Museum Benteng Heritage, Menyusuri Jejak Etnis Tionghoa di Pinggir Sungai Cisadane
Jejak sejarah etnis Tionghoa terpatri di pinggiran barat Jakarta. Jika Anda mengunjungi kawasan Pasar Lama Tangerang yang terletak tidak jauh dari Sungai Cisadane, akan tampak sebuah bangunan bernuansa Cina yang disebut Museum Benteng Heritage. Ini adalah museum peranakan Tionghoa pertama sekaligus satu-satunya di Indonesia. Museum ini merupakan hasil restorasi rumah kuno seorang etnis Tionghoa yang kawin dengan orang lokal, keturunan pernikahan campuran itu kemudian dikenal sebagai peranakan Tionghoa. Salah satu dari keturunan mereka yakni Udaya Halim atau lebih dikenal dengan Lim Thin Peng, memutuskan untuk melestarikan sejarah dan tradisi Tionghoa. Pada tahun 2009, ia membeli rumah khas peranakan yang besar namun cukup usang saat itu. Ia kemudian membenahi rumah untuk dibuat menjadi Museum Benteng Heritage.
Museum Benteng Heritage merupakan hasil restorasi sebuah bangunan berasitektur tradisional Tionghoa yang menurut perkiraan dibangun pada pertengahan abad 17 dan merupakan salah satu bangunan tertua di Kota Tangerang. Bangunan ini terletak di Jalan Cilame No.20, Pasar Lama, Tangerang yang juga adalah Zero Point nya Kota Tangerang karena disinilah cikal bakal pusat Kota Tangerang, yang dulunya disebut kota Benteng terbentuk. Tindakan restorasi ini berbekal pada kesadaran akan pentingnya melestarikan peninggalan sejarah dari setiap budaya dan tradisi yang ada di Bumi Persada Nusantara. Untuk itulah kami tergerak untuk turut berpartisipasi aktif melakukan penyelamatan situs-situs budaya yang masih tercecer agar tidak punah sama sekali dan me-ngakibatkan kita menjadi bangsa yang miskin dengan peradaban sehingga mengalami “amnesia sejarah”.
Saat merestorasi bangunan, Udaya Halim dan adik-adiknya mengkaji banyak ide dan ilmu agar bangunan ini menjadi cantik namun tetap terjaga bentuk aslinya. Mereka melakukan itu selama dua tahun dan museum ini baru diresmikan pada 11 November 2011. Semua benda yang berada di Museum Benteng Heritage merupakan sumbangan orang-orang Cina Benteng, yakni sebutan untuk masyarakat Cina yang mendiami Tangerang dari generasi ke generasi. Dikumpulkan juga berbagai barang berusia ratusan tahun seperti serpihan kapal besar milik Cheng Ho, laksamana Tiongkok Muslim yang datang ke Nusantara. Koleksi lain, Anda bisa menemukan alat pemutar lagu kuno yaitu Edisson Phonograph yang dibuat pada 1890an.
Beberapa benda langka yang tak kalah menarik adalah meja mahjong berwarna gading, timbangan opium, kostum Dinasi Qing dari abad ke-19, kain batik peranakan yang digambar dengan motif-motif khas Cina, serta tak ketinggalan foto-foto masyarakat Tionghoa di masa lalu. Di sudut lain, Anda bisa melihat baju pernikahan campuran hasil perpaduan warisan Cina Hokkien dengan pakaian tradisional Betawi. Pengantin pria mengenakan kemeja hitam dengan celana panjang dan topi berbentuk kerucut, sementara pengantin wanita memakai baju Hwa Kun dengan hiasan kepala dan kerudung.
Udaya Halim tidak hanya menjadikan museum ini bangunan untuk menyimpan barang-barang tua, namun juga wadah untuk menghidupkan kembali tradisi budaya mereka yang unik. Oleh karena itu, aula Museum Benteng Heritage kini sering digunakan untuk pertemuan masyarakat, pernikahan dan fashion show. Selain itu, Festival Kuliner Peranakan juga sering diadakan di sini menyajikan pilihan kuliner Baba dan Nyonya yang menarik. Melihat antusias pengunjung yang begitu besar, Udaya pun berniat membuka kafe dan restoran di dekat Museum Benteng Heritage. Tangerang saat ini adalah kawasan industri yang penuh dengan pabrik namun museum ini mudah ditemukan jika Anda sudah mencapai Pasar Lama. Untuk menuju ke sana, silahkan berkendara melewati jalan tol menuju Tangerang. Ketika sudah tiba di kota tersebut, Anda dapat menanyakan letak Pasar Lama terlebih dahulu. Pihak museum juga menyediakan paket-paket kuliner peranakan untuk pengunjung, biayanya berkisar Rp90-125 ribu per orang. Makanan yang coba ditawarkan diantaranya ayam ricebowl, nasi ulam, ketupat sayur dan es cendol. Harga tersebut sudah termasuk tiket masuk ke museum. (arf)