Sekolah Lapang Iklim, Penting Bagi PPL
Indonesia adalah negara yang memiliki potensi bencana iklim tinggi. Bencana iklim ini berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan. Salah satu dampak yang merasakan adalah sektor pertanian. Jika iklim ekstrim sedang terjadi, maka petani akan merasakan dampaknya, sehingga dapat mengakibatkan kegagalan panen. Guna mengantisipasi hal itu diperlukan pembelajaran atau sosialisasi tentang iklim bagi petani dan penyuluh pertanian.
”Pemahaman informasi cuaca dan iklim kepada petani, penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan pengamat organisme pengganggu tanaman (POPT) sangat penting. Karena dengan adanya pemahaman tersebut, selain produksi yang dihasilkan semakin meningkat, informasi dari BMKG dapat dimanfaatkan secara maksimal guna mendukung berbagai kegiatan. Baik pertanian, perkebunan, pengairan dan lain sebagainya,” kata Kepala Stasiun Klimatologi, Reni Kraningtyas SP MSi dalam acara pembukaan Sekolah Lapang Iklim (SLI) tahap II di Hotel Tara, Rabu (26/6/2019).
Kegiatan SLI tahap II yang dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pertanian Gunungkidul Bambang Wisnu Broto tersebut. Diikuti oleh 18 PPL dan 8 POPT dari Kabupaten Gunungkidul.
Menurut Reni, produk informasi iklim, sangat bermanfaat untuk mendukung berbagai kegiatan, terutama sektor pertanian. Oleh karena itu, dengan adanya SLI pemahaman PPL dan POPT dalam pengamatan gejala iklim dan aplikasi dalam strategi budidaya tanaman pangan bisa menjadi lebih baik.
“Melalui PPL dan POPT, diharapkan informasi iklim dari BMKG cepat sampai kepada masyarakat. Dengan begitu bisa diimplementasikan untuk kegiatan pertanian, produksi yang dihasilkan bisa meningkat,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian pangan Gunungkidul Bambang Wisnu menambahkan, pihaknya menyambut baik adanya SLI bagi PPL dan POPT. Karena dengan ikut di SLI selain wawasan jadi berkembang, adanya kasus puso ribuan hektar lahan pertanian di Gunungkidul bisa diminimalisasi sejak awal.
“Dampak dari adanya perubahan iklim saat ini sudah mulai dirasakan. Karena untuk Kabupaten Gunungkidul, kemungkinan baru akan turun hujan saat Desember. Oleh karena itu petani, PPL dan POPT dituntut lebih cermat. Kecermatan itu dibutuhkan untuk meminimalisasi adanya gagal panen,” terang Bambang.