IG Indonesia 2024 sebagai Upaya Signifikan Mengembangkan Industri Manufaktur dalam Negeri
Indonesia Exhibition on Gases Technology, Equipment and Applications 2024 atau IG Indonesia yang berlangsung di Swissotel, PIK (Pantai Indah Kapuk) diyakini memberi manfaat untuk perkembangan industry manufaktur dalam negeri, dan upaya signifikan mencukupi kebutuhan gas industry dalam negeri sebesar 1,4 juta ton per tahun. IG Indonesia yang disponsori China IG Members Alliance (CIGMA),
Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) dan lain sebagainya lebih mengedepankan gas untuk menunjang industry. Gas seperti Oksigen (O2), Nitrogen (N2) dan Argon (Ar) adalah bahan penting pada berbagai industri.
“O2 terutama dimanfaatkan untuk industry baja. N2 untuk petrokimia, dan Argon untuk welding. Argon dulunya juga banyak dimanfaatkan untuk bohlam lampu. Tapi sekarang, industry lampu sudah semakin banyak menggunakan LED ( light-emitting diode ),” kata Imam Syofwan dari Ace Gases Malaysia.
Gas industry berbeda dengan gas alam, termasuk jenis dan kegunaan. Jenis-jenis sumber daya alam dengan perbedaannya, antara lain LNG, LPG. Selain, kegunaan gas alam untuk bahan bakar. Tetapi industry gas pada IG Indonesia memamerkan gas untuk menunjang industry. Terutama produsen gas industry China berskala multinasional, mendominasi IG Indonesia. Selain, ada beberapa pemain multinational dari India, Malaysia dan lain sebagainya.
“Pemain lokalnya, Samator Group. Pemain multinational terutama dari China, rata-rata punya fasilitas engineering center nya. China sangat merajai gas industry, sehingga potensial memasarkan ke Indonesia, India dan lain sebagainya. Sementara produsen gas dalam negeri yang aktif pada industry gas belum punya fasilitas engineering center. Ini tantangan juga untuk AGII,” terang Imam.
Di tempat yang sama, Husnimar dari PT Surya Biru Murni Acetylene (SBM) melihat direct benefit keikutsertaan pada IG Indonesia, terutama kesempatan bertanya langsung dengan para exhibitor China yang teknologi equipment (peralatan) gas sudah sangat maju. Selain, Husnimar juga mendapat referensi mengenai penggunaan gas industry untuk pembangkit listrik dan lain sebagainya.
“IG Indonesia, ada conference dan pameran. Kami bisa melihat langsung equipment untuk SBM sebagai penyedia jasa dan manufaktur gas. Karena teknologi peralatan (gas industry) tidak ada di Indonesia, hanya ada di China, India dan Eropah,” kata Husnimar.
Beberapa produsen gas dari China yang ikut pameran, antara lain dari Sichuan, Hangzhou, Xinxiang, Shenzhen dan lain sebagainya. Bahkan booth Zhejiang Jinhua Air Separation Equipment menempatkan mock up (replica) plant. Desain awal sampai pada produksi, instalasi dan proses commissioning bisa dipelajari melalui tampilan mock up pabrik Zhejiang Jinhua. Teknologi peralatan gas Zhejiang juga sudah masuk pasar negara-negara di Timur Tengah, antara lain Iran, Irak.
“Kami bisa berinteraksi langsung dengan produsen. Selain, peralatan yang ditampilkan sangat variatif, mulai dari yang terkecil, seperti valve, tabung sampai pada peralatan produksi gas, liquid. Kebetulan pabrik kami (SBM) juga, sebagian besar menggunakan equipment dari China,” tutur Husnimar.
Sementara itu, All India Industrial Gases Manufacturers’ Association (AIIGMA) juga menyampaikan apresiasi terhadap panitia terutama CIGMA dan AGII yang berhasil menyelenggarakan IG Indonesia. selama dua hari conference dan pameran, para peserta dari AIIGMA berkesempatan bertukar pikiran, ide, pengalaman untuk kian memajukan gas industrinya. Pameran juga memberi kesempatan kepada para pengunjung untuk berinteraksi dengan industry gas dan penunjangnya di Indonesia.
“Terima kasih kami ucapkan kepada Mr. Frank Xu (Presiden CIGMA) yang selama 20 tahun konsisten menyelenggarakan acara seperti IG Indonesia. AIIGMA juga sangat terbantu, sehingga rutin menghadiri event yang sama di negara-negara lain,” kata presiden AIIGMA, Saket Tiku.
Hal yang sama juga diutarakan Husnimar, yakni ada kesempatan membangun networking dengan para pelaku usaha gas industry dalam dan luar negeri. Ia juga mengaku sempat temu dengan pemain yang sudah senior, yakni Imam Syofwan. Bahkan, pada usianya yang sudah tidak muda lain, Imam masih direkrut perusahaan Malaysia (Ace Gases Sdn Bhd).
“Beliau sangat menguasai, terutama special gas industry dan liquid. Sementara saya baru masih sangat junior, baru 10 tahun bergelut pada bisnis gas. Pengalaman pak Imam sudah lebih dari 30 tahun, bukan hanya gas industry tapi juga industry terkait seperti baja, perminyakan. Saya dan rekan saya yang lain mau konsultasi by phone dengan pak Imam. Karena selesai IG Indonesia, kami harus kembali ke kota Balikpapan Kalimantan Timur (kantor dan pabrik SBM),” kata Husnimar yang diamini rekannya dari SBM, Rahadian Firdaus.