Festival Crossborder Atambua 2017 Berhasil Dipadati Puluhan Ribu Orang

0
crossborder-festival-2016_20161221_102857

Luar biasa pehelatan Festival Crossborder Atambua 2017 yang dilangsungkan di Lapangan Umum Simpang Lima di Kabupaten Belu Atambua Nusa Tenggara Timur (NTT) pada hari Minggu, 27 Agustus 2017. Event ini benar-benar meledak, bayangkan tanah di  Lapangan Umum Simpang Lima tidak terlihat lagi karena ketutup lautan manusia. Diperkirakan ada 30 ribu orang yang menonton event ini.

Mereka yang menonton Festival Crossborder Atambua 2017, merupakan warga Atambua, wisatawan, dan juga warga Timor Leste yang sengaja menyebrang perbatasan hanya untuk menonton  festival ini. Mereka yang menyebrang juga ada wisatawan asing yang saat itu berada di Timor Leste. Para penonton sangat terhibur dengan pengisi hiburan di festival ini, apalagi festival semakin seru dengan penampilan dua band tanah air, Cokelat dan Jamrud.

Dua band papan atas dalam negeri itu sukses menjadi magnet masyarakat dan wisatwan yang sudah memadati lapangan sejak sore hari, padahal acara baru dimulai pada pukul 19.30 waktu setempat.

Tari Tebe dari Sanggar Tari SMA Negeri 3, Atambua menjadi pembuka dimulainya Festival Crossborder Atambua 2017.Tarian Tebe merupakan tari tradisional dari Kabupaten Belu, yang merupakan satu ungkapan kegembiraan atas keberhasilan atau kemenangan.

Dalam tari ini, pria dan wanita bergandengan tangan sambil bernyanyi bersahutan melantunkan syair dan pantun yang berisi puji-pujian. Hentakan kaki sesuai irama lagu membuat tarian ini sangat menarik untuk dilihat.

Setelah suguhan tari, giliran dua band lokal Atambua yang unjuk gigi. Penampilan mereka menjadi pemanas bagi masyarakat yang hadir, yang langsung menyemut ke arah panggung. Bahkan lautan manusia meluber hingga ke jalan-jalan di sekitar Lapangan Simpang Lima.

Malam itu suasana di lokasi sekitar acara begitu meriah. Seluruh lapisan masyarakat di Atambua berkumpul di lokasi acara. Termasuk para pedagang yang kebanjiran rezeki. Tidak hanya mereka yang biasa berjualan di sekitar lapangan Simpang Lima, tapi juga pedagang dari pusat kota.

Mulai dari tukang jagung bakar, salome bakar, minuman-minuman ringan, mainan anak bahkan pedagang aksesoris handphone antusias menjajakan dagangannya.

Sekitar pukul 21.00 akhirnya yang ditunggu tampil. Diawali dengan band Cokelat yang lebih dulu naik panggung. Band yang beranggotakan Jackline Rossy (vokal), Ronny Febry Nugroho (bass) dan Edwin Marshal Sjarif (gitar), membawakan 12 lagu yang sukses membakar penonton.

Sebut saja lagu-lagu macam Pergi, Luka Lama, Karma juga Bendera dibawakan dengan apik oleh Cokelat.

“Terima kasih banyak, senang sekali Cokelat bisa datang ke NTT. Atambua punya alam yang indah yang kuat banget untuk pariwisata. Jadi sama-sama kita jaga ya,” ujar Jacklyn dari atas panggung.

Plt  Asdep Analisis Data Pasar Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwista, Ir Sutarjo, mengatakan, Festival Cross Border Atambua ini merupakan perwujudan dari program nawacita Presiden Joko Widodo yang salah satunya membangun dari perbatasan.

“Salah satunya adalah event ini, melalui pariwisata,” ujar Sutarjo.

Ia mengatakan, pariwisata berjalan selaras dengan pembangunan di perbatasan. Mulai dari infrastruktur, pos perbatasan yang megah, sarana perhubungan laut, darat dan udara.

“Di sini pariwisata masuk bersama-sama. Pariwisata hadir untuk mensejahterakan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tingkatkan lapangan kerja, melestarikan alam, kembangkan budaya, serta menciptakan rasa bangga terhadap bangsa,” ujar Sutarjo.

Pemilihan konser musik, dikatakan Sutarjo, karena musik adalah bahasa universal. Musik memiliki daya magnet yang luar biasa. Buktinya malam tadi puluhan ribu orang berbondong-bondong menghadiri konser.

“Konser ini momentum untuk bersama-sama membangun perbatasan. Bagaimana event ini hotel menjadi penuh, restoran padat, pengrajin memamerkan dagangannya, travel agent bergeliat, ojek laku. Itulah  dampak positif dari event pariwisata. Ini signak positif untuk kemajuan bersama,” ujar Sutarjo.

Hal senada disampaikan Bupati Kabupaten Belu, Wilibrodus Lay. Ia menyampaikan bahwa pariwisata adalah sektor yang penting di Atambua yang banyak memberi dampak positif bagi masyarakat. Melalui pariwisata semua masyarakat dapat ikut terlibat dan merasakan manfaat langsung dari pariwisata.

“Atas nama Kabupaten Belu, saya sangat menyampaikan terima kasih untuk Presiden dan Menteri Pariwisata. Melalui festival ini juga akan memperkuat Belu sebagai kota festival. Sehingga nantinya akan ada banyak orang yang berkunjung ke sini. Timor Leste pun sangat mungkin diajak terlibat karena kedekatan jarak dan budaya,” ujar Wilibrodus.

Saat ini ia menerangkan terus membuka keran investasi di sektor pariwisata.

Malam pun kian berlanjut. Puncaknya adalah saat band asal Cimahi, Jawa Barat, Jamrud naik ke atas panggung. Antusiasme penonton yang sejak sore telah hadir langsung pecah. Semuanya bergembira. Menikmati kolaborasi yang indah antara musik dan pariwisata.

Total ada 16 lagu dibawakan band yang beranggotakan Aziz MS (lead guitar), Ricky (bass), Krisyanto (vocal), M Irwan (gitar), dan Danny Rachman (drum).

“Terima kasih untuk kementerian pariwisata. Kami yakin pariwisata Indonesia akan terus maju, khususnya di perbatasan. Dan untuk teman-teman dari Timor Leste, terima kasih atas kedatangannya,” ujar Krisyanto.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyampaikan apresiasinya sukses penyelenggaraan festival crossborder itu. Festival ini semakin kuat menjadi salah satu atraksi kota Atambua dalam membangun atmosfer pariwisata.

“Musik itu universal. Untuk menciptakan crowd, perlu bahasa universal dan musik adalah salah satu jawabannya,” kata Menpar Arief.

Menpar mengatakan, di banyak negara crossborder menjadi cara yang ampuh dalam meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara. Seperti di Perancis, Spanyol dan banyak negara Eropa yang banyak menempuh cara ini. Menaikkan wisman dari crossborder.

Dengan kehadiran lebih dari 25 ribu orang di setiap penyelenggaraan festival, ujar Menpar, tentu akan banyak memberi dampak ke masyarakat. Pelaku bisnis tentu akan tertarik menanamkan modalnya ke usaha pariwisata di daerah perbatasan.

“Bagi pelaku bisnis, ini menarik. Mereka pasti sudah mulai berhitung untuk membangun amenitas seperti hotel, resort atau akomodasi, lalu membuat atraksi seperti theme park, seni pertunjukan, dan lainnya. Tujuannya agar orang lebih lama tinggal,” kata dia.

Dia juga memprediksi, akan ada lebih banyak akses yang dibangun menuju ke perbatasan, termasuk bisnis transportasi dan pengiriman cargo yang ada di dalamnya. “Perbatasan tidak lagi sepi, tidak lagi dianggap sebagai daerah pinggiran. Tetapi justru menjadi wilayah terdepan di tanah air,” ungkap Arief Yahya.

Karena itu ujar Menpar, menggerakkan perekonomian masyarakat di perbatasan dengan Crossborder Festival itu akan semakin konkret.

“Apalagi ada pengusaha lokal dari daerah sana yang bergerak, itu akan sangat kuat multiplying effect-nya. Di pariwisata itu setiap investasi yang ditanamkan, akan berdampak 170 persen buat masyarakat di sekitar itu,” kata dia. (Sumber Kemenpar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *