Kementerian Pariwisata Dukung Penyelenggaraan Pesta Ya’ahowu Nias 2017

Festival budaya, seni, adat, dan tradisi akan digelar di Pulau Nias, namanya Pesta Ya’ahowu yang dipusatkan di Kota Gunungsitoli, acara yang bertajuk ‘Pesta Ya’ahowu Kepulauan Nias 2017’ ini merupakan perhelatan tahunan yang telah menjadi pemikat para wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Ajang Pesta Ya’ahowu 2017 ini melibatkan kelima daerah otonomi yang ada di pulau terdepan di Samudra Hindia itu, yakni Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias, dan Kota Gunungsitoli. Kali ini giliran Kota Gunungsitoli menjadi tuan rumah. Sebelumnya, tahun 2016, Kabupaten Nias Selatan menjadi penyelenggara festival ini.
Berbagai atraksi budaya, seperti tari perang (faluaya), tari moyo, tari maena, dan pertunjukan seni tradisi Nias lainnya diperagakan oleh ‘ono niha‘—sebutan yang merujuk pada orang Nias—dalam balutan kemegahan baju tradisional yang memikat.
Kementerian Pariwisata pun mendukung penuh penyelenggaraan Pesta Ya’ahowu yang akan berlangsung di Kota Gunungsitoli, Nias pada 23-26 November 2017. Penyelenggaraan pesta rakyat ini selain untuk melestarikan budaya masyarakat Nias, juga menjadi sarana untuk mempromosikan dan meningkatkan kunjungan wisatawan yang tahun ini menargetkan 25.000 orang.
Deputi BP3N Kemenpar, Esty Reko Astuti mengapresiasi penyelenggaraan Pesta Ya’ahowu Nias 2017 yang pertama kalinya melibatkan serta dilangsungkan secara bersama-sama oleh empat pemerintah kabupaten dan satu pemerintah kota yang ada di Kepulauan Nias, sementara sebelumnya pesta Ya’ahowu dilaksanakan oleh masing-masing daerah.
“Kemajuan pariwisata tidak bisa dilaksanakan sendiri-sendiri harus melibat semua unsur masyarakat dalam kekuatan Pentahelix (akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah, dan media) dalam semangat kebersamaan Indonesia Incorporated,” kata Esty.
Esty optimistis pariwisata Nias akan semakin cepat berkembang dan dikenal masyarakat luas karena kepala daerah yang kompak dengan satu tujuan menjadikan Nias sebagai destinasi wisata unggulan.
“Sekitar 50% keberhasilan pariwisata tergantung CEO Commitment atau para pimpinan daerah. Kalau mau berterus-terang, saya hanya akan membantu provinsi, kabupaten/kota yang gubernur atau bupati atau walikota yang benar-benar committed dan konsisten membangun pariwisata,” kata Esty.
Kabupaten Nias, sejak lama sudah dikenal oleh wisatawan dengan keunikan budaya dan keindahan alamnya, di antaranya atraksi lompat batu serta memiliki pantai sebagai lokasi surfing kelas dunia.
Ketua Tim Pelaksana Pesta Ya’ahowu Kepulauan Nias 2017 yang juga sebagai Wakil Walikota Gunungsitoli Sowaa Laoli menjelaskan, makna yang terkandung dalam Ya’ahowu tidak lain adalah persaudaraan (dalam damai) yang sungguh dibutuhkan sebagai wahana kebersamaan dalam pembangunan untuk pengembangan hidup bersama, sedangkan tujuan dari pesta ini adalah untuk mengenalkan budaya Nias sebagai daya tarik pariwisata sekaligus menjadi daerah tujuan wisata yang banyak diminati wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus).
“Tren kunjungan wisatawan ke Nias mengalami peningkatan. Melalui kegiatan Pesta Ya’ahowu ini kita harapkan semakin mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan ke Kepulauan Nias,” kata Sowaa Laoli.
Pesta Ya’ahowu Kepulauan Nias 2017 yang berlangsung selama lima hari akan dimeriahkan beragam pertunjukan budaya dan seni dari masing-masing daerah di antaranya; ragam permainan rakyat seperti Rago Ue, Fafusi, Fabelugama, Fabiri serta yang tidak ketinggalan adalah lompat batu khas Nias, Fahombo. Selain itu Festival Seni Pahat yang diikuti semua kabupaten dan kota serta pawai budaya diikuti para peserta dengan menggunakan pakaian adat bernuansa Nias.
Kunjungan wisatawan ke Nias tahun 2016 sebanyak 24.355 wisatawan (204 wisman dan 24.151 wisnus), sedangkan tahun ini diproyeksikan akan meningkat menjadi 24.659 wisatawan terdiri 24.353 wisnus dan 306 wisman.