Bekraf Berharap Biennale Kenalkan Seni Rupa Indonesia ke Pentas Dunia

0
171025-film-investment-forum

Pameran seni rupa kontemporer Indonesia kini semakin berkembang. Di beberapa kota di Indonesia tiga biennale akan hadir dalam waktu berdekatan, Jakarta Biennale, Jogja Biennale, dan Makassar Biennale. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendukung hadirnya biennale ini di berbagai kota sebagai kesadaran pemerintah untuk mengangkat seni budaya kontemporer Indonesia di pentas dunia.

“Penyelenggara sepakat menyajikan acara ini secara simultan karena sangat efektif dan memudahkan Indonesia untuk menarik tamu-tamu internasional,” ujar Wakil Kepala Bekraf Ricky Josep Pesik di jumpa pers tiga kota biennale, Senayan City, Jakarta.

Menurut Ricky pameran ini penting dihadirkan ke publik untuk mengangkat peran seni kontemporer Indonesia di dalam konstelasi dunia seni rupa saat ini, hal ini senada dengan arahan Presiden Jokowi agar menyajikan Indonesia lebih komprehensif. Ia juga menambahkan jika acara ini sukses, maka hal yang sama dapat dijadikan agenda rutin dua tahunan.

Secara berurutan Jogja Biennale akan dibuka pada tanggal 2 November dengan melanjutkan seri “Equator”nya. Kali ini akan hadir Equator #4 dengan tema utama  STAGE of HOPELESSNESS. Acara ini akan berlangsung hingga 10 Desember di Museum Nasional Jogja dan menghadirkan 27 seniman Indonesia yang telah dikurasi dan 12 seniman Brasil.

Sementara itu Jakarta Biennale akan dibuka pada tanggal 4 November-10 Desember dengan mengangkat tema “JIWA” yang akan berlangsung di tiga tempat yaitu Gudang Sarinah Ekosistem, Museum Seni Rupa dan Keramik dan Museum Sejarah Jakarta. Acara ini akan melibatkan 51 seniman Indonesia dan mancanegara.

Sedangkan Makassar Biennale akan hadir pada 8-28 November di Menara Pinisi, Makassar dengan menghadirkan tema “Maritim”. Seniman dari Aceh hingga Papua direncanakan akan berpartisipasi dalam acara yang digelar untuk kedua kalinya ini. Anwar ‘Jimpe’ Rachman, selaku Direktur Makassar Biennale 2017 menjelaskan bahwa Makassar Biennale menetapkan Maritim sebagai tema abadi, “adalah ajang seni rupa kontemporer terbesar di Indonesia Timur, dan mungkin termasuk Biennale terbesar di dunia yang berbasis Maritim,” ujarnya.

Di dalamnya pula bukan hanya jaringan seni rupa nasional dan internasional yang mengemuka. Makassar Biennale membuka ruang bagi warga berjejaring dengan menampilkan dan memamerkan karya-karya UKM rintisan (maksimum berusia 2 tahun). Ini menandakan bahwa bukan hanya antar seniman dan seniman yang “bertransaksi”, warga (yang ketika Biennale berakhir) pun akan terus bergeliat dengan usaha-usahanya.”

Biennale saat ini tampaknya menjadi sebuah prasyarat bagi negara mana pun yang ingin bergabung pada peta seni budaya kontemporer dunia. Indonesia, melalui ketiga Biennale yang hadir adalah salah satu peserta dunia yang penuh dengan rasa optimis untuk mensinyalkan kedatangannya di kancah seni budaya dunia.  (Sumber Bekraf)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *