Museum Kailasa, Menyelami Jejak Peradaban Jawa Kuno
Apakah anda menyukai hal-hal yang berbau religi dari sejarah nusantara mungkin tempat ini bisa anda referensi, silahkan mengunjungi Museum Kailasa Dieng. Di museum ini, Anda bisa melacak peradaban Hindu Jawa kuno pada abad ke-7 dan 8. Kailasa Museum terletak di Gedung Arca Senyawa dan merupakan milik Badan Konservasi Jawa Tengah di Dieng, kecamatan Batur, kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Karena terletak di kawasan Dieng, Anda juga bisa melihat pemandangan yang indah dan merasakan udara dingin karena dataran tinggi Dieng tidak hanya terkenal dengan peradaban kunonya, tetapi juga pemandangannya yang indah dan alami. Secara historis, Dieng adalah sebuah situs ritual untuk pengikut agama Hindu. Sampai dengan saat ini, 22 naskah Jawa kuno bercerita tentang Dieng sebagai pusat kegiatan keagamaan. Di sini, Anda juga bisa melihat candi yang berada di dekat Museum.
Ada yang mengatakan bahwa nama candi tersebut diambil dari nama-nama tokoh dalam cerita Mahabarata seperti Arjuna, Bima, kelompok Candi Setyaki, Gatot Kaca, Dwarawati, Sembadra, Kunti, dan Srikandi. Selain candi, Anda juga bisa menemukan patung-patung longgar dekat kompleks candi Dieng seperti Arca Nandi (banteng), simbol Siva dan Mahaguru. Saat memasuki museum, Anda akan melihat patung-patung antik Dieng. Setelah itu, Anda bisa menaiki tangga ke ruang informasi di mana Anda bisa mendapatkan informasi sebanyak mungkin, seperti sejarah dataran tinggi Dieng dan candi-candinya.
Beberapa panel memberikan informasi tentang kehidupan penduduk setempat mulai dari menceritakan tentang gaya hidup dan pertanian mereka, informasi tentang masjid lokal, mushola, seni, dan mitos anak bajang. Panel lain menyediakan informasi lebih lanjut tentang dataran tinggi Dieng sebagai pusat kegiatan ritual Hindu dan candi-candi sekitarnya. Dieng diambil dari kata “Di” yang berarti gunung, dan “Hyang” yang berarti Tuhan. Dengan demikian, Dieng berarti gunung tempat tinggal Dewa.
Museum Kailasa diambil dari sebuah nama prasasti yang berarti sebuah gunung yang suci. Museum ini diresmikan oleh Menteri Pariwisata, Jero Wacik, pada tahun 2008. Museum ini dibangun untuk memberikan informasi tentang dataran tinggi Dieng. Museum ini diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, pada tanggal 28 Juli 2008, sebagai perluasan dari Gedung Arca yang sudah ada sebelumnya. Museum ini diberi nama Kailasa, sesuai dengan nama salah gunung tempat tinggal Dewa Syiwa. Nama ini diambil karena kepurbakalaan Dieng diwarnai dengan pemujaan terhadap Dewa Syiwa, yang dapat diketahui dari percandian maupun prasasti. Semua benda yang disimpan di bangunan pertama merupakan bagian dari candi-candi yang ada di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Benda-benda tersebut disimpan di museum ini demi alasan keamanan atau tidak ditemukan posisinya dalam sebuah bangunan candi.
Sementara, bangunan kedua diresmikan pada tanggal 28 Juli 2008 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu, Jero Wacik. Di ruangan ini, tersimpan koleksi yang lebih beragam. Pengunjung dapat mengetahui sejarah terbentuknya Dataran Tinggi Dieng setelah letusan Gunung Prahu Tua, sumber batu andesit (batu yang digunakan dalam pembuatan candi) yang ada di Dataran Tinggi Dieng, serta sistem kepercayaan masyarakat Dieng. Di bangunan ini juga disajikan informasi mengenai keragaman kesenian dan kebudayaan yang tumbuh di masyarakat Dieng, dan perihal anak berambut gimbal. Di sini juga terdapat sebuah ruang untuk menonton film. Film yang diputar di sini menceritakan keseharian masyarakat Dieng. Museum Kailasa buka setiap hari dari jam 07.00 WIB sampai dengan jam 16.00 WIB. Tiket masuk ke tempat ini Rp5.000 per orang. (arf)