Penambahan Investasi LRT Jabodek Bengkak Jadi Rp 4 Triliun

Pemerintah telah menghitung penambahan nilai investasi untuk proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek. Awalnya penambahan ditaksir hanya sebesar Rp 1 triliun hingga 1,5 triliun namun setelah dihitung jumlahnya membengkak sebesar Rp 4 triliun dari Rp 27 triliun menjadi 31 triliun.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan penyebab membengkaknya penambangan nilai investasi ini, diantaranya adanya perubahan teknologi sinyal kereta menjadi moving block. Adapun, moving block adalah sistem di mana sinyal rel kereta diatur melalui komputerisasi.
Selain itu, juga ada rencana untuk menambah jumlah stasiun. Penambahan jumlah stasiun ini dianggap penting agar masyarakat tak risau menggunakan transportasi modern ini.
Menurut Luhut penambahan nilai investasi ini untuk antisiaspi membuludaknya penumpang yang menggunakan LRT. Diperkirakan Jumlah penumpang yang bisa diangkut per harinya nantinya naik menjadi 430 ribu dari sebelumnya 260 ribu penumpang per hari.
“Karena dengan penambahan penumpang, maka revenue juga bertambah. Jadi kami ingin cash flow-nya lebih bagus,” ujar Luhut ditemui di kantornya, Senin malam, 20 November 2017.
Luhut membenarkan adanya perubahan pendanaan terkait membengkaknya penambahan nilai investasi., khususnya pendanaan dari pembiayaan perbankan.Meski demikian, bank-bank penyalur pembiayaan masih tidak berubah, yakni tiga bank pelat merah yang terdiri dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk serta dua bank swasta yaitu PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank CIMB Niaga Tbk.
“Pembiayaan dari perbankan sudah mau commit. Namun kami yg lagi sesuaikan angka-angkanya (penyaluran pembiayaan per bank). Kalau perbankan kan sudah mau ya, seperti CIMB Niaga itu sudah mau (memberi pinjaman) Rp4 triliun, yang lain juga begitu,” paparnya.
Kendati ada perubahan nilai investasi, ia juga berharap pencairan pinjaman (financial closing)bisa beres di pekan kedua Desember. “Masih ada soal-soal teknis yang kami selesaikan, tapi financial closing kira-kira minggu kedua Desember,” ujar Luhut.
Sementara itu, Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) Emma Sri Martini juga berharap kelengkapan financial closing bisa rampung bulan depan. Untuk itu, seluruh kelengkapan tersebut akan dikerjakan secara serentak.
Adapun, kelengkapan financial closing yang masih harus dipenuhi oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk selaku kontraktor proyek adalah rincian belanja modal, mekanisme subsidi untuk tarif tiket LRT, dan perjanjian konsesi PT Kereta Api Indonesia (Persero).
“Semuanya masih kerja paralel, mudah-mudahan bisa mengejar financial close Desember,”