Desa Compang Ruteng-2536

Compang adalah altar batu yang biasanya ditemukan di halaman rumah tradisional masyarakat Manggarai. Compang adalah pusat atau inti dari upacara tradisional Penti yang merupakan upacara tradisional yang bertujuan untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas panen yang melimpah. Kerbau dan sapi diikat pada compang ini untuk kemudian dikorbankan.Compang Ruteng terletak di pusat desa Pu’u Ruteng di Kecamatan Golo Dukal, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Batu compang dan lahan di sekitarnya itu posisinya lebih tinggi dari rumah penduduk lokal. Sebuah pohon Beringin (Ficus Benjamina) yang secara lokal dikenal sebagai Ruteng, dahulu tumbuh di tengah compang tersebut. Akan tetapi, kini pohon itu sudah tidak ada lagi dan diganti dengan pohon dadap. Di sebelah timur, terdapat dua rumah tradisional yang menjulang tinggi dengan atap melengkung tajam.

Compang Ruteng terletak 3 kilometer dari kota Ruteng di Kabupaten Manggarai, bagian barat Flores. Anda dapat melakukan perjalanan darat dari Labuan Bajo ke Ruteng dan selanjutnya ke Ende dan Maumere. Ada penerbangan setiap hari dari Kupang (di Pulau Timor) ke Maumere dan Ende. Dari Kupang, ada penerbangan dua kali seminggu ke Ruteng. Sedangkan ke Labuan Bajo, ada penerbangan setiap hari dari Bali. Terdapat perahu motor antar-pulau dari Sape, di pantai timur Sumbawa, di Nusa Tenggara Barat. Anda dapat masuk ke dalam rumah adat yang disebut Rumah Gendang, untuk melihat struktur, interior kayu, dan peralatan seperti gong, drum kecil dan perisai yang digunakan untuk tarian tradisional. Saat pertama kali memasuki rumah Anda akan disambut sebagai tamu resmi dan akan ada serangkaian upacara ritual yang harus Anda ikuti. Penduduk lokal hanya bisa berbicara dalam bahasa Manggarai dan Bahasa Indonesia.

Desa Compang Ruteng adalah salah satu desa tradisional yang masih tersisa di Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur yang masih mempertahankan tradisinya yang eksotis. Salah satu ciri khas di Desa Compang Ruteng ini adalah masih terdapat batu compang, sebutan untuk altar batu yang seringkali ditemukan di halaman rumah adat tradisional masyarakat Manggarai. Salah satu fungsi batu compang ini adalah sebagai tempat untuk menyembelih hewan kurban semisal sapi atau kerbau.

Sebagai desa tradisional, pengunjung yang datang bisa menikmati eksotisme salah satu kekayaan budaya Indonesia, dengan langsung berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Pengunjung atau wisatawan juga bisa memasuki rumah tradisional yang disebut dengan Rumah Gendang dan mengamati secara detail struktur, karakteristik, atau ciri khas rumah adat masyarakat Manggarai. Pengunjung akan disambut dengan upacara tadisional penyambutan tamu, dan pengunjung harus mematuhi dan mengikuti serangkaian proses ritual masyarakat Manggarai.Meskipun desa tradisional Compang Ruteng ini dibuka untuk umum, tidak terdapat fasilitas umum seperti tempat wisata lain mengingat desa ini lebih menjaga tradisi dan orisinalitas desa Compang Ruteng. Jika wisatawan atau pengunjung ingin membeli suvenir untuk oleh-oleh, pengunjung bisa membeli suvenir di pusat perbelanjaan di pusat kota Ruteng. Warung makan pun hanya dijumpai di pusat kota Ruteng, yang menyajikan menu berbagai jenis masakan dari Indonesia maupun Cina.

Desa Wisata Compang Ruteng sangatlah unik, karena di kawasan desa tersebut ada bangunan unik khas masyarakat suku Manggarai di Ruteng. Namanya Compang. Compang adalah altar batu yang biasanya ditemukan di halaman rumah tradisional masyarakat Manggarai. Compang berfungsi sebagai pusat atau inti dari upacara tradisional Penti. Upacara tradisional ini bertujuan untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas panen yang melimpah. Dalam upacara Penti biasanya kerbau dan sapi diikat pada compang untuk kemudian dikorbankan. Compang sendiri luasnya sekitar setengah lapangan bola. Batu compang dan lahan di sekitarnya ini berada di wilayah yg lebih tinggi dari rumah-rumah penduduk lokal. (arf)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *