AMSC Gathering 2025: Perkuat Kolaborasi Bisnis Ritel di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Di tengah tantangan ekonomi global dan domestik yang terus berkembang, para pelaku usaha di sektor ritel dan pemasok nasional menunjukkan solidaritas dan sinergi yang semakin kuat. Hal ini tercermin dalam acara AMSC Member Gathering 2025 yang digelar oleh Asosiasi Matahari Supplier’s Club (AMSC) di Ballroom The Mulia Hotel, Jakarta pada Rabu malam (23/4/2025).
Dengan mengusung tema “Ohana Intimacy in Perfect Harmony”, AMSC ingin menghadirkan sebuah forum yang tidak hanya mempererat hubungan bisnis, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan antar anggota, layaknya sebuah keluarga besar yang saling mendukung dalam menghadapi dinamika pasar.
Acara ini turut dihadiri Wakil Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Dyah Roro Esti, serta Direktur Jenderal Pajak, Suryo Utomo yang tampil sebagai pembicara utama serta 250 anggota dan mitra strategis dari dunia usaha maupun pemerintahan.

Dalam sambutannya, Wamendag Roro mengapresiasi solidaritas AMSC untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya sektor ritel tidak hanya menjadi wajah terdepan perdagangan nasional, tetapi juga memainkan peran vital sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ia menekankan bahwa sektor ritel merupakan jembatan penting antara produsen dan konsumen, yang tidak hanya mendorong perputaran barang dan jasa, tetapi juga berkontribusi besar terhadap penciptaan lapangan kerja, pemerataan ekonomi, serta lahirnya inovasi baru di tanah air.
“Dengan kontribusi konsumsi rumah tangga sebesar 54,04 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2024, sektor ritel terbukti menjadi tulang punggung perekonomian dan perdagangan nasional. Oleh karena itu, sektor ritel perlu terus didukung dan didorong agar tetap inovatif, kompetitif, dan berkelanjutan,”ujarnya.
Menurut Wamendag, capaian tersebut tidak datang begitu saja, melainkan merupakan hasil dari kolaborasi erat antara berbagai elemen bangsa mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, yang secara konsisten bekerja menjaga stabilitas, keberlanjutan, dan adaptabilitas ekonomi di tengah tantangan global.
“Sektor ritel di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 284 juta jiwa dan dominasi generasi muda yang melek teknologi, sektor ritel terus menunjukkan perkembangan, baik secara luring maupun daring,”imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum AMSC, Yvonne, menyampaikan pesan yang kuat tentang pentingnya kolaborasi dan saling pengertian di tengah tekanan ekonomi saat ini.
Menurut Yvonne, AMSC Gathering tidak sekadar menjadi forum rutin tahunan, namun lebih dari itu, sebuah ruang silaturahmi strategis yang mampu mempererat hubungan dan membentuk ekosistem bisnis yang saling menghargai dan saling menguatkan.
“Kita ingin acara ini jadi ajang yang semakin mendekatkan kita sebagai satu kesatuan. Produsen, retail, dan konsumen semua harus memperoleh manfaat dan nilai tambah, tanpa ada pihak yang saling menekan,” tegas Yvonne
Yvonne menyoroti pentingnya komunikasi terbuka dan rasa saling menghargai sebagai fondasi pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Dalam pandangannya, tidak semua persepsi itu mutlak benar atau salah. Justru, masukan yang disampaikan secara terbuka dan penuh respek dapat menjadi kekuatan untuk memperbaiki proses dan membangun hubungan yang lebih sehat antar pelaku usaha.
“Kalau kita saling menghargai, bisnis pasti berkembang dengan baik. Masukan-masukan yang datang dari berbagai pihak seharusnya dilihat sebagai bentuk kepedulian untuk tumbuh bersama,” tambahnya.

Ia juga menekankan bahwa menghadapi situasi sulit seperti saat ini, optimisme harus tetap dijaga. Para pelaku usaha harus belajar saling mendengarkan, bukan hanya mendominasi percakapan atau memaksakan kehendak.
“Komunikasi itu harus dua arah. Tidak bisa hanya satu pihak yang mau menang sendiri. Kalau kita bicara masa depan, itu bukan hanya soal strategi, tapi soal karakter: mau mendengar, mau terbuka, dan mau melangkah bersama,” tutur Yvonne.
Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah menegaskan bahwa fokus utama saat ini adalah menguatkan industri dalam negeri, terutama melalui pemberdayaan merek lokal dan kemitraan strategis yang berkelanjutan.
“Sebagai asosiasi supplier, prinsip kami jelas, kami siap mendukung kemajuan ekonomi dalam negeri. Fokus kami domestik, dan brand lokal seperti Matahari perlu kita dukung penuh karena sudah terbukti menjadi kekuatan pasar nasional,” ujar Budihardjo.

Ia mengapresiasi langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh Matahari dalam membesarkan lebih dari 100 brand lokal di jaringan ritelnya. Menurutnya, langkah ini harus terus dikembangkan karena tidak hanya memperkuat kemandirian industri nasional, tetapi juga membuka peluang besar bagi pelaku UMKM dan brand lokal lainnya untuk naik kelas.
Dalam konteks global, Budihardjo melihat bahwa meskipun situasi geopolitik seperti perang dagang menghadirkan tantangan, justru ada peluang strategis yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia sebagai pasar yang luas dan potensial untuk ekspor.
“Di tengah situasi perang dagang, jangan takut bermitra dengan pihak luar. Pasar kita luas, mereka butuh Indonesia. Justru di sinilah peluang kita untuk masuk dan memperluas ekspor. Gunakan kesempatan ini dengan percaya diri,” tegasnya.