Kompleks Makam Raja-Raja Banggae dan Hadat Mandar di Majene
Nenek moyang suku Mandar di Kerajaan Banggae Majene seolah tidak bisa memilih tempat yang lebih baik untuk memakamkan raja dan keluarga mereka selain di Pemakaman Kerajaan Raja Royal Banggae dan Hadat. Pemakaman berusia tua ini berada di Bukit Ondongan menghadap ke Teluk Majene. Lokasinya persis berada di dalam Desa Pang Ali-ali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Kompleks pemakaman ini terletak sekira 2.5 km dari pusat Kota Majene. Dari Mamuju, ibu kota Sulawesi Barat, Anda bisa langsung menuju Majene melalui jalan antarkota yang akan memakan waktu sekira 3,5 jam kemudian berbelok ke kanan ke arah Ondongan Hill.
Di Bukit Ondongan nenek moyang Kerajaan Banggae Majene kuno menemukan tempat peristirahatan terakhir mereka. Banyak yang mengatakan bahwa lokasi puncak bukit tersebut dipilih dengan alasan agar nenek moyang Kerajaan Banggae Majene dapat mengawasi keturunan mereka yang berada di bawah bukit atau ketika mereka berlayar jauh untuk mencari nafkah di lautan luas. Di dalam kompleks pemakaman terdapat 480 makam yang terbuat dari berbagai bahan seperti batu lava, batu tanah, dan kayu. Makam dihiasi dengan simbol geometris, kaligrafi Arab, dan bahkan simbol swastika. Keberadaan simbol yang bervariasi tersebut juga meninggalkan misteri tersendiri tentang bagaimana simbol Islam dan Hindu dapat ditemukan di situs pemakaman yang sama. Batu nisannya juga memiliki banyak simbol yang menyerupai simbol-simbol di candi yang ada di Pulau Jawa. Saat ini, Kompleks Makam Raja-Raja Banggae dan Hadat telah terdaftar sebagai Cagar Budaya menyusul konservasi yang terus dilakukan.
Berdasarkan penelitian sejarah dan arkeologi sementara, pemakaman ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16 dan ke-17. Siapa pemilik kompleks pemakaman ini masih menjadi misteri. Meskipun demikian, penamaan kompleks pemakaman ini diyakini diberikan raja pertama Banggae yang dikenal sebagai Poralle dan diangkat sebagai Mara ‘dia Salabose dan Daeng Salabose (pemimpin besar). Dia juga diberi gelar Puang Banggae dan membentuk masyarakat pertama yang kemudian tumbuh menjadi Kerajaan Banggae. Oleh karena itu, diyakini bahwa mereka yang dimakamkan di kompleks pemakaman ini adalah keturunan Puang Banggae.
Kompleks makam raja ini sebenarnya sangat indah, dan strategis, dari sini anda dapat merasakan semilir angin langsung dari laut pesisir kabupaten Majene, pemandangan dermaga, boyang Assamalewuang (pusat kegiatan-kegiatan tingkat kabupaten), lingkungan pangali-ali. Dan jika berdiri di pinggiran lokasi kompleks Makam ini maka anda akan mendapatkan view laut luas di sepanjang daerah pesisir Majene, tak ada yang menghalangi, mata anda akan langsung menuju horison laut dan langit. Dari sini bisa terlihat di sisi kiri berturut-turut pantai Dato, lingkungan Baurung, lingkungan Parappe, pesisir pantai lingkungan Tanjung Batu serta Binanga. Memang lokasi ini jika kita lihat akan sangat sempurna untuk dijadikan tempat beristirahat kekal para raja-raja Banggae. Letaknya sangat tinggi di sisi yang berhadapan dengan wilayah laut, di dasarnya terdapat rumah penduduk dan jalan pesisir pantai hasil reklamasi pihak pemerintah kabupaten Majene puluhan tahun lalu, dahulu jurang ini langsung bertemu langsung dengan laut lepas, singkatnya kompleks makam raja Banggae ini berada di tebing tinggi di tepi laut.
Jika kita berada dibawah tebing ini maka anda akan melihat struktur batu (tebing) yang begitu solid dan keras, begitu halnya dengan tanah pemakaman yang cenderung keras, berbahan batu, utamanya yang terdapat di daerah pinggiran makam. Setidaknya ada puluhan makam raja dan keluarganya yang ada dalam kompleks pemakaman ini. Secara umum ada dua macam jenis makam yang bisa anda temui disini, makam yang berusia cukup tua dan makam yang baru. Makam raja-raja Mandar yang cukup tua sebagian besar berada di pinggiran kompleks makam (menghadap ke laut lepas) dan berukuran cukup tinggi dengan struktur batu yang sangat kuat. Ciri makam tua ini sangat mudah dikenali. Detail nisan Makam Raja-Raja Hadat Banggae ini adalah berupa ukiran kaligrafi “Allah” dan “Muhammad” menunjukkan pengaruh agama Islam yang kuat di bumi Mandar. Artinya dapat kita katakan bahwa Islam telah masuk ke wilayah ini saat terjadi prosesi pemakaman raja, terlihat dari ukiran nisan yang begitu detail tertera di permukaan paling luar batu cadas yang dipahat dengan begitu sempurna. (arf)