ICBC dan CCPIT Bahas Rantai Pasok Barang Setengah Jadi untuk Industri Indonesia

Indonesia China Business Council (ICBC) menerima kedatangan perwakilan Chief Representative China Council for the Promotion of International Trade (CCPIT) Development & Research Departement di kantor ICBC, Plaza Maspion, Jakarta Pusat, pada Rabu (24/07/2024).
Perwakilan CCPIT yang datang terdiri dari lima orang dipimpin oleh Mr. Lu Ning dan diterima oleh Wakil Ketua Harian ICBC Hasan Kosasih Ko. Kedatangan mereka membahas rantai pasok barang setengah jadi untuk menunjang industri di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mendapat penjelasan dari ICBC terkait rencana Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengenakan Bea Masuk Anti Dumping sebesar 100-200 persen.
Seperti diketahui Tiongkok telah lama menjadi salah satu pusat manufaktur terbesar di dunia, dan peranannya dalam pasar global semakin dominan dengan pasar barang setengah jadi. Barang setengah jadi adalah produk yang telah melewati tahap awal produksi, tetapi masih memerlukan lebih banyak pemrosesan sebelum menjadi produk jadi yang siap dijual kepada konsumen akhir.
Indonesia, sebagai negara berkembang dengan populasi besar dan ekonomi yang tumbuh pesat, merupakan pasar yang menarik bagi barang-barang setengah jadi dari Tiongkok. Kerja sama dagang antara kedua negara ini dapat memberikan manfaat yang signifikan
Hasan Kosasih menjelaskan bahwa bahan setengah jadi tidak dikenakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) yang biayanya cukup besar. Barang setengah jadi tidak masuk ke dalam 7 komoditas barang yang dikenakan BMAD. Ketujuh komoditas itu yakni adalah tekstil produk tekstil (TPT), pakaian jadi, keramik, perangkat elektronik, produk kecantikan, barang tekstil sudah jadi, dan alas kaki.
Menurutnya, Tiongkok masih menjadi juara untuk mensuplai barang setengah jadi ke dunia termasuk dunia. “Selama ini yang memang semua bahan baku bukan kita saja, termasuk Vietnam, India, itu supply chain bahan baku, dari Tiongkok. Kualitas Nya juga bagus hampir 95 persen,” kata Hasan Kosasih saat di wawancarai tim liputan EL JOHN Media.

Pertemuan ini juga membahas tentang kebijakan dalam negeri terkait impor barang, di mana Hasan Kosasih Ko menekankan pentingnya regulasi yang lebih ketat untuk melindungi industri dalam negeri agar iklim perdagangan tidak ternodai.
Hasan menyarankan kepada CCPIT alangkah baiknya jika merelokasi pabrik dari Tiongkok ke Indonesia, bukan hanya sekedar mengimpor barang setengah jadi, namun pabriknya disarankan dapat dibangun di Indonesia.
“Bisa relokasi di kawasan ekonomi khusus, jadi per paket itu dipindah ke sini, nilai manfaatnya banyak, mereka pun akan lebih efisien dalam mengelola bahan baku,” terang Hasan Kosasih.

Upaya ini diharapkan dapat mendorong peningkatan nilai tambah industri di Indonesia dengan memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada dan mengoptimalkan kapasitas produksi. ” Supaya mereka betul-betul punya full team mau relokasi ke Indonesia,” ujar Hasan Kosasih.
Pertemuan antara ICBC dan CCPIT ini mencerminkan komitmen kedua belah pihak untuk mendukung pengembangan industri manufaktur Indonesia melalui kerjasama strategis dalam relokasi pabrik dan pengelolaan rantai pasok yang efisien. Langkah-langkah selanjutnya diharapkan dapat segera diimplementasikan untuk mengoptimalkan potensi pasar ekspor Indonesia dan meningkatkan daya saing global.