Menpar Arief Yahya Ajak 674 Wisudawan STP Bandung Bangkitkan Pariwisata Indonesia
Tiga puluh dua menit speech Menpar Arief Yahya di Hall Malabar Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, 21 April 2016 itu betul-betul memukau. Acara wisuda 674 lulusan sekolah pariwisata yang terkenal dengan sebutan ENHAII itu menjadi sangat bermakna. Tidak sekedar seremonial yang kaku dan melelahkan, tetapi sekaligus membuka panorama inspirasi dan gambar masa depan creative industry.
Suasana “hangat” di ruangan berkapasitas 1.500 orang itu pun berubah menjadi taman mimpi bagi para lulusan, yang hari itu juga dilantik sebagai Anggota Ikatan Alumni STP Bandung. “Saya survei lulusan STP menjadi GM sebuah perusahaan perhotelan itu gaji maksimalnya, Rp 75 juta sampai Rp 100 juta sebulan. Setahun masih di angka Rp 1,2M,” jelas Menpar Arief Yahya yang menjadi pembicara di atas stage.
Besar-kecil itu relatif, tetapi angka itu masih jauh dibandingkan sektor Telco -telekomunikasi– yang sudah menembus Rp 3-6M. Kalau menjadi profesional, maksimal take home pay hanya di angka Rp 1,2 M. “Karena itu harus ada 10 persen menjadi entrepreneur. Di sinilah lulusan STP bisa mendapatkan benefit yang jauh lebih tinggi,” jelas Menpar Arief, mendekati telekomunikasi.
Hanyan intrepreneurship yang bisa mengejar pendapatan yang lebih fantastik. “Jangan khawatir, saya akan terus membantu dan mendampingi kalian, jika ingin menjadi start up company. Terutama akses untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan. Kemenpar sudah menjalin kerjasama dengan OJK –Otoritas Jasa Keuangan– Pak Muliawan D Hadad,” jelas Arief Yahya.
Menpar sangat antusias dengan lulusan STP ENHAII yang zero unemployment. Artinya 100 persen terserap oleh pasar tenaga kerja, 40 persen ke luar negeri. Rata-rata kiriman ke orang tua, mencapai USD 1000 per bulan. Artinya, supplay masih kurang dibandingkan dengan demandnya. “Anda tidak salah pilih di jalur cultural industry seperti di pariwisata ini,” ucapnya.
Presiden Joko Widodo sudah menegaskan dalam berbagai momentum, pariwisata ditempatkan sektor prioritas, selain Infrastruktur, energi, pangan dan maritime. Ke depan sudah menunggu 10 Top Destinasi atau 10 Bali Baru yang membutuhkan amenitas yang menjadi wilayah garapan lulusan STP. “Karena itu Pak Ahman Sya, Deputi Kelembagaan Kemenpar mohon disiapkan Inkubator, bagi anak-anak mahasiswa STP yang ingin mengembangkan entrepreneurship, sebelum terjun di bisnis yang sesungguhnya,” papar Arief Yahya.
Point kewirausahaan banyak mendapatkan titik tekanan Menpar dalam sambutan itu. Karena Kemenpar memang sedang gencar-gencarnya menciptakan destinasi unggulan, yang membutuhkan SDM yang kuat. Ingat, 95% start up company itu gagal, antisipasinya adalah digembleng dulu di inkubator. Kerjasama dengan lembaga yang sudah punya pamor dan reputasi kuat, seperti ITB.
Kemenpar akan memfasilitasi pada mahasiswa dan lulusan STP Bandung untuk mendapatkan KUR dengan bunga 9 persen, pada usaha yang terkait dengan pariwisata. Misalnya membuat resto, cafe, modal kitchen set, aplikasi teknologi dan lainnya di destinasi wisata. “Gampangnya, bisa kredit semudah kredit motor,” ungkapnya yang didampingi Ketua STP Bandung Anang Sutiono itu.
Di kawasan pariwisata, menpar memberi contoh dengan usaha homestay dan kampung wisata. Kemepar bisa mengusahakan financing dengan skema sangat bagus. Nilai kredit perumahan dengan angka Rp 150 juta sampai Rp 300 juta, bunga 5 persen fix, uang muka 1 persen, atau cicilan sekitar Rp 800.000 per bulan. Seberapa berat sih, cicilan Rp 800 ribu itu? “Cukup 2 weekend, Sabtu-Minggu saja dengan harga Rp 200 ribu per hari, sudah nutup?” hitungnya.
Menpar juga mengapresiasi STP Bandung yang sukses dengan menjalin banyak kerjasama dengan pihak lain. Termasuk dengan UN-WTO, lembaga PBB yang bergerak dalam bidang pariwisata. Menpar juga memuji acara wisuda itu, bagus. Paduan suaranya bagus, orchestra-nya juga keren. “Tarian selamat datang dengan tema 10 destinasi juga oke,” pujinya.
Presentasi Arief Yahya soal “Wujudkan Target Pariwisata 2019” dengan total kunjungan wisman 20 juta orang. Dia mngingatkan tim pengajar dan pengurus STP untuk selalu menggunakan angka dan data. “Berikan pemahaman yang konkret dengan angka-angka kepada mahasiswa, agar mereka tahu berada di mana posisi kita saat ini! Bandingkan dengan pesaing kita, negara-negara tetangga yang angka dengan cara mengukur yang sama,” paparnya.
Anak-anak harus tahu, bahwa posisi kita masih tertinggal dengan Malaysia, Singapore maupun Thailand. Darimana harus mengejar ketertinggalan? Dengan cara apa bisa mengalahkan? Kapan mulai fight dengan kreativitas baru, untuk melampaui prestasi lawan! “If you can not mesure, you can not manage!” tegasnya.
Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus inipun menunjukkan prestasi Kemenpar yang dia pimpin sejak Oktober 2014 lalu. Dari 10 kompetisi yang officially, dilakukan s cara resmi oleh lembaga resmi dunia, Wonderful Indoneia sukses menenggelamkan Truly Asia-nya Malaysia, dengan skor 10-2. “2015 branding kita sudah jauh mengalahkan Malaysia!,” katanya.
Jadi jangan ada yang menggunakan contoh “Truly Asia” lagi, karena brand nya sudah jauh di bawah Wonderful Indonesia. Audience yang terdiri dari wisudawan, orang tua atau wali mahasiswa, dosen dan segenap civitas akademika pun terperangah dengan apa yang sudah dicapai Kemenpar. Mereka juga optimistik, sudah berada di jalan yang benar untuk menjadi membangun negeri melalui jalan pariwisata.