Mengenal Gua Sunyaragi yang Kaya akan Sejarah dan Mitos
Gua Sunyaragi merupakan salah satu wisata sejarah di Kota Cirebon yang terletak di Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat atau 2,4 kilometer dari pusat Kota Cirebon.
Gua Sunyaragi diambil dari kata ‘sunya’ yang berarti ‘sunyi’ dan ‘ragi’ yang berarti ‘raga’, sehingga Gua Sunyaragi pada zaman dahulu adalah tempat untuk mensunyikan jiwa raga. Gua Sunyaragi dibangun dari tahun 1596 sampai tahun 1788.
“Gua Sunyaragi dibangun menggunakan material dari batu karang yang di mana batu karang sendiri diambil dari Pantai Selatan. Untuk melekatkan batu karang tersebut, orang dulu menggunakan pasir gunung yang sudah mengandung semen dan kemudian menggunakan perpaduan yang namanya putih telur,” jelas Pemandu Gua Sunyaragi Kelfin Saputra kepada Ketua Umum Yayasan El John Indonesia Martinus Johnnie Sugiarto, Sabtu (18/5/2024).
Kelfin menjelaskan, di Gua Sunyaragi, terdapat Monumen China yang dulunya merupakan sebuah bentuk penghargaan kepada orang-orang China karena ikut berpartisipasi dalam Gua Sunyaragi. Maka dari itu, dibuatlah Monumen China yang menyerupai seperti makam China zaman dulu.
“Di samping Monumen China, terdapat sebuah pohon yang dinamakan pohon kelengkeng yang berusia kurang lebih sudah 400 tahun dan tidak pernah berbuah dari awal ditanamnya. Kini, tinggal tersisa kulit akar dan daunnya yang tidak pernah kering sepanjang masa. Untuk bangunan pohon aslinya yang belakang, untuk tiga yang di depan hanyalah sebuah semen yang dibentuk menyerupai pohon untuk menyangga pohon aslinya,” jelasnya.
Selain itu, juga terdapat Gua Padang Ati, di mana ‘padang’ berarti ‘terang’ dan ‘ati’ yang berarti ‘hati’, sehingga Gua Padang Ati pada zaman dahulu merupakan tempat untuk menenangkan hati sedang gelisah.
Daya tarik Gua Sunyaragi selanjutnya adalah terdapat dua kamar yang bukan dijadikan tempat untuk tidur putra putri kesultanan, melainkan tempat untuk mereka menimba ilmu atau belajar. Kamar perempuan lebih tertutup dibanding kamar laki-laki.
Tidak jauh dari kedua kamar tersebut, terdapat Balai Kambang yang di mana posisinya mengambang di atas air. Balai Kambang digunakan untuk berbagai fungsi.
“Fungsi dari Balai Kambang sendiri adalah tempat untuk menyambut para tamu dari kesultanan, tempat untuk mereka membunyikan rebana, dan tempat untuk mereka mengaji. Namun, mereka mengaji tidak menggunakan cahaya lampu, melainkan menggunakan cahaya dari terangnya bulan,” katanya.
“Balai Kambang mempunyai filosofinya, di mana ketika menjadi seorang manusia, kita harus mempunyai prinsip atau pendirian yang tidak boleh mengombang-ambing seperti Balai Kambang karena prinsip itulah yang nantinya menjadi pondasi kehidupan kita ke depannya seperti apa,” tambahnya.
Selain itu, terdapat Gua Hargajumut, di mana ‘harga’ yang berarti ‘besar atau hidangan’, sedangkan ‘jumut’ yang berarti ‘mengambil’. Gua Hargajumur sendiri merupakan tempat untuk menyambut dan menjamu dari para tamu. Di dalam Gua Hargajumut terdapat dua buah pintu waktu yang bisa menembus ke Mekah dan China pada zaman dahulu.
“Bila mana dari keluarga atau kerabat yang ingin berkunjung ke Mekah dan China pada zaman dahulu, mereka cukup bersemedi selama 40 hari 40 malam, berpuasa, tidak makan dan tidak minum. Jiwanya di sana, raganya tetap di situ,” ucapnya.
Kelfin menjelaskan, kedua buah pintu tersebut memiliki makna bahwa setiap manusia ketika ingin menuntut ilmu agama, maka pergilah ke Mekah, dan bila ingin menuntut ilmu dunia maka pergilah ke China.
Di Gua Sunyaragi, juga terdapat mitos di mana seorang perawan dilarang untuk menyentuh salah satu patung batu Bernama Perawan Sunti. Hal ini dipercaya perawan tersebut akan sulit mendapatkan jodoh. Selain itu, juga terdapat Gua Kelanggengan yang dipercaya dapat melanggengkan sesuatu termasuk jodoh.