Bahasa dan Budaya Tiongkok Jadi Jembatan Persahabatan di Chinese Bridge Competition 2025

0
DSC01854

Badan Koordinasi Pendidikan Bahasa Mandarin (BKPBM) Jakarta sukses menyelenggarakan Chinese Bridge Competition tingkat nasional tahun 2025 pada 7–8 Juni 2025, sebuah kompetisi tahunan yang tidak hanya menguji kemampuan berbahasa Mandarin, tetapi juga menjadi wadah eksplorasi seni dan budaya Tiongkok oleh pelajar Indonesia.

Tahun ini, kompetisi yang telah menjadi tradisi tahunan semakin bergengsi. Hal tersebut terlihat dari jumlah peserta yang mencapai 200 lebih peserta dari berbagai provinsi. Mereka harus menjalani babak penyisihan dan hasilnya 89 peserta yang dinyatakan lolos ke babak Final

Para finalis terdiri atas 29 siswa tingkat sekolah dasar (SD), 33 siswa tingkat sekolah menengah, dan 27 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Final digelar secara meriah di Hotel Novotel, Mangga Dua Square, Jakarta Utara, pada Minggu, (8/6/2025).

Kompetisi ini tidak semata soal kefasihan dalam bahasa Mandarin. Peserta juga ditantang untuk menampilkan keterampilan seni dan budaya Tiongkok, seperti puisi klasik, musik tradisional, hingga tarian dan kaligrafi. Dengan tema yang mengangkat semangat multikultural dan persahabatan lintas negara, acara ini menjadi platform penting dalam menjembatani pemahaman antara generasi muda Indonesia dan Tiongkok.

Para peserta tampil memukau di hadapan dewan juri dan tamu kehormatan. Hadir dalam final tersebut Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Wang Lutong, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Tiongkok Yudil Chatim, Presiden Pusat Bahasa Mandarin Universitas Al-Azhar Indonesia Asep Saefuddin, serta Ketua BKPBM Jakarta Arifin Zain.

Dalam sambutannya, Dubes Wang Lutong menegaskan bahwa belajar bahasa Mandarin bukan sekadar upaya menguasai bahasa asing, melainkan juga sarana mengenali nilai-nilai, sejarah, dan perkembangan sosial-budaya Tiongkok masa kini.

“Lebih dari sekadar perlombaan bahasa, acara ini merupakan perayaan persahabatan dan pemahaman lintas budaya. Bahasa Mandarin memberi kita jendela untuk memahami dunia Tiongkok secara lebih dalam,” ujar Wang.

Ia juga menyampaikan apresiasi atas semangat para pelajar Indonesia yang semakin besar dalam mempelajari bahasa Mandarin. Menurutnya, tren positif ini juga tercermin dari meningkatnya jumlah peserta ujian HSK (uji kemampuan bahasa Mandarin berstandar internasional) di Indonesia. Sepanjang tahun ini saja, lebih dari 4.000 orang dari 17 provinsi telah mengikuti ujian tersebut.

Ketua Badan Koordinasi Pendidikan Bahasa Mandarin (BKPBM) Jakarta, Arifin Zain, menegaskan bahwa Kompetisi Chinese Bridge bukan sekadar ajang lomba kebahasaan, melainkan sebuah sarana penting yang membangun pemahaman lintas budaya dan mempererat hubungan Indonesia–Tiongkok, khususnya di kalangan generasi muda.

“Kompetisi Chinese Bridge lebih dari sekadar ajang lomba, ia adalah jembatan yang menghubungkan budaya, persahabatan, dan hati antara Indonesia dan Tiongkok,” ujar Arifin.

Arifin mencatat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, minat generasi muda Indonesia terhadap bahasa Mandarin mengalami peningkatan signifikan, sejalan dengan perkembangan hubungan antara Indonesia dan Tiongkok. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa bukan lagi sekadar alat komunikasi, melainkan juga aset penting dalam membangun daya saing dan konektivitas global.

“Banyak perusahaan dan instansi di Indonesia kini memerlukan generasi talenta baru yang mahir berbahasa Mandarin, memahami budaya Tiongkok secara mendalam, serta berwawasan global,” jelasnya.

Tak lupa, Arifin menyampaikan apresiasi dan  terima kasih kepada  seluruh elemen masyarakat yang terus mendukung pengembangan pendidikan bahasa Mandarin di Indonesia.

“Atas nama Badan Koordinasi Pendidikan Bahasa Mandarin Jakarta Indonesia, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dari berbagai provinsi yang peduli terhadap pendidikan bahasa Mandarin,” tutup Arifin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *