PPN Naik 12% Untuk Barang Mewah, Ketum APPBI Sebut Tak Berdampak Negatif Pada Kunjungan ke Mall

0
Untitled

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, memberikan pandangannya terkait kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% untuk barang mewah yang dijual di pusat perbelanjaan. Menurutnya, kebijakan ini tidak akan memberikan dampak signifikan bagi sektor pusat perbelanjaan secara keseluruhan, karena barang mewah yang dikenakan tarif PPN lebih tinggi biasanya hanya dikonsumsi oleh kalangan menengah atas.

Alphonzus Widjaja menjelaskan bahwa barang mewah umumnya ditujukan untuk konsumen dari kalangan atas, yang artinya konsumen yang membeli produk tersebut tidak terlalu banyak. “Kalau saya kira, untuk barang mewah itu kan lebih konsumennya pasti kalangan menengah atas lah. Kalangan atas, bahkan mungkin saya rasa efeknya gak akan terlalu berdampak berat begitu,” ujar Alphonzus di Kementerian Perdagangan belum lama ini.

Namun, yang menjadi perhatian utama APPBI adalah dampak kebijakan terhadap pasar kelas menengah bawah yang mendominasi pusat perbelanjaan di Indonesia. Alphonzus menegaskan bahwa kelas menengah bawah merupakan pasar terbesar yang menjadi fokus bagi pusat perbelanjaan.

“Justru yang harus dijaga adalah kelas menengah bawah. Jadi akhirnya itu yang tetap harus diperhatikan,” katanya.

Dia melanjutkan bahwa pasar kelas menengah bawah sangat vital karena jumlahnya yang sangat besar dan menjadi segmen pasar yang paling banyak mengunjungi pusat perbelanjaan.

Dalam hal ini, pusat perbelanjaan yang menyasar kalangan menengah bawah memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekonomi domestik.

 “Kalau kita bicara di pusat perbelanjaan, kelas atas itu hanya 5%. Pusat perbelanjaan kelas atas. Pusat perbelanjaan kelas menengah 35%. Pusat perbelanjaan kelas bawah itu 60%. Jadi sebetulnya pusat perbelanjaan Indonesia 95% didominasi oleh kelas menengah bawah,” jelas Alphonzus.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas ekonomi di pusat perbelanjaan Indonesia berfokus pada kelas menengah bawah yang menjadi tulang punggung sektor ritel di tanah air. Oleh karena itu, APPBI memandang bahwa kebijakan yang berfokus pada kelas atas saja tidak cukup. Menurutnya, pemerintah harus lebih memperhatikan kebijakan yang berdampak pada pasar kelas menengah bawah yang lebih luas.

Alphonzus menekankan bahwa menjaga stabilitas dan daya beli kelas menengah bawah sangat penting dalam menjaga keberlanjutan sektor ritel, yang selama ini menjadi penyumbang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Sebagian besar pusat perbelanjaan yang mengandalkan pasar kelas menengah bawah juga berperan dalam menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang, serta mendukung aktivitas ekonomi di berbagai sektor.

Dengan pasar kelas menengah bawah yang mendominasi pusat perbelanjaan, APPBI berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan kebijakan yang tidak hanya berfokus pada kalangan atas, tetapi juga memperkuat daya beli dan mendukung sektor ritel yang menyasar masyarakat dengan penghasilan lebih rendah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *