Istana Ratu Boko, Bongkahan yang Penuh arti
Indonesia masih banyak memiliki aneka istana yang cantik dan rupawan, kalau mau berkunjung anda dapt melihatnya disetiap daerah yang anda kunjungi belum lagi dengan kareakteristik dari masing – masing tempat yang menambah keunikan dari tempat yang dimana dulunya merupakan rumah dari seorang raja sekaligus kantornya. Mungkin istana ini bisa dimasukkan kedalam salah satu istana yang masih dapat anda kunjungi, Istana Ratu Boko. Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan peninggalan yang masih megah,istana ini dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra.
Secara administratif, situs ini berada di wilayah dua Dukuh, yakni Dukuh Dawung, Desa Bokoharjo dan Dukuh Sumberwatu, Desa Sambireja, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Istana Ratu Boko memiliki keunikan dibanding peninggalan lain, jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, maka sesuai namanya istana ini menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Itu ditunjukkan dari adanya bangunan berupa tiang dan atap yang terbuat dari bahan kayu, meski kini yang tertinggal hanya batur-batur dari batu saja.
Perlu adna ketahui nih kalau Istana ini awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian), selain itu istana inin tidak hanya sebagai tempat tinggal saja karena sebanarnya istana ini didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Tmpat yang strategis untuk spiritual karena bertempat di 196 meter di atas permukaan laut, sementara areal istana seluas 250.000 m2 yang terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Ketika anda baru saja beranjak masuk, coba anda lihat bagianpintu gerbang istana.
Pasti anda akan terpengaraha karena melihat dua buah gapura tinggi yang berdiri tegak didepan anda. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Kalau bisa anda lebih cermati dalam melihat gapuranya, pada gapura pertama akan ditemukan tulisan ‘Panabwara’. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi ‘kekuatan’ sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.
Lanjutkan lagi perjalanan anda sekitar 45 meter dari gapura kedua, anda akan menemui bangungan candi yang dibangun menggunakan batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih. Tak jauh dari situ, akan ditemukan pula Candi Pembakaran. Hehehe, cukup menyeramkan ya namannya, ya sesuai dengan namanya yang memang digunakan untuk kremasi jenazah. Candi itu berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras. Di Istana Ratu Boko anda tidak hanya melihat kedua candi tersebut tapi masih ada yang menarik untuk anda. Mungkin kalau anda mendengar kata sumur tengiang dalam benak anda kalau itu hanya tempat untuk mengambil air saja, tapi tidak disini karena ada sebuah sumur penuh misteri yang akan ditemui bila berjalan ke arah tenggara dari Candi Pembakaran.
Konon, sumur tersebut bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Kini, airnya pun masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan, air sumur itu dapat membawa keberuntungan bagi pemakainya. Sementara orang-orang Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada harmoni awalnya. Menarik bukan kalau anda bisa datang dan menyaksikan langsung keunikan yang ada di Istana Ratu Boko.