Gunung Merapi dan Museum Gunung Api Merapi

0

101880_museum-gunung-api-merapi_663_382

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api teraktif di dunia. Gunung ini terhitung beberapa kali mengalami letusan dimana yang terakhir pada 2010. Meski demikian, potensi wisata gunung ini amatlah tinggi. Alamnya yang subur dan hijau menjadikan pemandangan Gunung Merapi layaknya lukisan di atas kanvas. Ada wisata Lava Tour Kaliadem di Desa Kepuharjo, Kecamatan, Cangkringan, Kabupaten Sleman. Dari sini Anda dapat menyaksikan puncak Merapi (2.965 m dpl) yang menjulang tinggi dengan jarak pandang sekitar 2 kilometer. Kawasan kaliadem sendiri merupakan dataran tinggi di sebelah selatan Gunung Merapi dan menjadi lokasi tepat untuk menyaksikan pesona keagungan gunung yang dihiasi asap sulfatara mengepul dari mulut kawahnya tak pernah berhenti beraktivitas.

Kawasan Kaliadem merupakan dataran tinggi di sebelah selatan Gunung Merapi. Dari kawasan ini, Anda dapat menyaksikan puncak Merapi yang menjulang tinggi dengan jarak pandang sekitar 2 kilometer. Pesona keagungan gunung setinggi 2.965 meter di atas permukaan laut ini dihiasi oleh asap sulfatara yang tak pernah berhenti mengepul dari mulut kawahnya, memperlihatkan bahwa gunung ini tak pernah berhenti beraktivitas. Di kawasan gunung ini ada juga Museum Gunung Api Merapi (MGM), tepatnya di Jalan Boyong, Dusun Banteng, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Keberadaan Museum ini merupakan sarana pendidikan dan penyebarluasan informasi mengenai peristiwa letusan Gunung Merapi yang berkaitan dengan aspek ilmiah dan sosial-budaya.

Museum Gunung Api Merapi merupakan museum bersejarah yang terdapat di Yogyakarta tepatnya Jln. Boyong, Dusun Banteng, Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta sekitar lima kilometer dari kawasan obyek wisata Kaliurang. Museum Gunung Merapi telah diresmikan pada tanggal 1 Oktober 2009 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro. Dengan luas bangunan sekitar 4,470 yang berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektare, museum yang ke depan juga akan dilengkapi dengan taman, area parkir, dan plasa ini ingin dikenal masyarakat sebagai Museum Gunungapi Merapi dengan semboyan Merapi Jendela Bumi.

Museum Gunungapi ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan, penyebarluasan informasi aspek kegunungapian khususnya dan kebencanaan geologi lainnya yang bersifat rekreatif-edukatif untuk masyarakat luas dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman tentang aspek ilmiah, maupun sosial-budaya dan lain-lain yang berkaitan dengan gunungapi dan sumber kebencanaan geologi lainnya. Museum Gunungapi ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif sebagai sarana yang sangat penting dan potensial sebagai pusat layanan informasi kegunungapian dalam upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat, serta sebagai media dalam meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat tentang manfaat dan ancaman bahaya letusan gunungapi serta bencana geologi lainnya.

Museum ini dikenal dengan nama “Merapi Jendela Bumi”, karena bermanfaat sebagai wahana edukasi konservasi, pengembangan ilmu tentang bencana gunung api, gempa bumi, dan bencana alam lainnya. Museum Gunung Api Merapi juga memiliki bagian-bagian seperti pundak, kaki, badan, dan kepala. Menurut filosofi Hindu, bagian kepala berbentuk kerucut dianalogikan sebagai gunung api yang merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat sekitarnya.

Ketika kita mulai berjalan-jalan mengelilingi museum, kita akan menemukan dinding lobby yang dipenuhi dengan relief yang menggambarkan kehidupan gunung api dan manusia. Pada bagian tengah lobby kita akan menemukan sebuah maket gunung api berskala besar, untuk mengetahui struktur gunung api yang sesungguhnya. Selain itu di Museum Gunung Merapi kita juga bisa mengamati berbagai tipe gunung api dan letusannya di dunia melalui panel museum. Bahkan museum ini juga menyimpan artefak dari letusan Merapi tahun 2006 dan 2010 berupa bangkai sepeda motor, alat-alat rumah tangga dan foto-foto erupsi gunung api lainnya di Chili, Italy, Hawaii, USA, dan lain – lain. (arf)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *