Pelaku Usaha Sambut Baik Implementasi LCS Indonesia-Tiongkok

0
sp_2322721

Foto: Bank Indonesia

Bank Indonesia dengan Bank of China (PBC)  pada 6 September 2021 telah  memulai implementasi kerjasama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal (Local Currency Settlement/LCS) antara Indonesia dan Tiongkok. Kerangka kerjasama dimaksud meliputi, antara lain, penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung (direct quotation) dan relaksasi regulasi tertentu dalam transaksi valuta asing antara mata uang Rupiah dan Yuan.

Kerangka kerja sama ini disusun berdasarkan Nota Kesepahaman yang telah disepakati dan ditandatangani oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo, dan Gubernur PBC, Yi Gang, pada tanggal 30 September 2020. Penggunaan mata uang lokal untuk transaksi perdagangan bilateral kedua negara ini disambut baik oleh pelaku usaha di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)  Hariyadi Sukamdani mengatakan implementasi LCS merupakan kebijakan  yang ditunggu-tunggu para pelaku usaha  di kedua negara. Akhirnya pada 6 September 2021, para pelaku usaha  sudah dapat menggunakan mata uang lokal untuk melancarkan kerjasama bisnisnya.

Hariyadi meyakini, implementasi LCS ini dapat lebih efisien dalam melakukan  transaksi perdagangan  kedua  negara.

“Untuk menjaga perdagangan kita lebih efisien dan pertumbuhan ekonomi ke depan menjadi stabil,” kata Hariyadi dalam webinar Indonesia China LCS Implementation Progress & Best Practice, Rabu (24/11/2021). EL JOHN TV juga ikut menayangkan webinar yang bermanfaat ini bagi pelaku usaha di Indonesia maupun Tiongkok.Hariyadi menambahkan implementasi LCS itu terlihat sudah mengoptimalkan kemitraan dagang dan investasi kedua negara beberapa waktu terakhir. Dia berharap pelaku usaha mulai beralih menggunakan fasilitas pembayaran LCS itu untuk mengoptimalkan transaksi mereka.

“LCS telah membuat keuntungan kedua negara seperti investasi dan neraca perdagangan meningkat dari waktu ke waktu,” kata dia.Hal senada juga disampaikan Vice Chairman of LIT Alim Markus pada webinar ini. CEO Maspion Group ini menyebut penggunaan mata uang lokal ini akan jauh lebih hemat dibandingkan harus menggunakan dollar Amerika Serikat saat melakukan transaksi perdagangan antara pengusaha Indonesia dan Tiongkok.  Kondisi ini menjadi angin segar bagi kedua negara untuk lebih memantapkan lagi kerjasama ekonomi.

“Sebagai pengusaha saya sudah sejak lama menginginkan LCS untuk dilaksanakan karena itu menghemat para pengusaha. Saya sangat mendukung sekali karena bagaimanapun supaya lebih efisien, lebih bisa cost down itu lah jalannya,” kata Alim Markus.Sementara itu, Analis Eksekutif Bank Indonesia (BI) Beijing Firman Hidayat yang menjadi narasumber dalam webinar ini mengatakan kerjasama LCS ini memberikan beberapa manfaat untuk kedua negara, antara lain memungkinkan nasabah di dalam negeri membuka rekening mata uang yuan Cina di Indonesia.Kemudian manfaat lainnya menguntungkan bagi pengusaha.

“Kerjasama ini memberikan fleksibilitas transaksi dengan threshold yang lebih longgar dibandingkan antara rupiah dengan dolar AS. Selain itu, nasabah dapat memperoleh pembiayaan dengan mata uang lokal mitra di Indonesia untuk kebutuhan setelmen ke negara mitra,” kata Firman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *