai dari lokasi vihara yang diapit oleh gedung pencakar langit, hingga nuansa yang dihadirkan tempat ibadah ini.

Menteri, Fadli Zon, memberikan apresiasi tinggi terhadap pelaksanaan perayaan Cap Go Meh yang diselenggarakan oleh Wihara Amurva Bhumi. Dalam pernyataannya, Fadli Zon menekankan pentingnya budaya yang terus hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia, sebagai cerminan dari keberagaman yang telah ada sejak dulu hingga sekarang.

“Budaya yang terus hidup di masyarakat ini menunjukkan juga keberagaman kita sebagai masyarakat Indonesia dari dulu sampai sekarang,” ujar Fadli Zon

Menurutnya, perayaan Cap Go Meh bukan hanya sekedar acara keagamaan, tetapi juga merupakan sebuah festival rakyat yang mencerminkan berbagai elemen budaya Indonesia, seperti kebahagiaan, silaturahmi, dan keragaman kuliner.

“Selain menjadi tempat untuk kebahagiaan dan kekayaan tradisi Imlek, acara ini juga menjadi sarana silaturahmi bagi masyarakat yang berkumpul. Ada perhitungan, kuliner, dan berbagai kegiatan lain yang menggambarkan betapa panjangnya tradisi ini. Semoga perayaan seperti ini terus berjalan dan hidup di tengah masyarakat Indonesia, karena ini adalah bagian dari gerakan ekonomi budaya dan industri budaya kita,” tambahnya.

Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama, Supriadi, menyampaikan ucapan selamat kepada komunitas Tionghoa yang merayakan Cap Go Meh di Wihara Amurva Bhumi, Jakarta Selatan. Supriadi menekankan bahwa perayaan Cap Go Meh bukan hanya dirayakan oleh umat Buddha, tetapi juga merupakan tradisi yang merangkul semua umat beragama, khususnya bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia.

“Cap Go Meh adalah perayaan yang tidak hanya dirayakan oleh umat beragama tertentu, tetapi juga oleh seluruh umat dari komunitas Tionghoa. Saya hari ini merasakan lezatnya lontong Cap Go Meh, dan semoga cita rasa ini akan terus dinikmati oleh masyarakat Indonesia,” ujar Supriadi.

Perayaan Cap Go Meh, menurut Supriadi, juga menjadi momen penting untuk mempererat hubungan antar sesama umat beragama dan memperkuat nilai-nilai toleransi serta kekeluargaan di masyarakat Indonesia.

“Hari ini kita merayakan untuk kebersamaan, untuk saling menjaga hubungan, silaturahmi, dan rahmat kita. Ini adalah cara kita memperkuat kekeluargaan di antara marga dan seluruh masyarakat Indonesia,” ungkapnya.

Sementara itu, Anggota DPRD DKI Jakarta Kevin Wu mengatakan perayaan Cap Go Meh kali ini merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas dikabulkannya permohonan kasasi terkait sengketa lahan Vihara Amurva Bhumi. Keputusan Mahkamah Agung yang mengabulkan kasasi dari pihak Vihara Amurva Bhumi ini dianggap sebagai tonggak penting dalam mewujudkan rasa keadilan dan memberikan kejelasan hukum, khususnya terkait tempat ibadah agama.

Menurutnya, keputusan ini juga merupakan kemenangan besar dalam upaya melindungi tempat-tempat ibadah dari pihak-pihak yang ingin memanfaatkannya demi keuntungan pribadi.

Kevin Wu juga menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan sengketa ini, termasuk Francine Widjojo dan tim dari LBH, serta PSI yang memiliki kepedulian tinggi terhadap isu toleransi di Indonesia.

“Saya juga bersyukur kepada teman-teman seperti Francine Widjojo dan LBH, yang memberikan perhatian luar biasa terhadap isu toleransi di Indonesia. Pemerintah juga memberikan dukungan penuh, terutama Dirjen Bimas Buddha, serta Menteri dan Wakil Menteri Raja Juli Antoni yang memberikan peringatan keras kepada mafia tanah agar tidak mengganggu tempat ibadah,” tambahnya.

“Keputusan ini kami anggap sebagai kado istimewa, tidak hanya bagi umat Buddha di Wihara Amurva Bhumi, tetapi juga bagi semua penganut agama dan keyakinan yang ada di sana,” ungkap Kevin Wu.

Perayaan Cap Go Meh di Wihara Amurva Bhumi diwarnai dengan suasana yang penuh kegembiraan dan kebersamaan. Selain melaksanakan ritual keagamaan, umat Buddha yang hadir juga diajak untuk menikmati kelezatan lontong Cap Go Meh, hidangan khas yang menjadi tradisi setiap tahunnya. Selain hidangan lezat, perayaan Cap Go Meh juga dimeriahkan dengan pertunjukan Barongsai yang memukau

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *