Desa Candirejo, merasakan kebudayaan jawa yang meresap hingga relung jantung
Ketika Anda berkunjung ke Candi Borobudur, bukan keindahan Candi Borobudur saja yang bisa Anda saksikan, ternyata tidak jauh dari candi ini terdapat sebuah desa wisata yang sangat menarik dan patut untuk dikunjungi, desa tersebut adalah Desa Wisata Candirejo. Desa ini masih sangat setia mempertahankan keasliannya baik tradisi di dalamnya maupun lingkungan di sekitarnya. Bagi Anda yang terbiasa hidup di perkotaan dan mendamba suasana pedesaan maka cobalah datang dan tinggal di desa ini untuk beberapa hari, dijamin Anda tidak akan kecewa. Desa Candirejo terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, sekira 3 km arah Timur Candi Borobudur. Desa ini berbatasan dengan Desa Pulutan di sebelah timur.
Di sebelah utara dengan Desa Kesongo, Tuntang, dan Semarang. Di sebelah barat dengan Rawa Pening, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jombor, Tuntang, dan Semarang. Desa Candirejo merupakan desa kecil yang letaknya berdekatan dengan Candi Borobudur. Desa yang memiliki pemandangan indah, subur, dan warga yang ramah ini dijadikan desa wisata lewat NRM-LCE Project (Natural Resources Management for Local Community Empowerment Project) melalui Yayasan PATRA-PALA, masyarakat setempat dan pemerintah daerah kabupaten Magelang. Saat itu dukungan dananya datang dari hibah Japan International Corporation Agency (IICA). Desa ini diresmikan menjadi desa wisata tahun 2003 dengan luas sekira 350 hektar, meliputi pemukiman seluas 100 hektar dan lahan pertanian sekira 250 hektar.
Desa Candirejo dapat dikatakan merupakan simbol dari budaya Jawa. Berbagai daya tarik dan kegiatan wisata dapat dilakukan di sini. Mulai dari wisata alam, kesenian, kerajinan, kuliner, jalan-jalan, budaya, sejarah dan minat khusus. Anda dapat menemukan banyak atraksi dan tradisi lokal di desa ini seperti Nyadran, Sedekah Bumi, kesenian lokal seperti jathilan, kubrosiswo dan industri rumah tangga berupa kerajinan bambu dan pandan. Di desa ini juga ada situs budaya antara lain Watu Kendil, Toyo Asin, Watu Tumbak, Tempuran Kali Progo, dan Pabelan. Kata candirejo berasal dari kata candighra namun seiring waktu penyebutan berubah menjadi candirga; candirja dan akhirnya menjadi candirejo hingga saat ini. Arti kata candi sendiri berarti batu dan rejo berarti subur. Candirejo diartikan sebagai wilayah yang banyak batu-batu tetapi subur. Berkunjung ke desa wisata ini akan memberikan pengalaman tersendiri bagi Anda. Temukan berbagai kegiatan dan pemandangan menarik di desa ini. Desa Candirejo sangat cocok bagi Anda pendamba kehangatan dan kedamain yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota. Di desa ini Anda bisa berinteraksi langsung dengan warganya dengan melakukan berbagai kegiatan keseharian. Jadi secara tidak langsung Anda mempelajari kebudayaan dan cara hidup di desa ini.
Nyadran, Upacara adat yang dilakukan setahun sekali, pada bulan Ruwah (kalender Jawa), dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Upacara ini merupakan bentuk ucapan syukur yang dilaksanakan dalam bentuk doa. Biasanya upacara ini dilakukan di Gunung Mijil dan dipimpin seorang juru kunci Gunung Mijil. Upacara besar lainnya adalah Saparan dan Perti Desa (Bersih Desa/Sedekah Bumi). Upacara ini adalah wujud syukur atas panen yang telah berlalu, sekaligus permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar keselamatan senantiasa dilimpahkan dan hasil pertanian semakin meningkat. Jathilan merupakan kesenian tradisonal yang berasal dari sejarah Desa Candirejo yang dijadikan sebagai persinggahan pengikut Pangeran Diponegoro saat kolonialisme Belanda tahun 1825. Tarian ini menggambarkan latihan perang pasukan berkuda Pangeran Diponegoro. Musik pengiring kesenian ini adalah karawitan. Tarian lainnya adalah Tari gatholoco atau wulangsunu yang dipentaskan secara berpasangan. Kesenian lain adalah kubrosiswo dan juga wayang kulit.
Kerajinan rumah tangga yang patut Anda coba dan kunjungi adalah kerajinan pandan berupa produk kerajinan tas, kuda jathilan kecil, dan produk lain yang telah diproduksi dalam jumlah terbatas dan dipasarkan di pasar desa, dan pasar cinderamata di Taman Candi Borobudur. Ada juga kerajinan bambu yang dijadikan perabot rumah tangga, peralatan dapur, pagar rumah dan penyangga. Masyarakat desa ini juga menjual berbagai kerajinan bambu ini kepada pengunjung yang datang. Anda juga dapat berkeliling desa dengan naik andong atau berjalan kaki. Mencoba merasakan bertani, belajar membatik, memainkan musik gamelan, dan menyaksikan keindahan Matahari Terbit dari Bukit Manoreh, atau melihat Watu Kendil yaitu sebuah batu yang mirip kendil dan konon berasal dari letusan Gunung Merapi ratusan tahun silam. (arf)