Kekurangan tidak mengehentikan seseorang untuk menjadi sukses
Kekurangan bagi Habibie Afsyah tidak menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan di usia muda, meskipun tidak seperti seorang pria yang pada normalnya Habibie tidak lantas putus asa. Penyandang difabel seringkali masih dianggap tak bisa mandiri dan diperlakukan berbeda. Padahal jika diberikan kesempatan untuk bisa mengenal potensinya masing-masing, kaum difabel juga bisa sukses. Habibie adalah seorang penyandang Muscular Dytrophy Tipe Becker.
Kondisi kelainan genetik yang dialaminya sejak lahir ini membuat secara perlahan otot-ototnya melemah dan fisiknya menjadi tak berdaya. Meskipun demikian, keterbatasan fisik ini tak membuat Habibie patah semangat. Sejak kecil, ia diajarkan oleh ibunya, Endang Setyati, untuk mandiri dan tak berbeda dari orang lain. Sang ibu ingin Habibie menyadari bahwa meskipun ia memiliki keterbatasan dan hanya bisa duduk di kursi roda, bukan berarti lantas ia tak bisa hidup mandiri dan menghasilkan sebuah karya.
Semenjak di vonis Habibie Afsyah memiliki kelainan, oleh sang ibu, Habibie Afsyah sering dibawa kemana mana untuk berobat, bahkan sampai dibawa terapi khusus, dan semua itu dilakukan semata mata untuk menambatkan kesembuhan. Akan tetapi selama terapi, Habibie Afsyah selalu menangis, bahkan pangkal pahanya sempat terlepas dari tulang mangkoknya. Dan hal itu membuat pertumbuhan kakinya menjadi tidak seimbang. Kaki Habibie menjadi panjang sebelah.
Namun keadaan ini telah mengajarkan Habibie Afsyah untuk ikhlas menerima keadaan yg diberikan Tuhan. Hal itu bisa dia terima dengan apa adanya. Akan tetapi tantangan berat sesungguhnya adalah tantangan hidup untuk mendapatkan perlakuan layak dari lingkungan sekitar, adanya diskriminatif ketika Habibie Afsyah akan mendaftar ke sekolah, dan lain sebagainya.
Dengan biaya yang cukup mahal, sekitar Rp. 5 juta, oleh ibunya Habibie Afsyah di daftarkan ikut kursus dasar internet marketing, awalnya Habibie Afsyah mengaku tidak tau sama sekali alias buta tentang bisnis online, apalagi kursus tersebut dibawakan dengan bahasa inggris dan memakai translator menambah ketidak ngertian Habibie Afsyah dalam belajar dasar internet marketing mekipun Habibie Afsyah sering membuka internet, tapi hanya main game online. Kursus awal belum tuntas dan belum bener paham, oleh sang ibu, Habibie Afsyah di daftarkan kembali untuk ikut kursus tingkat lanjut internet marketing, akan tetapi Habibie Afsyah sempet menolak karena biaya yang terlalu mahal alias Rp. 15 juta, sampai sampai sang ibu harus menjual mobil, ibunya terus memberikan semangat dan terus mendorong untuk berhasil.
Tak melanjutkan kuliah, Habibie memutuskan untuk mulai serius mendalami hobinya bermain game dan komputer. Awalnya ia belajar desain grafis, namun karena keterbatasan pergerakan tangan, lagi-lagi Habibie mengalami kendala. Akhirnya di tahun 2007 ia memulai bisnis online di bidang advertising. Kini usaha Habibie pun semakin sukses. Dari hasil belajar kursus marketing dan praktek secara real di dunia maya, Habibie sudah berhasil menerbitkan ebook panduan sukses dari Amazon, membuat situs jual beli properti (rumah101.com)dan menjadi trainer di acara seminar Eprofitmatrix bersama sang guru, Suwandi Chow.
Kala itu di usia yang baru menginjak 20 tahun, Habibie mampu menjadi pria berkebutuhan khusus yang mandiri secara finansial bahkan mampu membantu orang lain yang lebih membutuhkan. Bila dulu sosok Habibie muda hanya menjadi pria yang pesimis pada dirinya sendiri dan hanya gemar bermain game online dan berselancar di dunia maya, kini kasih sayang dan perhatian sang ibu menjadi kekuatan berharga yang mendukung kemajuan Habibie di dunia online marketing. Banyak sekali seminar dan talkshow kampus yang sering mengundang Habibie Afsyah sebagai narasumber yang menginspirasi banyak orang. (arf)