Genjot Kunjungan Wisman Vietnam, Kepri Buat Paket Wisata Ziarah Galang
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) Vietnam yang berkunjung ke Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) masih sedikit, kalah dibanding dengan jumlah wisman dari Singapura, Malaysia, China, Korea, India, dan Jepang. Padahal Kepri memiliki objek wisata unik berkaitan erat dengan Vietnam, yakni lokasi bekas pengungsian orang-orang Vietnam di Pulau Galang.
Melihat potensi objek wisata yang tidak dimiliki daerah lain itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri berencana membuat paket wisata spesial dengan tujuan untuk menjaring wisman Vietnam lebih banyak lagi ke provinsi yang mendapat julukan sebagai Gerbang Wisata Bahari Indonesia ini.
“Namanya Paket Wisata Ziarah Galang. Saat ini kami tengah godok persiapan persyaratannya dan kemasan paketnya. Insya Allah tahun depan akan dirilis,” kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Kepri, Buralimar, M.Si usai membuka secara resmi kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Strategi Pemasaran Cross Border yang digelar Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Hotel Golden View, Batam, Kepri.
Sesuai nama paketnya, isi itenenary-nya akan mengajak wisman asal Vietnam berkunjung ke Pulau Galang kemudian ke pulau-pulau yang ada di sekitarnya.
“Di Pulau Galang, mereka akan diajak berziarah ke makam-makam para orangtua mereka yang meninggal saat menetap di Galang, juga ke museum, dan lainnya,” terang Buralimar.
Durasi paketnya, lanjut Buralimar sekitar 3-4 hari.
“Kita akan bekerjasama dengan salah satu media untuk membuat konsep itinerary-nya. Kalau sudah selesai akan kami bawa ke Kementerian Pariwisata untuk kami presentasikan,” akunya.
Menurut Buralimar untuk tahap awal, Paket Wisata Ziarah Galang ini, ditargetkan mampu menjaring 1.000 – 2.000 wisman Vietnam per tahunnya.
“Keturunan para pengungsi Vietnam di Galang saat ini banyak yang menjadi pengusaha di negara-negara di luar Vietnam. Di Vietnam sendiri kabarnya ada yang menjadi pejabat setempat. Jadi pasar paket ini sudah jelas. Mungkin mereka ada yang ingin bernostalgia karena dulu pernah lahir dan besar di Pulau Galang,” tambah Buralimar.
Paket tersebut rencananya dipasarkan sebelum orang-orang Vietnam melakukan kebiasaan berziarah kubur agar moment-nya pas.
“Sekitar bulan 6, kalau tidak salah di sana (Vietnam-red) ada senacam ziarah kubur. Kalau di Indonesia biasanya dilakukan sebelum bulan Ramadhan,” terang Buralimar.
Untuk memasarkan paket ini, tak ada cara lain selain mempromosikannya ke Vietnam langsung.
“Setelah paket ini jadi dan dirilis, kami berencana akan menjualnya ke Vietnam,” ujarnya.
Sebenarnya paket khusus buat menjaring wisman asal Vietnam terutama keturunan eks pengungsi Vietnam di Pulau Galang, Kepri sudah pernah dibuat pada tahun 2005.
“Waktu itu namanya Paket Wisata Reuni Pengungsi Vietnam. Namun kata ‘Reuni’ itu dinilai Pemerintah Vietnam bisa membuka luka lama sehingga paket tersebut tidak berlanjut,” jelasnya.
Terkait paket wisata Ziarah Galang yang tengah disiapkan Pemprov Kepri, Plt. Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kemenpar Hariyanto menilai langkah itu sebagai salah satu bentuk pengembangan diversifikasi produk wisata dari hasil kreativitas Kepri dengan memanfaatkan potensi yang ada.
“Kepri sudah punya Pulau Galang dengan fakta dan sejarah sebagai lokasi bekas pengungsian orang-orang Vietnam, tentu sangat menarik kalau dijadikan paket wisata yang ditujukan buat pasar orang Vietnam yang bertalian erat dengan sejarah itu,” terangnya.
Menurut Hariyanto daerah-daerah Indonesia yang berbatasan dengan negara tetangga harus memanfaatkan potensi dan karakter/kekhasan masing-masing untuk melakukan hal serupa agar wisatawan nusantara (wisnus) terpikat datang dan cross border pun tertarik berwisata ke Indonesia.
“Kreativitas pihak-pihak terkait di wilayah perbatasan, termasuk masyarakatnya sangat diperlukan untuk menciptakan berbagai atraksi menarik dan beda. Ditambah dengan pemahaman strategi pemasarannya agar pasar yang dituju tepat sasaran. Jadi bukan hanya ketersediaan aksebilitas dan amenitas,” jelas Hariyanto.