Ekonomi Tiongkok Diramalkan Tumbuh Positif, Indonesia Bakal Peroleh Benefit

0
4120977750 (1)

Analis Eksekutif Bank Indonesia Perwakilan Beijing Firman Hidayat mengatakan  International Monetary Fund (IMF) telah meramalkan Tiongkok menjadi negara yang perekonomiannya akan tumbuh konsisten. Terhitung  sejak tahun 2020, perekonomian negeri tirai bamboo telah menjadi satu-satunya negara yang tumbuh positif. Untuk tahun ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok mencapai 8 persen dan di tahun 2022  diprediksi dapat tumbuh 5,6 persen.

Firman menyebut ekonomi Tiongkok juga  memiliki kontribusi yang cukup besar bagi ekonomi global yakni mencapai 18 persen.

“ Selain itu, ekonomi Tiongkok telah menjadi mesin pendorong pemulihan ekonomi global pada tahun 2020 hingga tahun 2022,” sebut  Firman saat menjadi narasumber dalam webinar bertajuk Indonesia-China LCS Implementation Progress & Best Practice, Rabu (24/11/2021). Webinar ini juga ditayangkan oleh EL JOHN TV.

Ikut hadir dalam webinar tersebut,  antara lain Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok  Djauhari  Oratmangun, Duta Besar China untuk ASEAN Deng Xijun, Ketua Umum APINDO Hariyadi B Sukamdani, Vice Chairman of LIT Alim Markus dan Country Manager Bank of China perwakilan Hong Kong Zhang Chaoyang.Firman menjelaskan,  Tiongkok telah mencanangkan menjadi negara dengan negara berpenghasilan tertinggi atau high income country pada tahun 2025. Dengan pencanangan itu, Tiongkok pun menargetkan peningkatan secara optimal Produk Domestik Bruto (PDB)-nya pada tahun 2035.

“Apabila Tiongkok bisa mewujudkan target ini, tentunya Tiongkok akan berpeluang  besar menjadi ekonomi yang terbesar di dunia dan ini adalah grafik prediksi dari IMF, jadi diperkirakan mulai tahun 2030 ekonomi Tiongkok ini bisa melesat tinggi jauh di atas perekonomian AS (Amerika Serikat),” kata Firman.Ada beberapa faktor yang membuat Tiongkok percaya diri untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi, antara lain Tiongkok telah bergabung dalam kelompok RCEP (Regional Comprehensive Economic) atau Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional .

RCEP adalah perjanjian perdagangan bebas yang melibatkan sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) (Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam) dan lima negara mitranya (Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru)“RCEP ini adalah merupakan kawasan atau free trade area yang terbesar di dunia, karena kalau kita gabungkan negara-negara RCEP yang di dalamnya ada beberapa negara itu, itu total kontribusinya mencapai 30 persen dari total PDB dunia,” ujar  Firman.

“Dan bayangkan Tiongkok juga sudah memiliki kerjasama dengan ASEAN yang total persentase PDB nya kalau digabungkan mencapai sekitar 20 persen. Jadi memang Tiongkok ini kedepan akan memperkuat perdagangan dan investasi kawasan melalui kerjasama baik RCEP maupun kerjasama ASEAN-China,” tambanya.

Menurut Firman, RCEP tak hanya menguntungkan Tiongkok saja namun juga negara peserta lainnya termasuk Indonesia. Indonesia yang berperan sebagai regional supply change menjadi peluang untuk memperkuat lagi kerjasama RCEP ini.

“Intinya adalah bahwa seluruh anggota RCEP akan memperoleh benefit sebagian besar dan tentunya melalui investasi dan perdagangan yang lebih kuat. Yang paling penting adalah point yang ada di RCEP adalah ketentuan mengenai rule of origin. Ketentuan ini bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memperkuat peran Indonesia dalam regional supply change,” ungkap Firman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *