Wayan Winawan Raih Kesuksesan Dirikan Hotel and Villa di Bali

0
WhatsApp Image 2024-06-10 at 10.50.58

Founder and Chairman Ekosistem Hotels and Villas Wayan Winawan sudah bergerak di dunia hospitality lebih dari 25 tahun. Lahir dan besar di Bali, Wayan memulai karir sebagai housekeeping staff di Hotel Ritz-Carlton Bali.

Sebelumnya Wayan pernah belajar dan bekerja di Singapura. Setelah berkelana di Negeri Singa, Wayan kembali bekerja di beberapa hotel dan spa, bahkan ia pernah menjadi General Manager di salah satu hotel di Seminyak Bali pada tahun 2004.

Loyalitasnya pada industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang kemudian akhirnya mendirikan ekosistem Hotel and Villas di tahun 2021. Wayan mengaku memiliki passion dan senang bertemu orang.

“Lalu on the other hand lahir dan besar di Bali itu kita melayani dan kalau kita melayani orang baik sebagai staff maupun sekarang sebagai perusahaan, saya menemukan rasa bahagia jika ada tamu yang selesai stay bersama kita pulang bahagia,” ucapnya.

“Kita percaya juga bahwa di Bali itu ada Samsara atau lahir kembali. Kita percaya bahwa sesama manusia ini bahkan sekarang ada hubungan di kehidupan sebelumnya atau di kehidupan masa datang yang kita harus ketemu,” sambungnya.

Wayan menjelaskan, ekosistem Hotel and Villas merupakan operator dan juga investor. Pihaknya bekerja sama dengan beberapa investor yang dikelola hotel, vila, dan restorannya. Selain itu, pihaknya juga berinvestasi di properti, dan saat ini sudah ada delapan lokasi yang sudah beroperasi di Bali. Pada awal tahun 2015, direncanakan akan beroperasi di 13-14 tempat di Bali.

“Tahun ini ada empat lagi on project, jadi end of this year kita akan beroperasi di 12 lokasi di Bali. Sekarang ada di Seminyak, Brawa, Canggu, Ubud, dan Nusa Penida,” katanya.

Selalu Berikan Pelayanan Terbaik

Wayan menjelaskan, sektor pariwisata tidak hanya menjadi pekerjaannya, melainkan menjadi tempat terbaik untuknya menjalani kehidupan.

“Kita juga percaya bahwa industri pariwisata itu kan industri yang which is more into bagaimana kita berkoneksi kepada sesama manusia. Kita percaya bahwa kalau mereka datang sama kita, itu kan seperti yang sampaikan adalah pertemuan yang belum selesai dari kehidupan yang lalu sampai sekarang,” jelasnya.

Maka dari itu, ia dan pihaknya selalu memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan agar dapat merasakan pengalaman yang mengesankan.

“Jadi kalau kita bisa memberikan pelayanan terbaik atau kata kita di Bali itu berkarma baik, itu adalah sesautu yang paling baik di salah satu industri yang kita lakukan. Demikian juga dengan kalau kita percaya bahwa empat hormon kebahagiaan katanya endorphin, dopamine, serotonin, dan oksitosin bisa terbentuk baik jika kita melakukan sesuatu yang kita merasakan itu berbuat baik. Kita merasakan itu adalah suatu achievement buat kita,” katanya.

Perkembangan Industri Pariwisata

Wayan menjelaskan, industri pariwisata mengalami perkembangan yang sangat cepat, tetapi di sisi lain juga rentan.

“Seperti data dari World Economic Forum, eco pariwisata ini bertanggung jawab atas 8 persen dari emisi global, dan dipercaya pada tahun 2030 akan naik 25 persen. Menurut saya itu krisis dari hal yang kita ciptakan dan diakibatkan oleh pariwisata itu sendiri. Jadi di satu sisi saya percaya bahwa melihat dari data tersebut ktia tidak bisa hanya mengeluh dan komplain,” jelasnya.

“Sebenarnya kalau carrying capacity-nya Bali atau Indonesia untuk penyangga tourism masih cukup bisa berkembang, tetapi berkembangnya harus benar, berkembangnya harus ke arah-arah yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Kami sebagai ekosistem adalah salah satu pendandatangan dari Glasgow Declaration, yang mana kita berkomitmen untuk mengurangi emisi kita 50 persen di tahun 2030 dan menuju net zero di tahun 2050,” tambahnya.

Ada beberapa cara melakukan program sustainability, seperti sampah yang dibuang ke TPA landfill hanya sisa 30 persen, sampah organik yang di kompos, dan sampah non-organik yang di recycling.

Tidak hanya itu, setiap tamu yang melakukan check in akan menanam satu pohon, hingga setiap bil yang tercetak, maka akan disisihkan untuk memberikan bantuan food package kepada orang-oang yang membutuhkan.

Hotel and Villas yang dikelolanya tidak lepas dari peran masyarakat sekitar untuk mendukung kemajuan sektor pariwisata.

Meski tidak memiliki background pendidikan yang berkaitan dengan pariwisata, Wayan dan pihaknya tetap merekrut masyarakat lokal di Bali dengan berfokus pada ASK (Attitude, Skill, Knowladge).

“Demikian juga dengan resourcing seperti belanja, vendor kita mengutamakan secara lokal. Lokal menurut kita adalah lima kilometer dari tempat bisnis kita berada. Kalau kita tidak memberikan support atau tidak memberikan kesempatan untuk masyarakat berkembang, bagi say akita tidak akan juga bisa berada di dalam satu destinasi itu memberikan dampak yang benar,” ucapnya.

Tidak hanya melibatkan masyarakat sekitar, juga melibatkan arsitek untuk mendesain Hotel and Villas dan memasukkan unsur-unsur budaya Bali.

“Bagaimana satu desain mampu memberikan koneksi, bagaimana manusia terhubung dengan manusia, bagaimana manusia terhubung dengan alam sekitarnya, dan bagaimana manusia bisa terhubung dengan Tuhan. Kita menyebutkan, bagaimana terkoneksi dan terhubung dengan budaya-budaya, dan spiritual dan ritual yang dilakukan di desain itu,” katanya.

Tamu yang menginap di Hotel and Villas yang dikela Wayan di dominasi oleh wisatawan mancanegara sebanyak 98 persen, di mana tamu dari Australia menduduki peringkat pertama sebanyak 42 persen, disusul tamu dari Asia Tenggara, Eropa, hingga Middle East.

Wayan dan pihaknya bekerja sama dengan beberapa agensi dan partnership dengan channel manajernya di luar negeri untuk mengembangkan Hotel and Villas yang dikelolanya.

“Selain mengembangkan hotel, spa, dan restoran, kami sedang memikirkan untuk mengembangkan, berparteners dengan beberapa desa untuk mengembangkan destinasi desa yang berkelanjutan. Itu mungkin salah satu goals utama kami di tahun depan,” harapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *