PT Dirgantara Indonesia Borong 34 Mesin Pesawat Buatan Amerika Serikat
PT Dirgantara Indonesia (PT DI) akan membeli 34 unit mesin pesawat turboprop dari perusahaan dari Amerika Serikat Honeywell. Pembelian 34 unit mesin pesawat turboprop tertuang dalam kerjasama Pt DI dengan Honeywell yang ditandatangani di Jakarta, Jumat, 21 April 2017.
34 unit mesin pesawat turboprop didatangkan untuk memenuhi kebutuhan pesawat NC212i milik PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Pengiriman 34 unit mesin pesawat itu akan berlangsung selama empat tahun kedepan. . Pengiriman enam mesin pertama akan dilakukan tahun ini, sementara sisanya dikirim secara bertahap sampai 2020
“Kontrak ini merupakan bukti atas kemitraan kuat dan berjangka panjang antara Honeywell dengan industri dirgantara lndonesia,” ujar Direktur Produksi PT Dirgantara Indonesia, Arie Wibowo.usai penandatanganan kerjasama.
.PT DI menggandeng Honeywell karena sebelumnya perusahaan pembuat mesin pesawat itu telah memasok 11 mesin TPE331 untuk armada pesawat NC212-400 dan NC212i milik PTDI pada 2015. Produk buata Honeywell pun dipercaya karena dengan mesin turboprop TPE331 Honeywell, pesawat NC212i milik PTDI dapat lepas landas dan naik secara lebih cepat, mencapai kecepatan jelajah (cruise speed) lebih efisien, pemakaian bahan bakar yang lebih hemat, dan menekan biaya operasi.
Ungkap Kelebihan
Ada sejumlah kelebihan dari mesin yang diproduksi oleh Honeywell ini. Kelebihan tersebut antara lain, dapat lepas landas dan naik secara lebih cepat serta mampu menekan biaya operasi.
“Harga terhadap performance pesawat ini sangat bagus, biaya operasi cukup rendah, dan pemeliharaan cukup bagus. Untuk pesawat NC212i ini bisa mendarat 600 meter. Jadi untuk daerah Papua atau daerah timur sangat cocok,” kata Arie.
Sementara untuk nilai pembelian 34 mesin ini, ia menyatakan, hal tersebut tidak bisa diungkapkan kepada publik. Namun menurut dia, rata-rata harga mesin ?sekitar 28 persen dari biaya yang dihabiskan dalam pembuatan satu pesawat.
“(Harga pesawat) untuk NC212i itu kisaran antara US$9,8 juta (Rp130,34 miliar) sampai US$12 juta ((Rp159,6 miliar). Tapi, tidak bisa saya sebut satu harga tertentu, karena tergantung konfigurasi,” lanjut dia.