Peringati 75 Tahun Hubungan Indonesia-Tiongkok, Pameran Seni Lukis dan Kaligrafi Resmi Dibuka di Mall Alam Sutera

0
DSC09950

Dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan diplomatik antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok, sebuah pameran seni lukis dan kaligrafi Bertajuk “The Art of Togetherness”,digelar  di Mall Alam Sutera, Tangerang, Banten. Pameran ini merupakan hasil kolaborasi antara Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT), Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok, Asosiasi Kaligrafi Indonesia, PSMTI Provinsi Banten, dan Yayasan Marga Lie Indonesia.

Pameran seni lukis huruf Hanzi ini, resmi dibuka  pada Sabtu. 8 Februari 2025 melalui prosesi pengguntingan pita dan akan berlangsung hingga tanggal 16 Februari 2025. Pada acara pembukaan, pameran ini dihadiri tokoh penting, termasuk pejabat dari Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok dan para penggiat seni budaya dari Indonesia dan Tiongkok. Untuk memberikan kesempatan bagi pecinta seni lukis dan kaligrafi Tiongkok

Pameran ini menampilkan lebih dari 100 karya seni lukis dan kaligrafi dari para seniman ternama Tiongkok dan Indonesia. Karya-karya ini terpasang dengan rapi dan indah di lantai satu sayap timur Mall Alam Sutera.

Para seniman kaligrafi yang terlibat dalam pameran ini mempersembahkan karya-karya terbaik mereka yang memadukan estetika kaligrafi tradisional dengan sentuhan kreativitas kontemporer. Setiap goresan tinta yang terlukis pada kanvas dan kertas tidak hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga mengandung makna mendalam yang berhubungan dengan filosofi kehidupan.

Salah satu daya tarik utama dari pameran ini adalah seni kaligrafi Tiongkok yang dikenal dengan karakter Hanzi yang elegan. Setiap karakter yang ditulis dengan tinta mengandung nilai-nilai kebijaksanaan dan makna yang sangat dalam. Beberapa karya yang dipamerkan berisi pepatah-pepatah Tiongkok klasik, kata-kata mutiara yang penuh makna, serta ungkapan-ungkapan yang menggambarkan filosofi kehidupan yang dapat memberikan inspirasi dan pencerahan bagi siapa saja yang mengamatinya.

Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Tiongkok (PPIT), Rachmat Soekasah mengatakan selain untuk mempererat persahabatan dua negara, pameran ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan hubungan antar kedua bangsa, khususnya dari sisi budaya

. “Dengan mengenal budaya masing-masing, kita dapat saling menghormati, mengerti, dan bekerja sama dengan lebih baik. Pepatah ‘tidak kenal, maka tak sayang’ masih sangat relevan,” ungkapnya.

Pameran seni kaligrafi yang berlangsung selama delapan hari ini diharapkan dapat menarik banyak pengunjung, termasuk keluarga dan anak-anak, agar mereka lebih mengenal seni kaligrafi.

Pameran ini diharapkan menjadi jembatan untuk memperkenalkan lebih dalam seni kaligrafi Tiongkok kepada masyarakat Indonesia, serta memperkenalkan seni budaya Indonesia kepada masyarakat Tiongkok,” terangnya.

Selain itu, Rachmat Soekasah juga menyampaikan bahwa PPIT berencana untuk terus menyelenggarakan acara serupa di masa mendatang. Acara berbasis seni dan budaya, menjad solusi yang tepat untuk memperkuat hubungan bilateral yang sudah terjalin lama

“Kami akan terus berupaya mempererat hubungan baik ini melalui berbagai acara yang melibatkan pertukaran seni dan budaya,” ujar Rachmat.

Hal senada juga disampaikan Ketua PSMTI Provinsi Banten yang juga sebagai Ketua Panitia S Suryad H. Ia  menegaskan komitmen organisasinya dalam mempromosikan seni budaya tanpa membedakan suku.

“Kami di PSMTI tidak terlibat dalam politik. Misi kami adalah mempromosikan seni budaya dan pariwisata. Seni itu tidak mengenal suku, semua suku bisa terlibat,” ujarnya.

Menurut Suryadi, kaligrafi Tiongkok, yang sarat dengan filosofi mendalam, juga menjadi bagian penting dalam usaha PSMTI untuk melestarikan seni ini.

 “Kaligrafi mengandung banyak filosofi yang sulit diungkapkan. Kami berusaha memperkenalkan seni ini, termasuk melalui sekolah-sekolah yang mengajarkan kaligrafi,” jelasnya.

Selain itu, PSMTI berencana untuk menggelar lebih banyak acara budaya di masa depan, termasuk musik, seni tari, dan pertukaran budaya dengan Tiongkok. “Harapan kami ke depannya adalah agar kegiatan seperti ini semakin sering diselenggarakan, sehingga hubungan antar bangsa bisa semakin erat,” tutup Suryadi.

Ketua Asosiasi Kaligrafi Indonesia Steve Yenadhira, menyampaikan bahwa acara ini menjadi ajang yang sangat berarti untuk mempererat hubungan antara kedua negara.

“Pameran ini bukan hanya tentang seni, tapi juga merupakan langkah untuk memperkuat diplomasi budaya antara Indonesia dan Tiongkok. Kami sangat bangga bisa mengundang para pakar dari Beijing dan Shantung, serta delapan seniman yang membawa karya-karya terbaik mereka,” ujar Steve Yenadhira.

Menurutnya kegiatan ini dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk menimba ilmu langsung dari para seniman Tiongkok, yang tentunya lebih menghemat biaya dan waktu jika dibandingkan harus pergi ke sana.

Steve menjelaskan bahwa seni kaligrafi dan lukisan Tiongkok memiliki kekuatan diplomatik yang luar biasa karena seni ini tidak mengenal batas negara. “Setiap negara, termasuk Indonesia, memiliki gaya kaligrafi yang unik. Pameran ini adalah jembatan untuk menjalin hubungan yang lebih erat antara bangsa-bangsa,” tambahnya.

Acara pembukaan pameran ini tidak hanya menyajikan karya seni yang memukau, tetapi juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan kesenian tradisional yang memukau. Penonton yang hadir di lokasi acara di Alam Sutera Mall, Tangerang, disuguhkan berbagai pertunjukan yang menggambarkan kekayaan budaya Tiongkok.

Salah satu yang paling menarik perhatian adalah pertunjukan wushu, seni bela diri tradisional Tiongkok yang terkenal dengan gerakan-gerakan cepat dan indah. Para penggiat wushu ini menampilkan gerakan-gerakan yang memadukan kekuatan fisik dan seni, menciptakan pertunjukan yang sangat memukau dan memikat para penonton. Wushu yang penuh energi ini menggambarkan kedisiplinan dan filosofi hidup yang terkandung dalam budaya Tiongkok.

Tidak hanya itu, pertunjukan barongsai juga menjadi salah satu sorotan utama malam itu. Tarian barongsai yang penuh warna ini menggambarkan semangat keberuntungan dan kesejahteraan. Gerakan gemulai namun kuat dari para penari, serta musik yang mengiringinya, membawa atmosfer yang penuh semangat dan kegembiraan. Barongsai, yang seringkali dianggap sebagai simbol kebaikan, selalu memikat hati penonton, dan kali ini tidak berbeda.

Selain pertunjukan wushu dan barongsai, acara ini juga dimeriahkan dengan lagu-lagu Mandarin yang memancarkan keindahan melodi dan lirik Tiongkok.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *