MABA Akan Tambah Investasi Perhotelan di Yogyakarta dan Medan

0
akurat_20170622_9cg9g3

Emiten perhotelan, PT Marga Abhinaya Tbk (MABA) benar-benar  memperhatikan peluang di sektor pariwisata. MABA melihat peluang yang ada di sektor pariwisata saat ini, adalah tumbuhnya industri perhotelan. Melihat kondisi ini, MABA akan memperbanyak bisnis perhotelan di sejumlah daerah di Indonesia.

Ada dua daerah yang kini diincar MABA untuk memperluas area bisnisnya khusus di bidang perhotelan. Dua daerah itu yakniYogyakarta dan Medan.  Adrian Bramantyo Musyanif Direktur Utama MABA menyatakan, rencananya MABA akan membangun hotel bintang tiga di Yogyakarta, dan hotel bintang lima di Medan. Kedua kota ini dinilai memiliki potensi dan permintaan yang baik untuk perhotelan.

Untuk biaya investasi  yang dibutuhkan membangun hotel di dua daerah tersebut masing-masing sebesar  Rp 60 miliar-Rp 70 miliar untuk hotel bintang tiga, dan Rp 100 miliar-Rp 150 miliar untuk hotel bintang lima. Rencananya pembangunan hotel-hotel itu akan dimulai tahun atau paling telat memasuki tahun depan. Adrian mengakui bahwa penambahan hotel milik MABA ini akan menambah persaingan semakin ketat.

“Kompetitor akan selalu bermunculan, dan akan menjadi tantangan bisnis ini,” kata Adrian, seperti yang dilansir KONTAN.

Dia menyatakan saat ini, tingkat okupansi dari hotel yang dimiliki MABA yakni 60% secara rata-rata. Untuk tahun ini, MABA membidik peningkatan okupansi menjadi 70%. MABA juga optimistis mengalami pertumbuhan, baik dari top line, maupun bottom line. “Untuk pendapatan dan laba, kami membidik kenaikan 30% untuk tahun ini,” tambahnya.

 

Adrian menilai upaya pemerintah menarik jumlah kunjungan wisatawan mancanegara memiliki dampak yang sangat besar. Dampaknya itu, bukan hanya kebutuhan wisata semata, wisatawan asing juga hadir untuk berbisnis. Jika hal ini diseriuskan maka dipastikan penpadatan suatu daerah akan bertambah. “Kami punya hotel di Cepu, di sana ada industri oil and gas,” lanjutnya.

Selain itu, keinginan pemerintah yang telah merubah regulasi yang tidak membatasi lagi pejabat yang menggunakan fasilitas hotal membuat pertumbuhan industri perhotelan di dalam negeri semakin bergairah.

“Meski daya beli masyarakat rendah, kami tidak merasakan itu di perhotelan. Selain ada room, kami juga ada food and beverage (F&B),” katanya.

Menurutnya, tantangan justru hadir dari kompetitor. Pada akhirnya, menimbulkan persaingan yang lebih ketat. Untuk itu, pihaknya melakukan terobosan, melalui pemasaran yang efektif. “Tentunya dengan terus melakukan inovasi,” imbuhnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *