Tiga Kementerian Sepakat Luncurkan Program Pengembangan Desa Wisata

Rapat Kerja Koordinasi Nasional (Rakornas) Kepariwisataan ke-II tahun 2017 yang diselenggarakan di Hotel Bidakara, Jakarta, pada 18-19 Mei 2017 lalu berbuah manis. Karena Rakornas tersebut, Kementerian Desa Pembangunan Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) bersama Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) meresmikan Program Pengembangan Desa Wisata Indonesia Peresmian ini dikemas melalui kegiatan kegiatan The Ubud Royal Weekend yang dihelat Puri Agung Ubud bersama Markplus Inc 19-21 Mei 2017 yang dipusatkan di Museum Puri Lukisan Ubud, Gianyar, Bali.
Festival yang telah memasuki tahun keempat ini mengangkat tema ‘Kewirausahaan, Budaya, dan Pariwisata’, diisi dengan pameran UMKM, peragaan busana, dan pagelaran seni budaya yang menyedot ribuan pengunjung. Sedangkan sesi seminar menghadirkan sejumlah narasumber yang diikuti ratusan peserta dari bebagai negara.
Ketua Tim Percepatan Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas, Kemenpar, Hiramsyah S Thaib melaporkan, Desa Ubud dijadikan percontohan karena Ubud merupakan salah satu wilayah yang bersinergi dengan baik membangun daerah sekaligus memperkuat tradisi dan budaya masyarakatnya.
“Ubud dan Bali yang dikenal sebagai destinasi lengkap dengan atraksi, akses dan amenitasnya, bisa berbagi pengalaman kepada khalayak luas dan peserta yang datang dari berbagai negara,” kata Hiram di sela-sela seminar The Ubud Royal Weekend di Musseum Puri Lukisan Ubud, Sabtu 20 Mei 2017.
Hiramsyah mengakui peresmian Program Pengembangan Desa Wisata Indonesia juga merupakan hasil Indonesia Incorporated antar kementerian dan lembaga, yang juga dibahas dalam Rakornas II Kepariwisataan tahun 2017 yang menjadikan homestay desa wisata sebagai isu utama.
Menurut Hiramsyah, dalam dunia pariwisata terdapat tiga atraksi utama yang diburu wisatawan yakni budaya, alam, dan kreasi masyarakatnya. Wisata budaya saat ini memegang porsi 60 % dalam mendatangkan wisatawan ke Indonesia yang membuat daerah ini optimistis mampu bersaing dalam industri tersebut.
Sementara, Menteri Desa Pembangunan tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengaku hingga saat sudah banyak dana yang digelontorkan untuk pembangunan desa, di antaranya dimaksudkan untuk menjadikan wilayah desa sebagai tempat wisata.
“Kami bekerjasama dengan kementerian terkait untuk percepatan pembangunan desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya,” kata Menteri Eko.
Di kesempatan yang sama, Founder Markplus Hermawan Kertajaya, yang juga President International Council for Small Business (ICSB) Indonesia berharap kegiatan yang telah empat kali digelar bisa memberikan kontribusi nyata bagi Ubud.
The Ubud Royal Weekend kali ini juga menggandeng Ubud Homestay Association untuk mengangkat peran wisata budaya dan wisata desa. “Homestay merupakan tren menarik yang kinerjanya mampu menyelaraskan wirausaha berbasis budaya dan pariwisata,” kata Hermawan.
Selain itu, Hermawan juga berterima kasih kepada Tjokorda Gde Raka Sukawati sebagai pencetus Museum Marketing 3.0 yang memiliki semangat marketing berbasis pada tradisi dan human spirit. Semangat ini lah yang diambil dari sang ayahanda Tjokorda Gde Agung Sukawati (Raja Ubud terdahulu).
Hermawan melanjutkan, URW ini sudah yang keempat kalinya dan diharapkan dapat berkontribusi lebih untuk Ubud. Tema tahun ini pun akan membahas mengenai dunia wirausaha (entrepreneurship) yang dikolaborasikan dengan culture dan tourism.
Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram menambahkan, pihaknya ingin melengkapi kontribusi dari sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mendukung keberadaan desa wisata.
“Kami dengan senang hati mendukung program ini, karena ini memang sesuai dengan tujuan dari program-program yang ada di Kemenkop UKM seperti BUMDes,” ujar Agus.