WhatsApp Image 2017-12-21 at 17.22.46

Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya menggelar Jumpa Pers Akhir Tahun 2017, merupakan wujud konkrit penyampaian informasi yang transparan, komprehensif dan akuntabel tentang kinerja kementerian selama tahun 2017 dan pemaparan program prioritas yang akan dilaksanakan pada 2018, di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata Jakarta, Kamis (21/12).

Menpar didampingi Pejabat Eselon 1 di lingkungan Kementerian Pariwisata, Tenaga Ahli Kemenpar, Ketua Umum GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) Didien Junaedy, Ketua PHRI, Haryadi Sukamdani yang juga merangkap sebagai Ketua Pelaksana Progam Visit Wonderful Indonesia (VIWI) 2018, serta ketua asosiasi pariwisata lainnya.

Menpar Arief Yahya menjelaskan pertumbuhan pariwisata Indonesia Januari – Oktober 2017 sebesar 24%, yang menempatkan Indonesia di posisi 20 besar negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat yang dicapai dalam kurun waktu tiga tahun. Hal ini memberikan pendapatan bisnis yang besar, serta menciptakan lapangan kerja.

Pertumbuhan ekonomi ini juga diikuti dengan perubahan gaya hidup yang semakin go digital – komunikasi lebih bersifat personal, mobile, dan interaktif. Sekitar 70% dari pencarian dan sharing data menggunakan cara digital. Media digital bahkan dinilai empat kali lebih efektif dalam menyampaikan pesan daripada media konvesional.

Revolusi digital tidak bisa dihindari. Secara alamiah akan mengubah dunia dan menciptakan model bisnis baru. Adapun tiga revolusi dalam bidang bisnis yang terpengaruh oleh perubahan gaya hidup digital antara lain komunikasi, transportasi, dan pariwisata.

Para pelaku industri yang menggunakan cara konvensional akan sulit bersaing dengan mereka yang menggunakan platform digital. Pelaku industri digital ini melakukan sharing economy, mengoptimalkan kapasitas, menjual yang kosong dengan harga murah, dan mencari return dari cross selling. Semua dilakukan secara digital.

Dalam bisnis digital muncul pemain-pemain baru seperti Google, Facebook, dan Whatsapp yang menguasai industri telekomunikasi. Gojek, Uber, dan LCC yang menjadi pemain utama di industri tranportasi. Sementara itu dalam pariwisata, travel agent konvensional akan sulit bersaing dengan online travel agent seperti tripadvisor, traveloka, dan travelio.

“Industri pariwisata, cepat atau lambat akan menghadapi perubahan yang revolusioner dan untuk bersaing pariwisata harus mengikuti perubahan gaya hidup konsumen,” tegas Arief Yahya.

Dari penelitian yang dibuat UNWTO pada 2017 mengenai aktivitas wisatawan yang menggunakan platform digital, diketahui sekitar 82% wisatawan lebih suka mencari langsung informasi mengenai suatu destinasi wisata menggunakan platform ini. Sisanya 53% wisatawan menggunakan platform digital untuk mencari akomodasi, 47% digunakan untuk mengetahui transportasi di destinasi wisata, 36% wisatawan menggunakan platform digital untuk mengetahui rekomendasi restoran/tempat makan, dan 40% menggunakan untuk mencari aktivitas wisata yang dilakukan di destinasi.

Platform ini menghubungkan langsung penyedia jasa dengan konsumen, khususnya yang menyediakan akomodasi. Beberapa diantaranya Air BnB, HomeAway, Homestay.com, VRBO, Travelmob, dan lain sebagainya. Tidak jarang, platform digital baru ini mendapatkan pendapatan jauh lebih besar daripada platform konvesional.

Untuk menghadapi tantangan ini, industri perhotelan melalui PHRI meluncurkan produk digital baru dengan nama bookingina.com. Platform ini mengumpulkan berbagai hotel dan restoran yang tergabung di bawah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk sama-sama menjual dan menerapkan sharing economy.

VIWI 2018 Siapkan Paket Wisata Untuk Dijual Secara Digital Menpar Arief Yahya mengatakan, untuk mencapai target 17 juta kunjungan wisman pada 2018 telah dipersiapkan Visit Wonderful Indonesia (VIWI) 2018 dengan melibatkan seluruh stakeholder pariwisata yang terhimpun dalam kekuatan pentahelix (Akademisi, Industri pariwisata, Komunitas, Pemerintah, dan Media) dengan semangat Indonesia Incorporated.

VIWI 2018 merupakan program penguatan unsur 3A (Aktraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas) yang diwujudkan dalam kegiatan selama satu tahun penuh. Untuk VIWI 2018 telah disiapkan beberapa produk wisata di antaranya yaitu paket hot deal, Calendar of Event (Color of Indonesia), dan destinasi digital yang akan dijual secara digital. Paket-paket wisata ini akan dijual melalui indonesia.travel.com serta bookingina.com.

Paket Calendar of Event (Color of Indonesia) merupakan paket bundling dengan komponen tiket event. Untuk atraksi telah disiapkan 100 event daerah yang merupakan event utama, premiere, core event yang menjadi ikon kegiatan pariwisata Indonesia 2018 dan telah diseleksi oleh tim kurator. Dari 100 event tersebut terbagi menurut kontennya terdiri atas; 13 sport competitions, 43 culture celebration, 21 art and entertainment, 4 business and trade, 2 educational and scientific, dan 6 political and state.

“Dari 100 event ini kita memiliki event unggulan sebagai multi event yaitu; Asian Games di Jakarta dan Palembang pada Agustus 2018 dan Annual Meeting IMF-WB pada Oktober 2018 di Bali,” kata Arief Yahya.

Kehadiran puluhan ribu atlet, official, dan suporter dari 45 negara di ajang Asian Games di Jakarta dan Palembang pada Agustus 2018 mendatang telah diantisipasi dengan mengajak industri pariwisata dan pemerintah daerah menyiapkan 75 paket wisata saat pre-on-post event ke sejumlah destinasi utama antara lain Palembang, Banten, Bandung, Bali, dan Lombok.

Begitu pula dalam menyambut event pertemuan IMF-World Bank atau Annual Meeting IMF World Bank. Event Annual Meeting IMF World Bank merupakan pertemuan besar MICE (Meeting, Incentif, Convention, and Exhibition/Event) dengan 15.000 delegasi dari 189 negara anggota yang terdiri dari para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral.

“Para tamu IMF-World Bank ini sebagai endoser yang kuat dan merupakan momentum besar untuk mempromosikan Bali, Bali and Beyond, dan Wonderful Indonesia,”kata Arief Yahya.

Arief Yahya juga mengatakan, Kemenpar akan intens bekerjasama dengan industri pariwisata (ASITA, PHRI) dan dinas pariwisata daerah telah menyiapkan 60 paket wisata untuk mempromosikan destinasi Bali dan 6 destinasi sebagai beyond yakni; Lombok, Komodo, Yogyakarta, Tana Toraja, Danau Toba dan Banyuwangi. Paket wisata ini dilaksanakan saat pre, on, dan post event.

Selain itu, ada sekitar 208 paket hot deals (more for less) yang siap dijual oleh industri pariwisata ke seluruh dunia. Program hot deal sebagai paket bundling belum lama ini telah dilakukan oleh industri pariwisata dan kapal ferry di Batam dan berhasil mendatang wisman cross border dari Singapura dan Malaysia.

Paket destinasi digital merupakan paket terakhir yang ditawarkan untuk VIWI 2018. Paket ini merupakan paket experience based product, yang diciptakan melihat gaya hidup masyarakat yang 70% aktif di dunia digital. Destinasi pariwisata pun didorong untuk semakin kreatif dalam memikirkan dan menciptakan objek gambar yang instagramable di destinasi wisata. Menurut Arief Yahya, peraih penghargaan Marketer of The Year, hal ini dimaksud agar wisatawan yang aktif di dunia maya dapat mem-posting foto yang menarik di media sosial sehingga mendapatkan banyak likes, komen, repost, share, dan interaksi positif.

Adapun beberapa destinasi digital yang ditawarkan di antara Pasar Pancingan – Lombok, Pasar Mangrove – Batam, Kepulauan Riau, Pasar Karetan – Kendal, Semarang, Pasar Siti Nurbaya – Padang, Pasar Tahura – Lampung, Pasar Kaki Langit – Yogyakarta, dan Pasar Baba Boen Tjit Palembang.

Kegiatan VIWI 2018 menyiapkan atraksi di 18 destinasi unggulan; di Sumatera (Medan/Danau Toba, Batam, Belitung, Padang, dan Pelembang); Pulau Jawa (Jakarta, Bandung, Borobudur/Yogyakarta,Solo, Subaya-Bromo-Tengger, dan Banyuwangi); Kalimantan (Balikpapan); Bali; Nusa Tenggara Barat (Lombok); Sulawesi (Makassar/Wakatobi dan Manado); dan Papua Barat (Raja Ampat).

Atraksi di 18 destinasi tersebut bisa berupa festival, golf, belanja di mall, dan spa. Selain itu menyiapkan amenitas di destinasi berupa akomodasi, restoran, dan angkutan wisata, sedangkan aksesibilitas berupa transportasi udara, laut, dan darat yang disesuaikan asal dari wisman (origin).

“Fokus pasar dalam program VIWI 2018 adalah ASEAN, Tiongkok, Jepang, Korea, Australia, Eropa,Timur Tengah, dan Asia Selatan terurtama India dan sitarnya,” kata Arief Yahya.

Kegiatan jumpa pers akhir tahun 2017 disemarakkan dengan pameran internal oleh masing-masing satuan kerja di lingkungan Kemenpar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *