Industri Pesawat Dalam Negeri Indonesia Tumbuh 9 Persen

0

Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan menyampaikan bahwa, industri perawatan pesawat dalam negeri mengalami pertumbuhan sebesar sembilan persen pada periode lima tahun terakhir.

“Dengan pertumbuhan yang cukup tinggi, maka industri perawatan pesawat merupakan bisnis yang menjanjikan. Oleh karena itu harus bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” tutur Putu ketika menjadi narasumber pada diskusi ‘Highlight Industry Aviation: Professional Analysis & Opinion‘, di Jakarta, Selasa (30/1).

Putu meyampaikan, beberapa bandara yang berpotensi dikembangkan industri ini adalah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dan Bandara Internasional Frans Kaisiepo Biak (Papua). Keberadaan industri MRO di dua bandara ini cukup penting untuk mengifisienkan biaya perawatan.

“Bukan hanya pesawat, MRO ini dapat digunakan untuk perawatan helikopter yang menjadi salah satu transportasi udara utama kawasan Indonesia Timur,” ujarnya.

Dia menambahkan, langkah yang akan dilakukan pemerintah adalah dengan memfasilitasi serta menginformasikan kepada para investor mengenai potensi bisnis ini di Indonesia.

“Ada beberapa industri MRO yang telah terintegrasi dengan bandara, seperti di Bintan dan Kertajati,” lanjut Putu.

Sebelumnya, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto mengungkapkan, potensi bisnis industri perawatan dan perbaikan pesawatdi Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai USD2,2 miliar, naik signifikan dibanding tahun 2016 sebesar USD970 juta. Hal ini seiring upaya pemerintah yang memacu pengembangan industri jasa penerbangan dalam negeri sejaktahun 2000 sehingga kinerjanya tumbuhdalam satu dekade terakhir.

“Industri MRO kita semakin kompetitif. Saat ini sudah mampu menyediakan berbagai jasa perawatan pesawat, antara lain airframe, instrument, engine, radio, emergency equipment, dan line maintenance,” paparnya.

Harjanto menyebutkan, pada tahun 2016, maskapai dunia mengeluarkan dana sebesar USD72,81 miliar untuk melakukan perawatan pesawat. Dari nilai tersebut, Amerika Utara menjadi penyumbang terbesar yang mencapai USD21,2 miliar, diikuti Eropa sekitar USD20,7 miliar dan Asia Pasifik USD13,3 miliar.

“Di tahun 2025, pasar perawatan pesawat di dunia diperkirakan terus meningkat dengan pertumbuhan 3,9 persen sehingga menjadi USD106,54 miliar. Asia Pasifik akan mengalami pertumbuhan terbesar, yakni 5,8 persen dibanding Amerika Utara 0,9 persen dan Eropa 2,35 persen,” paparnya.

Sementara itu, menurut Harjanto, perusahaan MRO di Eropa dan Amerika Utara mulai fokus menggarap industri berteknologi tinggi dan padat modal. Sedangkan untuk jasa perawatan pesawat yang tergolong padat karya, bakal diserahkan kepada pihak lain.

“Kondisi ini akan memberikan peluang bagi industri MRO di Asia Pasifik termasuk di Indonesia,” ungkapnya.

Peluang bisnis tersebut, perlu ditangkap oleh industri MRO nasionalyang saat ini jumlahnya mencapai 32 perusahaan, yang tergabung dalam Indonesia Aircraft Maintenance Service Association (IAMSA). Untuk itu, Kemenperin bersama seluruh pemangku kepentingan terkait terus berkolaborasi guna lebih meningkatkan daya saing industri MRO nasional.

Adapun langkah strategis yang perlu dilakukan dalam menunjang hal tersebut, di antaranya adalah pengembangan sumber daya manusia industri, pembangunan kawasan industri terpadu, pemenuhan standar kualitas, dan penguatan industri komponen pesawat.

“Kami akan melakukan pembicaraan yang lebih intens bersama produsen pesawat, terutama Airbus dan Boeing agar dapat mendirikan Aircraft Engineering Center di Indonesia,” ujar Harjanto.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *