Menpar Arief Yahya Sebut Pariwisata Nomor Satu

Tekad Menpar Arief Yahya menjadikan pariwisata sektor nomor satu di Indonesia patut diacungi jempol. Ia bahkan siap dicopot sebagai menteri jika target ini tidak tercapai tahun 2019. Kesungguhan dan keberanian memikul tanggung jawab di pundaknya itu bukannya tanpa perhitungan, karena Indonesia memiliki potensi pariwisata luar biasa besar yang belum digarap.
Target menjadikan pariwisata sebagai penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB) RI tahun 2019 memang tidak mustahil. Sejak pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggeber pembangunan infrastruktur dengan anggaran yang terbesar sepanjang sejarah dan mencanangkan terobosan 10 destinasi wisata baru, sektor ini mulai bersinar. Kerja keras pemerintah pun tak sia-sia, pariwisata makin moncer, dengan pertumbuhan yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi RI.
Pada Januari-Mei 2017, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia menembus 5,36 juta, melejit dibanding periode sama tahun sebelumnya 4,43 juta kunjungan. Pertumbuhan wisman ini mencapai 20,85 persen, empat kali lipat lebih dibandingkan pertumbuhan PDB kita yang hanya di level 5,01-5,20 persen.
Kementerian Pariwisata memperkirakan, pariwisata menyumbang devisa US$ 13-14 miliar dari sekitar 11,5 juta kunjungan wisman tahun lalu, serta memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sekitar 11,5 persen. Kinerja ini semakin mendekati perolehan devisa dari sektor migas sekitar US$ 18 miliar. Sektor migas yang semula menjadi andalan utama kontribusinya terhadap PDB RI terus turun, menjadi di bawah 15 persen.
Pada tahun 2019, sumbangan sektor pariwisata ditargetkan meningkat hingga menembus 15 persen PDB atau yang terbesar, seiring meningkatnya wisman maupun wisatawan Nusantara (wisnus). Dari target jumlah kunjungan wisman 20 juta, devisa yang dihasilkan sekitar US$ 24 miliar. Sedangkan target pergerakan wisnus meningkat menjadi 275 juta, dari tahun lalu sekitar 260 juta. Penyerapan tenaga kerja pun ditargetkan bertambah dari tahun lalu sekitar 11,7 juta menjadi 12,6 juta.
Untuk mencapai target ini, tentunya pemerintah bersama seluruh komponen bangsa harus fokus menggenjot pembangunan pariwisata secara komprehensif. Sasarannya sudah jelas, yakni menjadikan sektor ini penyumbang PDB terbesar tahun 2019, atau sebelum berakhirnya masa pemerintahan Jokowi periode pertama.
Untuk bisa melaju ke periode kedua 2019-2024, tentunya pemerintahan Jokowi harus bisa mewujudkan target-target programnya, termasuk di sektor pariwisata. Sektor ini tidak terlalu banyak membutuhkan dana investasi, namun luar biasa efektif mendongkrak ekonomi daerah maupun kemakmuran rakyatnya.
Pemerintah harus mulai fokus dan all out membangun 10 destinasi unggulan baru yang telah dicanangkan, seperti Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT). Destinasi unggulan semacam ini harus dibangun dari tiga aspek utama sekaligus, yakni atraksi, amenitas, dan akomodasi.
Event berskala internasional yang rutin diselenggarakan setiap tahun wajib didukung sepenuhnya, karena menjadi sarana promosi yang sangat efektif untuk menjaring lebih banyak wisatawan dunia maupun dalam negeri. Selama ini pariwisata Indonesia masih kalah jauh dengan negara tetangga, seperti Thailand, antara lain karena promosi kita kurang gencar dan minimnya event internasional yang rutin digelar setiap tahun. Hal ini memudahkan turis untuk mengagendakan jadwal liburan tahunannya jauh-jauh hari. Itulah sebabnya kita kalah dari Thailand yang sudah menggaet sekitar 30 juta wisman setahun, dengan devisa sekitar US$ 42 miliar.
Oleh karena itu, pemerintah harus membantu penyelenggaraan event balap sepeda internasional Tour de Flores (TdF) yang sudah terbukti mendongkrak pariwisata di NTT, dengan datangnya para atlet dan awak media dari Australia, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Thailand, Malaysia, Inggris, dan negara-negara lain di Eropa maupun Afrika. Event yang diakui Union Cycliste Internationale (UCI) ini menjadi trending topic di media sosial selama sepekan.
Event paduan wisata olahraga, alam, dan budaya ini akan diselenggarakan untuk kedua kalinya pada 14-19 Juli 2017 di Flores. Rute balap sepeda pun bertambah panjang, yang menempuh rute 721,6 km dari Larantuka dan berakhir di Labuan Bajo yang menjadi pintu masuk ke Taman Nasional Komodo, satu-satunya habitat kadal raksasa komodo di dunia.
Selain diharapkan dapat mempromosikan pariwisata Flores, event ini juga mendorong terbentuknya Flores Tourism Authority (FTA), yang akan mewujudkan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata prioritas dan mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di daerah. Bahkan, bukan tidak mungkin, dengan gencarnya promosi wisata melalui TdF ini, NTT bisa menggeser Bali menjadi destinasi wisata pertama di Indonesia. Bila 10 destinasi baru melaju mengungguli Bali, maka wisata kita pun akan menjadi yang terbesar di ASEAN, atau bahkan Asia. (Sumber Berita Satu)