Tari Piring Semarakkan Festival Budaya di Swiss
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisional di Minangkabau yang berasal dari Kota Solok, Sumatra Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan. Tari Piring merupakan sebuah simbol masyarakat Minangkabau. Di dalam tari piring gerak dasarnya terdiri daripada langkah-langkah Silat Minangkabau atau Silek. Gerakan tari piring pada umumnya adalah meletakkan dua buah piring di atas dua telapak tangan yang kemudian diayun dan diikuti oleh gerakan-gerakan tari yang cepat, dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua cincin di jari penari terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian, biasanya piring-piring yang dibawakan oleh para penari dilemparkan ke lantai dan kemudian para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring tersebut.
Tarian ini diiringi oleh alat musik Talempong dan Saluang. Jumlah penari biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Kombinasi musik yang cepat dengan gerak penari yang begitu lincah membuat pesona Tari Piring begitu menakjubkan. Pakaian yang digunakan para penaripun haruslah pakaian yang cerah, dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan. Tari Piring sangat terkenal keistimewaannya ke seluruh penjuru dunia. Tarian ini sudah pernah dipentaskan di luar Sumatra Barat, yakni di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Pekanbaru, dan lainnya. Lebih membanggakannya lagi, Tari Piring juga turut dipentaskan dalam rangka tour festival kebudayaan Nusantara. Tidak hanya di dalam negeri, Tari Piring juga telah merambah ke dunia internasional dan pernah dipentaskan dalam festival budaya Nusantara di Malaysia, Singapura, Serbia, serta beberapa negara di Eropa.
Berita yang menarik ini dilansir dari TEMPO, Tari piring yang dibawakan penari Indonesia yang bermukim di Prancis, Rizki Ramdhani, mempesonakan pengunjung festival multibudaya Multikultimart & Kulturfest di Kota Rheinfelden, Swiss. “Kami merasa bangga dan senang mendapatkan kesempatan menampilkan budaya Indonesia melalui tarian tradisional di festival budaya tahun ini,” ujar Rizki Ramdhani kepada Antara, Senin, 8 Juni 2015. Menurut Rizki, dalam Festival multibudaya tersebut, Indonesia bertindak sebagai negara kehormatan yang menampilkan berbagai kesenian dan tarian tradisional dari Jakarta, Kalimantan, Jawa Barat, Sumatra Barat, dan Bali. Tarian yang ditampilkan antara lain merak Sunda, petik teh, piring, alang babega, oleg, cenderawasih, bajemba, dan ronggeng topeng.
Selain tarian, ada sajian musik dari grup musik Gila Lagi dari Zurich serta lantunan suara dari Eirene Dili Astris dan grup angklung dari Zurich. Rizki menuturkan para penari mengajak penonton bergoyang bersama dengan diiringi musik dangdut. “Kami memperkenalkan musik dangdut pada penonton selama festival ini. pengunjung pun merasa senang dan kamipun pengisi acara juga merasa senang,” ujar Rizki Ramdhani. Menurut Rizki, berbagai pujian disampaikan pengunjung atas penampilan Indonesia. Kata-kata “amazing” dan “wonderful”, ucap Rizki, dilontarkan para penonton ketika dia sejumlah penari Indonesia lain, seperti Lola Pechler, Rina Suburi, serta tiga penari lain dari grup Perpetual Motion Jakarta, tampil.
Festival multibudaya tersebut pada tahun ini diselenggarakan atas kerja sama Balai kota Rheinfelden dan beberapa asosiasi seniman musik dan tari dari berbagai negara. Kontingen Indonesia disiapkan oleh Asosiasi Indonesia-Swiss, yang diketuai Lina Schmidlin. Program acara yang disuguhkan Indonesia sebagai negara kehormatan yakni bazar makanan serta minuman dari berbagai daerah, pameran lukisan, peragaan busana, tarian tradisional dan musik indonesia, presentasi video tentang pariwisata Indonesia, dan demo perawatan kecantikan.