Keberadaan Geopark untuk Pariwisata Nasional

Geopark merupakan sebuah daerah dengan batasan yang sudah ditetapkan dengan jelas dan memiliki kawasan permukaan yang cukup luas untuk pembangunan ekonomi local. Untuk itu Kementrian Pariwisata (kemenpar) sangat memperhatikan dan peduli sekali dengan keberadaan geopark.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, Dadang Rizki Ratman menjelaskan bahwa geopark sebagai konsep manajemen pengembangan kawasan alam, yang diinisiasi oleh UNESCO sekitar tahun 2000-an, dengan memanfaatkan kesinambungan sumber daya geodiversity, biodiversity, dan culturaldiversity itu dimaksudkan tidak hanya sebagai upaya konservasi semata (menjaga situs geologis) namun juga sekaligus untuk mendidik dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.
“UNESCO telah membuat standar yang mewajibkan pengelolaan geopark dengan prinsip pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan itu melalui kegiatan pariwisata antara lain geowisata atau ecowisata agar masyarakat setempat sejahtera,” kata Dadang Rizki Ratman, pada seminar nasional geopark bertajuk “Geopark untuk Pariwisata Nasional” yang berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, Rabu (25/5).
Menpar Arief Yahya menjelaskan lebih jauh, environmental sustainability menjadi isu internasional dan semua negara berusaha menjaga dan meningkatkan kualitasnya dalam upaya memenangkan persaingan bisnis pariwisata global karena bila produk pariwisata suatu negara tidak menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan akan ditinggalkan wisatawan. “Dalam menghadapi persaingan global, Indonesia berusaha memperbaiki peringkat daya saing pariwisata yang dalam tiga tahun ke depan akan berada di ranking 30 dunia, dari posisi semula tahun 2013 di ranking 70, tahun 2015 meningkat di ranking 50 dunia dari 141 negara,” kata Menpar Arief Yahya.
World Economic Forum (WEF) dalam Travel and Tourism Competitiveness Report 2015 menyebutkan naiknya posisi daya saing pariwisata Indonesia karena memiliki keunggulan antara lain dalam hal; price competitiveness, prioritization of travel & tourism, dan natural resources, sedangkan yang menjadi kelemahan adalah dalam tourism service infrastructure, health and hygiene, dan environmental sustainability. “Kita unggul di natural resources, namun kita mempunyai PR di environmental sustainability yang indexnya menurun hingga 9 poin, tahun 2013 berada di posisi 125 menurun di posisi 134 pada 2015. Ini menjadi PR bersama untuk memperbaiki di antaranya melalui konsep pengelolaan geopark yang mengacu pada standar UNESCO,” kata Arief Yahya.