Indonesia Posisi Kedua Yang Dipilih Wisatawan Muslim Dunia

0
Dua wisatawan asal Polandia berfoto selfie dengan latar belakang Masjid Raya Al Mashun, Medan, Sumatera Utara, Kamis (18/6)

Dua wisatawan asal Polandia berfoto selfie dengan latar belakang Masjid Raya Al Mashun, Medan, Sumatera Utara, Kamis (18/6). Masjid yang dibangun pada 1906 itu merupakan objek wisata religi dimana para wisatawan wajib menggunakan pakaian muslim/muslimah yang telah disediakan pengurus masjid. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi/ss/Spt/15

Mastercard-Halal Trip Muslim Millenial Travel Report (MMTR 2017) merilis hasil survey mengenai destinasi wisata yang paling difavoritkan oleh muslim milenial di dunia. Dari hasil survey itu, Indonesia menduduki posisi kedua setelah Malaysia yang bercokol di posisi pertama. Indonesia dipilih berdasarkan hasil survei Mastercard-Halal Trip kepada 372 responden yang tinggal di lima benua yakni  Afrika, Amerika, Asia Pasifik, Eropa dan Timur Tengah.

Suvey ini menyoroti motivasi, kebiasaan, kebutuhan dan preferensi yang dimiliki oleh segmen Muslim milenial saat melakukan perjalanan. Penelitian wisatawan muslim millenial pada berumur 18 – 36 tahun dengan berbagai latar pendidikan dan pekerjaan. Komposisi responden yaitu 33 persen laki-laki dan 51 persen perempuan.

 Meski kalah dari Malaysia, posisi Indonesia sudah jauh membaik bila dibanding prestasi 2016. Ada sedikit lompatan yang tercipta. Dari nomor empat naik ke posisi dua. Dan sekarang, posisinya sudah nyaris berada di tempat teratas dunia.

“Alhamdulillah bagus sekali. Sudah bagus, walapun targetnya nomor satu. Tetapi hasil ini sudah menunjukkan peningkatan. Dulu kita tidak diperhitungkan. Untuk itu, target tahun depan harus menjadi nomor satu,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya sesuai acara Wonderful Indonesia Co-branding Forum (WICF) di Balairung Soesilo Sudarman, Jakarta, Selasa, 14 November 2017.

Sekarang, Menpar Arief Yahya jadi makin bersemangat mengejar Malaysia. Dia makin ngotot menempatkan rival atau pesaing sebagai tolak ukur. Apa yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh Malaysia? Setelah itu bandingkan dengan yang dilakukan Wonderful Indonesia?

“Kita sudah tetapkan, common enemy kita bersama. Musuh emosionalnya, Malaysia. Musuh professional kita Thailand. Sekarang yang harus dicari adalah cara mengalahkan rival tadi. Bagaimana mengejar ketertinggalan? Kalahkan mereka hingga betul-betul capaian kita mengalahkan mereka,” ucap Menpar.

Menpar pun kemudian menggunakan idiom perang karena terinspirasi oleh strategi perang yang diajarkan oleh sang ahli strategi perang Sun Tzu. Harapannya, muncul sense of urgency, drive, dan motivasi yang membakar semangat dalam mewujudkan visi 2019. Apalagi, satu strip di bawah Indonesia ada Jepang yang telah menyediakan fasilitas bersertifikasi halal. Restoran, hotel dan fasilitas khusus lainnya, sudah banyak yang berlabel halal.

“Musuh-musuh kita semuanya running dengan kencang. Karenanya saya ucapkan terimakasih atas kerja Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal yang dipimpin Riyanto Sofyan,” ucapnya

Messagenya hanya satu. Seluruh tim harus terus bekerja keras melakukan perbaikan. “Pertama, kenali dunia, kenali dirimu, kenali medan perangmu, maka kamu akan memenangkan peperangan. Kedua, kenali musuhmu, kenali dirimu, kenali medan tempurmu, maka kamu akan memenangkan peperangan. Ketiga, kenali pelangganmu, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan persaijgan,” ucapnya.

Sekarang, yang tinggal diperkuat Indonesia tinggal penguatan SDM. Karena dari evaluasinya, Indonesia hanya sedikit terkendala dengan bahasa. “Hanya itu saja, lainnya kita unggul. Dari mulai fasilitas ramah traveler Muslim, fasilitas-fasilitas muslim friendly, kita juga sama. Malah lebih bagus lah karena Indonesia sukses menyambar 12 kategori dari 16 gelar yang dipertarungkan dalam World Halal Tourism Award,” ucapnya. (Sumber Kemenpar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *