Peringatan Hari Lahir Nabi Kongzi ke-2575, MATAKIN Serukan Pentingnya Ajaran Konghucu
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) bekerjasama dengan Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Kementerian Agama RI menggelar Peringatan Hari Lahir Nabi Kongzi (Zhi Sheng Dan) yang ke-2575 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Tahun ini, tema yang diangkat yakni “Dengan Mempelajari Yang Kuno Memahami Kebaruan,”.
Sesuai tema yang diusung, Ketua Umum MATAKIN Budi Santoso Tanuwibowo mengajak umat Khonghucu di Indonesia untuk tidak ragu mempelajari kitab-kitab yang ditulis oleh Kongzi.
“Jangan segan mempelajari yang kuno, karena yang kuno seringkali mengandung kearifan yang perlu kita sesuaikan dengan kebutuhan zaman sekarang,” ujar Budi dalam sambutannya.
Ia menegaskan bahwa dengan memahami ajaran kuno, umat dapat menemukan nilai-nilai yang relevan dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Budi juga mengingatkan bahwa sejarah mencatat bahwa manusia sering kali gagal belajar dari masa lalu, mengulangi kesalahan yang sama tanpa henti. “Jika kita mau belajar dari catatan sejarah, kita akan menemukan banyak pelajaran berharga yang mengingatkan kita bahwa segala sesuatu memiliki batasnya,” lanjutnya.
Menggarisbawahi cita-cita penting yang diajarkan oleh Kongzi, Budi menekankan tiga poin utama. Cita-cita pertama adalah membahagiakan orang yang lanjut usia dan membina generasi muda dengan kasih sayang.
“Ketika anak-anak didik dibina dengan baik, mereka akan memperhatikan dan menyayangi orang tua mereka hingga kapan pun. Jika sebuah keluarga terjamin, maka anak-anaknya juga akan terjamin, dan hubungan antar keluarga bisa saling percaya. Dengan demikian, dunia akan menjadi damai, sesederhana itu,” kata Budi.
Cita-cita kedua yang disampaikan adalah pentingnya tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Ia menekankan bahwa dalam sebuah negara demokrasi, penting untuk menghindari pemaksaan nilai atau ajaran tertentu.
“Jangan sampai ada kata-kata kita Konghucu Kan semua. Itu akan menjadi sumber masalah di negara demokrasi ini,” katanya, menekankan perlunya saling menghormati antar keyakinan dan latar belakang yang berbeda.
Selanjutnya yang ketiga cita-cita mengenai kebersamaan. Semangat kebersamaan ini dapat menginspirasi semua yang hadir untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan saling mendukung dalam kehidupan sehari-hari.
“Cinta terbesar yang diajarkan oleh Kongzi adalah cinta akan kebersamaan, di mana setiap orang, setiap keluarga, setiap bangsa, dan seluruh dunia menjadi sebuah keluarga besar yang saling membantu dan menolong,” tutur Budi.
Sambutan yang disampaikan Ketua Umum MATAKIN, diamini Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. Dalam sambutan, Menag Yaqut menekankan pentingnya pemahaman agama sebagai kunci untuk membuka diri terhadap perbedaan.
“Ketika kita memahami agama kita, kita akan semakin terbuka terhadap perbedaan-perbedaan di sekeliling kita,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa perbedaan ini bukanlah kebetulan, melainkan sebuah kehendak Tuhan. “Jika Tuhan ingin membuat manusia itu sama, mudah sekali. Dalam Islam, cukup dengan mengucapkan ‘kun fayakun’ (jadilah, maka jadilah), semua akan menjadi sama. Namun, Tuhan tidak menginginkan itu. Tuhan ingin kita semua ini berbeda untuk saling mengenal satu sama lain,” tambahnya.
Menag juga mengajak umat untuk melihat keragaman sebagai kekuatan bangsa. “Keragaman yang kita miliki ini bukan menjadi beban bagi bangsa besar ini, tetapi justru menjadi kekuatan dan modal yang besar bagi bangsa ini untuk terus bergerak ke depan. Kita harus meraih visi Indonesia Emas 2045,” tutupnya.