Museum Tambang Batu Bara Ombilin, Rangkaian Jejak Tambang di Sawahlunto
Museum Tambang Batu Bara Ombilin menjadi pelengkap rentetan museum yang dihadirkan Sawahlunto sebagai kota warisan tambang kolonial yang kini berwawasan wisata sejarah tambang. Museum ini baru saja diresmikan pada Juni 2014 dan diharapkan menjadi bagian penting tujuan wisata yang dapat disambangi di Sawahlunto. Museum Tambang Batu Bara Ombilin menyimpan beragam koleksi dari aktivitas penambangan batubara sejak masa kolonial hingga masa kini. Ada peralatan tambang batubara, arsip, kostum penambang, kendaraan pengangkut batubara, foto lama tempo dulu, audio visual, alat kerja penambang, hingga mesin pemilah batubara.Bangunannya sendiri merupakan salah satu gedung bersejarah karena sempatmenjadi rumah peristirahatan Mantan Presiden RI Soeharto. Gedungnya sendiri telah ada sejak 1891. Sungguh tidaklah sulit menemukan museum ini karena lokasinya berada di tengah-tengah Kota Sawahlunto. Persisnya berada di Jl. M. Yamin Pasar Remaja, berhadapan Taman Kota dan Gedung Ombilin. Anda cukup berjalan kaki untuk merangkai kunjungan museum di Sawahlunto.
Museum Tambang Batu Bara Ombilin menjadi pelengkap rentetan museum yang dihadirkan Sawahlunto sebagai kota warisan tambang kolonial yang kini berwawasan wisata sejarah tambang. Museum ini baru saja diresmikan pada Juni 2014 dan diharapkan menjadi bagian penting tujuan wisata yang dapat disambangi di Sawahlunto. Museum Tambang Batu Bara Ombilin menyimpan beragam koleksi dari aktivitas penambangan batubara sejak masa kolonial hingga masa kini. Ada peralatan tambang batubara, arsip, kostum penambang, kendaraan pengangkut batu bara, foto lama tempo dulu, audio visual, alat kerja penambang, hingga mesin pemilah batubara.Bangunannya sendiri merupakan salah satu gedung bersejarah karena sempatmenjadi rumah peristirahatan Mantan Presiden RI Soeharto. Gedungnya sendiri telah ada sejak 1891.
Berkunjung ke Museum Tambang Batu Bara, pengunjung bisa melihat jejak aktivitas kegiatan penambangan batubara di Sawahlunto sejak 1891. Sejak 1940 hingga 1970-an produksi batubara ombilin terus merosot dan penduduknya pun terus berkurang. Akan tetapi, kini Sawahlunto berupaya menghidupkan pariwisata dengan sisa-sisa warisan tambang batubara lewat hadirnya museum. Pengunjung bisa meminta pemandu dari museum untuk memberikan kepada Anda penjelasan terkait sejarah menarik aktivitas penambangan batubara di Sawahlunto. Minta izin pula untuk dapat menyaksikan film singkat di ruangan khusus yang tersedia. Di museum ini kita bisa melihat jejak aktivitas kegiatan penambangan batubara di Sawahlunto sejak 1891. Sejak 1940 hingga 1970-an produksi batubara Ombilin terus merosot dan penduduknya pun terus berkurang. Akan tetapi, kini Sawahlunto berupaya menghidupkan pariwisata dengan sisa-sisa warisan tambang batubara lewat hadirnya museum.
Perlengkapan tambang batubara, baik yang modern ketika itu dan yang tradisional, serta contoh batubara, juga diperlihatkan di Museum Gudang Ransum ini. Menu makanan para pekerja tambang, Orang Rantai, Orang Kawalan, dan pasien rumah sakit, yang terdiri dari nasi (65 pikul beras setiap harinya), daging, ikan asin, telur asin, sawi putih dan hijau, serta kol. Makanan ini diberikan pada siang dan malam, sedangkan sarapannya adalah lapek-lapek yang dibuat dari beras ketan merah dibubuhi kelapa dan gula merah, dibungkus daun pisang, yang diberikan setiap jam 10 pagi. Minumannya adalah teh. Menu yang cukup baik sepertinya, karena penguasa kolonial berkepentingan agar para pekerja bisa produktif dan menghasilkan keuntungan jauh lebih besar untuk mereka. (arf)