Fortinet Siap Berkolaborasi Dengan Universitas Atasi Kesenjangan Tenaga Ahli Keamanan Siber

Fortinet siap berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk melatih para mahasiswanya yang ingin memiliki keahlian di bidang keamanan siber. Hal tersebut disampaikan Country Director, Fortinet Indonesia Edwin Lim saat acara press conference di Jakarta, Selasa (21/06/2022).
Edwin mengatakan Fortinet memiliki layanan Security Awareness Training melalui Fortinet Training Institute yang banyak meraih penghargaan Layanan tersebut dapat dimanfaatkan bagi Perguruan Tinggi untuk menjalin kerja sama dengan Fortinet.
“Kita punya namanya program Forty Academy namanya itu sebenarnya adalah program di mana kita bersama-sama akademisi misalnya dengan institusi institusi sekolah universitas atau mungkin mungkin sma-smk seperti itu kita seperti itu Jadi kalau misalnya nanti ada misalnya nanti mungkin ada di Universitas atau sekolah tinggi atau mungkin ada SMK apa yang tertarik untuk saya mau dong jadi satu tempat wadah untuk melakukan tempat training ya saya aja nanti kita bisa punya satu program yang bisa kita kerjasama sama mereka-mereka ini,” kata Edwin.

Fortinet Training Institute adalah jaringan organisasi pelatihan terakreditasi di lebih dari negara/wilayah di seluruh dunia yang mengajar dalam 26 bahasa berbeda. Fortinet Training Institute ini memberikan pelatihan keamanan siber dalam bahasa lokal menggunakan kurikulum yang dikembangkan untuk Program Sertifikasi NSE Fortinet.
Kehadiran Fortinet Training Institute, untuk menutupi kesenjangan tenaga ahli keamanan siber. Hasil temuan Fortinet menyebutkan pada tahun 2021, Asia-Pasifik adalah kawasan dengan kesenjangan tenaga kerja terbesar, yaitu 1,42 juta orang. Meskipun menurun dibandingkan tahun sebelumnya, kawasan ini masih harus banyak berbenah.
Menurut Edwin, masih kurangnya minat masyarakat untuk belajar tentang keamanan siber menjadi salah satu penyebab munculnya kesenjangan tenaga ahli ini. Karena itu, harus ada minat yang kuat dari masyarakat untuk mengetahui begitu pentingnya keberadaan tenaga ahli keamanan siber.
“Sekarang tinggal kembali kepada kita nih, kita mau belajar apa enggak. semua media sudah ada, kita siapkan, mau secara online atau mau online, jadi kita harus harus mau korbanin waktu kita untuk belajar,” ujar Edwin.

Edwin berharap kehadiran Fortinet Training Institute dapat menjadi solusi untuk melahirkan tenaga-tenaga yang mumpuni dalam bidang keamanan siber.
“Mudah-mudahan kita lebih intens lagi ke market, sehingga kita bisa membangun tenaga kerja yang yang lebih skill full. Sekarang ini belum banyak sekarang ini di Perguruan Tinggi yang bener-bener mengajarkan hanya satu topik di security , ada sih tapi itu hanya beberapa tahun terakhir ini. Jadi kalau kita sudah mengarah ke sana, mungkin itu akan lebih baik, Jadi sekarang ya tugas kita berusaha bagaimana kita bisa meningkatkan skill, kalau kita menjual barang kita kalau orangnya ada lebih bagus,” ujar Edwin.
Pelatihan yang diselenggarakan Fortinet dilengkapi sertifikat yang diakui dunia. Semakin tingginya kesadaran dan pemahaman akan pentingnya keamanan siber menjadi salah satu alasan utama sertifikasi sangat dihargai.

Hal senada juga disampaikan Vice President of Marketing and Communications Asia, Fortinet Rashish Pandey. Ia menegaskan Fortinet berkomitmen mengatasi kesenjangan keahlian ini dengan membuat agenda peningkatan pelatihan yang dinamakan Training Advancement Agenda (TAA) dan menyusun program lembaga pelatihan guna meningkatkan akses dan jangkauan sertifikasi serta pelatihan keamanan siber yang dianggap penting bagi perusahaan yang akan merekrut tenaga ahli, sebagaimana terungkap dalam survei.
“Fortinet menjanjikan 1 juta tenaga ahli terlatih pada tahun 2026 nanti, dan melalui kerja sama dengan mitra lokal, kami telah menerbitkan lebih dari 840.000 sertifikat sejak program dimulai.” Tegasnya.