Yayasan St. Yoanes-Mutiara Karawaci Kenalkan Chikung untuk Kesehatan Holistik dan Pencegahan Kanker

0
WhatsApp Image 2025-09-26 at 18.36.35

Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan dan mencegah penyakit kronis seperti kanker, Yayasan St. Yoanes – Mutiara Karawaci menyelenggarakan pelatihan dan seminar intensif selama empat hari, mulai dari tanggal 25 hingga 28 September 2025.

Kegiatan ini berlangsung di Yayasan Nusantara Sejahtera, Jakarta Utara, dan menghadirkan tiga narasumber ahli dari Singapura, yaitu: Dr. Choo Led Sin, MSI., Ph.D; Dr. Liu Mei dan Dr. Bryan Loh Tian Hwee, Dip. TCM Tuina., Dip. ITEC. Nutrition., Ph.D. Ketiga pakar tersebut dikenal luas dalam bidang pengobatan tradisional Tiongkok dan terapi kesehatan holistik.

Ketua Panitia pada kegiatan ini yang juga sebagai Pendiri Yayasan St. Yoanes – Mutiara Karawaci,Dr. Theresia Dimiyati.L.S.Tr.Kes., SKM.,MM., Ph.D, hadir mendampingi narasumber

Dengan mengangkat tema “New Hope: Advance How to Preventive Cancer by Using TCM Method and Minimally Invasive Intervention”, kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan metode alternatif dan integratif dalam pencegahan kanker, khususnya melalui pendekatan Traditional Chinese Medicine (TCM) dan teknik intervensi minimal invasif yang kini semakin populer secara global.

Pada hari pertama pelatihan, Kamis (25/9/2025), para peserta mendapatkan materi pengantar mengenai manfaat dan filosofi dari Senam Chikung (atau dikenal juga dengan sebutan Qigong/Chi Kung). Senam ini merupakan seni penyembuhan kuno dari Tiongkok yang menggabungkan gerakan tubuh, teknik pernapasan, dan konsentrasi mental untuk meningkatkan aliran energi vital atau “qi” dalam tubuh.

Para narasumber tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga secara langsung memandu para peserta dalam sesi praktik Senam Chikung. Aktivitas ini berlangsung interaktif dan penuh antusias, di mana peserta merasakan sendiri manfaat relaksasi dan peningkatan energi tubuh setelah latihan.

Menurut Dr. Choo, tujuan utama dari Senam Chikung adalah untuk melancarkan tenaga dalam, khususnya aliran darah dan energi vital dalam tubuh. Dengan peredaran energi yang lancar, kesehatan tubuh akan semakin optimal dan terjaga. Latihan ini sangat mudah dilakukan dan dapat diaplikasikan oleh siapa saja, baik kalangan anak muda maupun orang tua.

“Siapapun boleh melakukan latihan ini, tidak terbatas usia. Baik orang tua maupun anak muda, semua bisa menjalankan latihan ini demi melancarkan tenaga dalam dan darah sehingga tubuh menjadi lebih sehat,” ujar Dr. Choo.

Untuk mendapatkan manfaat optimal, Dr. Choo menyarankan latihan minimal dilakukan sehari dan sebaiknya paling tidak sekali dalam seminggu. “Latihan rutin ini penting untuk memperbaiki otot, tendon, tulang, serta menjaga kesehatan organ vital seperti jantung dan mata. Dengan latihan rutin, fungsi tubuh kita akan semakin prima.”

Dr. Choo juga menjelaskan bahwa Senam Chikung bukanlah terapi penyembuhan dalam arti medis konvensional. Menurutnya, melakukan latihan Chikung secara rutin yang dipadukan dengan pengobatan medis konvensional akan memberikan hasil yang lebih optimal.

“Jika Anda melakukan latihan Qigong secara rutin, ditambah dengan pengobatan medis konvensional, hasilnya akan lebih baik. Latihan ini membantu mengatur fungsi tubuh seperti peredaran darah sehingga organ-organ dapat bekerja lebih optimal,” jelas Dr. Choo.

Ketua Panitia sekaligus pendiri Yayasan St. Yoanes – Mutiara Karawaci, Dr. Theresia Dimiyati, L.S.Tr.Kes., SKM., MM., Ph.D., menuturkan bahwa upaya memperkenalkan Senam Chikung sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu

Namun, setelah dirinya melanjutkan studi ke luar negeri pada 2015–2017, kegiatan tersebut sempat terhenti. Pandemi COVID-19 semakin memperpanjang jeda aktivitas yayasan. Barulah pada tahun 2025, Dr. Theresia kembali menghidupkan inisiatif ini dengan melakukan pendekatan langsung ke Singapura.

“Juni 2025 kemarin saya ke Singapura, bertemu kembali dengan Dr. Choo Led Sin. Saya menyampaikan keinginan untuk melanjutkan pelatihan ini di Indonesia. Syukurlah, beliau sangat antusias dan bahkan membawa tiga timnya untuk turut serta. Saya sangat berterima kasih karena beliau bersedia kembali datang ke Indonesia untuk mengajar,” tambahnya.

Dr. Theresia sangat berharap bahwa ilmu yang dibagikan selama pelatihan tidak hanya berhenti di kegiatan ini, tetapi terus dilanjutkan dan disebarluaskan ke masyarakat luas.

“Saya mengharapkan ilmu ini tidak berhenti di sini. Kita bisa terus belajar supaya masyarakat kita makin sehat. Kalau bisa seluruh Indonesia tahu bagaimana Chikung yang benar. Tujuannya supaya kita sehat, dan kalau bisa—sehat tanpa harus bergantung pada obat,” tegasnya.

Tak berhenti sampai di situ, Dr. Theresia juga menyuarakan harapannya agar ke depan ilmu Chikung bisa masuk ke ranah pendidikan formal, terutama di institusi-institusi yang memiliki jurusan pengobatan tradisional atau akupunktur.

“Kami mengharapkan ilmu ini bisa diajarkan di kampus-kampus sebagai bagian dari kurikulum. Terutama untuk mahasiswa pengobatan Chinese Medicine atau akupunktur, sebaiknya mereka juga mempelajari dasar-dasar Chikung. Ini sangat penting,” jelasnya.

Ia menilai, penguasaan teknik seperti Chikung bukan hanya menjadikan mahasiswa sebagai praktisi yang terampil, tetapi juga pribadi yang sehat secara fisik dan mental.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *