Tana Poso Tanah Sejuta Pesona

Ada yang tau Poso itu dimana ? apakah pernah mendengar sebelumnya tentang kabupaten Poso ? Saya adalah gadis yang berasal dari kabupaten poso. Sebuah kabupaten yang indah dan penuh dengan budaya dan pariwisata. Disini saya akan mempromosikan pariwisata dan budaya yang ada di Sulawesi tengah yaitu kabupaten Poso, nah kalian yang membaca Artikel ini pasti berpikir saya akan bebicara seadanya saja.NO!!!! saya akan mengungkap keindahan sulawesi tengah…..
Di Sulawesi tengah terdapat 12 kabupaten dan satu kota. Kabupaten Poso termasuk kabupaten tertua disulawesi tengah. Poso dikenal sebagian Masyarakat Indonesia adalah Kota yang rusuh, tidak aman, sering ribut dan apalah itu. Nah Disini saya akan mau menekankan sesuatu bahwa POSO IS SAFE, poso itu indah, poso itu sangat menarik mulai dari segi pariwisata dan budayannya pun tak kalah bagusnya dengan provinsi-provinsi lainnya. Banyak orang mengira kalau berkunjung ke Sulawesi tengah tidaklah aman, apalagi kalau berkunjung ke kabupaten Poso, Tidak.. saya gadis asli poso, saya tinggal di poso dan saya tau bagaimana situasi diposo, dan saya sekarang akan mempromosikan kabupaten asal saya ini
Di kabupaten poso sendri terdapat beberapa destinasi Pariwisata salah satunya Danau Poso, yaitu danau terbesar ke tiga di Indonesia. mempunyai luas 323,6 km dan kedalaman 450m di atas permukaan laut. Jarak Ibukota Poso dengan Ibukota Propinsi Sulawesi Tengah ± 225 km atau kalau ditempuh dengan kendaraan umum ± 6 jam. Dari Poso untuk ke ± 56 km atau ditempuh dengan kendaraan umum ± 1,5 jam di Ibukota Kecamatan Pamona Utara di Tentena. Danau poso memiliki View yang sangat indah memiliki air yang jernih walaupun musim hujan air danau ini tetap jernih sehingga dasar danau terlihat dengan jelas. Danau poso terdapat ikan sidat atau masyarakat lokal menyebutnya dengan nama “sogili” menurut data penelitian ikan ini bermanfaat sebagai antikoagulan yaitu menghambat pembekuan darah dan anda bisa mencicipi kuliner Ikan sidat yang tersedia di setiap warung makan di kota Tentena.
Jika di danau Loc, Skotlandia, terkenal dengan cerita mahluk misterius yang diberi nama Loch Ness, maka danau Poso terkenal dengan Lampu danaunya. Jika kita bertanya ke penduduk setempat tentang misteri danau, pasti akan lebih dulu diceritakan tentang misteri mahluk raksasa yang memancarkan cahaya seperti lampu petromaks di malam hari. Cahaya yang terang ini sering mengecoh nelayan yang mencari ikan di malam hari, di kira teman nelayan, setelah dihampiri cayaha itu bergerak dengan cepatnya dan berpindah – pindah, kadang menghilang dan muncul lagi di tempat yang lain bahkan tak jarang mengitari danau dalam hitungan menit. Penduduk sekitar danau menyakini kalau cahaya itu berasal dari kepala seekor naga yang berdiam di dasar danau, tetapi kadang – kadang muncul ke permukaan. Katanya sudah banyak penduduk yang pernah melihat ujung kepala sang naga, ujung ekor atau sisiknya. Cahaya misterius ini lebih dikenal penduduk dengan sebutan “lampu danau”. Penduduk percaya kalau naga ini sebagai penunggu danau, makanya jangan pernah mengucapkan kata – kata makian, keluhan atau bersikap meremehkan danau ini, kalau tidak ingin celaka.
Menurut para nelayan yang mencari ikan di malam hari, jika mereka melihat lampu danau maka menjadi pertanda bahwa tidak akan memperoleh seekor pun ikan tangkapan. Makanya lebih baik pulang saja untuk beristirahat kata masyarakat Tentena setempat.
Lepas dari benar atau tidaknya cerita tentang mahluk raksasa penunggu Danau Poso ini, paling tidak ada nilai – nilai kearifan budaya lokal tentang bagaimana menjaga dan memperlakukan alam sekitar supaya tetap lestari dan penghidupan penduduk di sekitarnya tetap terjaga.
Karena itu bagi penduduk di sekitar pesisir danau yang tetap menyakini cerita ini memperlakukan danau poso sebagai sesuatu yang harus dihargai, tidak boleh mengambil secara berlebih ikan yang ada di danau, tidak boleh serampangan menebang pohon sekitar danau dan atau aktifitas lainnya yang terkesan meremehkan alam ciptaanNya. Sekiranya masyarakat terpelajar pun bisa mengambil nilai – nilai kearifan lokal ini yaitu untuk tidak serakah dan tidak mengambil secara berlebih semua yang telah tersedia di alam sekitar kita supaya tidak terjadi petaka yang akhirnya mendatangkan bencana bagi kita dan generasi nanti.
Penulis: Rinda Ahmad/ Finalis PPI 2016 asal Sulteng