Headline NewsTourism

Tanjung Lesung Dapat Dijadikan Solusi Beriwisata di Masa Pandemi

Provinsi Banten terkenal dengan wisata baharinya. Provinsi yang pernah menyatu dengan Jawa Barat ini memiliki jajaran pantai yang menawan, sebut saja ada Anyer dan Carita. Objek wisata tersebut menjadi primadona bagi warga Banten dan Jakarta yang jaraknya tidak jauh. Namun terlepas dari itu, ada satu destinasi yang tak kalah menariknya, yakni Tanjung Lesung yang berlokasi di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Tanjung Lesung yang berdiri di atas lahan seluas 1.500 hektar ini,  diresmikan oleh Presiden Jokowi sebagai  Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pada 23 Februari 2015. Ditetapkan KEK Tanjung Lesung,  merupakan upaya pemerintah  dalam membangun Banten melalui investasi pariwisata yang hadir di kawasan tersebut. Selain itu, destinasi ini juga masuk sebagai 1 dari 10 destinasi prioritas yang ditetapkan pemerintah atau yang dikenal dengan Bali Baru.

Dengan potensi alam yang indah dan pantai sepanjang 13 kilometer (km), tempat wisata yang dikelola PT Banten West Java (BWJ) Tourism Development, anak usaha PT Jababeka Tbk (KIJA) ini terus memancarkan keindahannya bagi wisatawan. Namun, Tanjung Lesung harus merasakan dahsyatnya tsunami yang menerjang selat sunda pada akhir tahun 2018.

Recovery dan perbaikan sarana pun dipercepat pemerintah. Kondisi Tanjung Lesung yang sudah pulih dirasakan oleh CEP TX Travel Anton Thedy.  Melalui program Indonesia Tourism Forum (ITF),  Anton Thedy  menceritakan kondisi Tanjung Lesung yang  layak dijadikan daftar liburan para wisatawan. Apalagi, Thedy mengusulkan Tanjung Lesung sebagai destinasi yang aman untuk dikunjungi di tengah pandemi Covid-19.

Program ITF merupakan program unggulan yang rutin ditayangkan EL JOHN TV. Program ini dipandu oleh Clarita Mawarni Salem (Putri Pariwisata Indonesia 2019 /  Miss Tourism Metropolitan International 2020-2021).

“Saya melihat bahwa Tanjung Lesung ini cocok buat rekreasi wisata di zaman pandemi ini. Satu, kita pergi yang tidak banyak kerumunan. Nah di Tanjung Lesung dijamin tidak ada kerumunan. Kenapa, tempatnya luas yakni mencapai 1.500 hektar. Jadi bukan hanya physical distancing 2 meter atau 20 meter atau mau 200 meter juga bisa,” terang Anton Thedy.

Anton menyebut berlibur di Tanjung Lesung akan mendapatkan kesan yang tak  terlupakan. Di destinasi ini beragam fasilitas tersedia. “mereka membuat fasilitas-fasilitas yang semuanya ada di dalam. Nah ini juga luar biasa jadi all in one place, bisa dibayangkan” sebut pengamat pariwisata ini.

Anton Thedy sudah berapa kali mengajak wisatawan menikmati Tanjung Lesung. Alhasil jawaban para wisatawan tersebut sangat puas dan ingin datang kembali ke Tanjung Lesung. 

 Adapun kegiatan yang dilakukan Anton Thedy bersama wisatawan saat mengunjungi Tanjung Lesung, yang pertama adalah menikmati kuliner di rumah makan Ibu Entin yang berada di daerah Labuan, Pandeglang. Di rumah makan ini wisatawan disuguhkan otak-otak yang rasanya begitu lezat. Menikmati kuliner ini dilakukan saat menuju Tanjung Lesung, yang dimulai keberangkatannya pada pagi sekitar pukul 08.00 WIB.

Setelah menikmati kuliner di rumah makan Ibu Entin, perjalanan ke Tanjung Lesung dilanjutkan. Menurut Anton Thedy, Perjalanan ke Tanjung Lesung nantinya akan terasa dekat dengan kehadiran tol Serang-Panimbang.  Saat ini  Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sedang mengebut pengerjaan jalan tol sepanjang 83,67 km ini.

Tol Serang-Panimbang terdiri dari tiga seksi, yakni Seksi 1 sepanjang 26,5 km menghubungkan Serang-Rangkasbitung.Kemudian, Seksi 2 sepanjang 24,17 km menghubungkan Rangkasbitung – Cileles, dan Seksi 3 sepanjang 33 km menghubungkan Cileles – Panimbang. Untuk Seksi 1 saat ini progres pembangunannya sudah mencapai 96,63 persen, dan siap diresmikan pada Agustus 2021.

Anton kembali melanjutkan pengalamannya bersama wisatawan berkunjung Tanjung Lesung. Setibanya di Tanjung Lesung, Anton mengajak wisatawan menikmati fasilitas  yang tersedia, di antaranya Mongolian Culture Center.

Dibangun di atas lahan seluas satu hektar, Mongolian Cultural Center ini didesain langsung oleh arsitek asal Mongol, Batmunkh Oyunbat. Secara konsep, pusat kebudayaan ini juga dirancang oleh Duta Besar Mongolia di Indonesia, Madam Battsetseg Shagdar. Konsep ini sengaja diserahkan kepada orang-orang asli Mongolia agar tingkat kualitas dan otentisitas bangunannya dapat terjaga. Sehingga para pengunjung dapat merasakan kehidupan Mongolia yang sebenarnya.

Demikian halnya dengan material yang digunakan untuk membuat tenda khas Mongol (GER), semuanya berasal dari Mongolia. Selain dapat merasakan sensasi bermukim di Mongolia, pengunjung juga bisa menikmati dan mempelajari ragam kebudayaan unik dan menarik. Diantaranya berkuda, memanah, bermain ankle bones game hingga mencicipi kuliner khas Mongolia.

“Yang paling menarik kita bisa pakai baju khas Mongolia dan foto di depan tenda, lalu bisa foto bersama patung Genghis Khan. Kemudian bisa memanah juga disana, biasanya menikmati Mongolian Culture bisa 30 sampai 40 menit,” ungkap Anton Thedy

Menurut Anton Thedy,  ideal menginap di Tanjung Lesung selama Tiga hari dua malam. Dengan durasi tersebut wisatawan dapat menikmati fasilitas yang ada di Tanjung Lesung.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button